Tiga Belas

165 10 1
                                    

Malam ini, Arjune memutuskan untuk pergi ke kafe bersama teman-temannya. Setelah berpamitan dengan mamanya, Arjune bergegas pergi meninggalkan rumahnya. Laki-laki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang karena memang ia sedang tidak terburu-buru saat ini. Saat sedang mengemudi, ponselnya terus menerus berbunyi namun tak dihiraukan karena ia tahu bahwa itu semua berasal dari grup chat miliknya dengan teman-temannya.

Hanya memerlukan waktu sekitar lima belas menit untuk Arjune sampai di kafe tujuannya. Ia masuk ke dalam kafe itu dan mendapati Bian yang tengah bertingkah aneh di lantai dua. Ah iya, malam ini Arjune tidak hanya pergi dengan Bian, mereka juga mengajak dua teman SMP mereka malam ini karena memang keduanya yang berasal dari SMP yang sama.

“Ini dia tokoh utama kita malem ini!” seru Bian sedikit berteriak sehingga banyak orang yang melihat ke arah mereka.

Tanpa mengindahkan sambutan temannya, Arjune langsung mengisi tempat kosong dan memesan makanannya. Ia membuka ponselnya dan ternyata mendapati adanya pesan singkat dari Savanna—tetangga yang bisa dibilang cukup dekat dengan Arjune. Ia sendiri tak tahu apa tujuan Savanna mengiriminya pesan singkat yang hanya memanggil namanya.

“Jun, gimana udah ada gandengan baru?” tanya Asgar, salah satu teman SMP-nya.

Mendengar pertanyaan Asgar membuat Bian tertawa lepas. “Gimana mau dapet gandengan baru kalo tiap hari kerjaannya masuk gosip sekolahan gara-gara ngebantu cewek,” ledek Bian yang kemudian mendapat pukulan kecil dari Arjune.

“Rese lo, Yan. Kayak lo nggak tiap hari aja bikin anak cewek sekolah kesel sama tingkah lo,” balas Arjune tak mau kalah.

Asgar mengambil kentang goreng lalu memasukkan ke dalam mulutnya. “Savanna gimana, Jun?” tanyanya dengan mulut yang masih mengunyah makanannya.

“Biasa aja, masih kayak dulu. Rumahnya masih di sebelah rumah gue, alhamdulillah masih perempuan,” celetuk Arjune yang membuat Bian menjitak kepalanya.

“Kenapa lo nggak nyoba jalanin dulu sama Savanna, sih, Jun?” Kali ini giliran Davin yang angkat bicara.

Arjune mengerutkan keningnya bingung. “Pacaran maksud lo?” tanya Arjune yang kemudian dibalas anggukan oleh Davin. “Nggak-nggak. Gue sama Savanna itu udah lama tetanggan, kita udah kayak sodara. Lagian dia juga udah punya pacar, bro.”

Setelah mendengar perkataan Arjune, tak ada yang bersuara satupun. Mereka menikmati makanan mereka masing-masing. Tiba-tiba, ponsel Arjune berdering tanda panggilan masuk. Arjune mengernyit ketika melihat nama Savanna tertera di layar ponselnya.

“Halo, Van. Ada apa? Tumben nelfon.”

“Jun, dimana? Bisa tolong jemput gue nggak? Mobil gue ngga mau nyala, nih. Gue udah telfon montir tapi belum dateng juga.”

“Gue lagi di kafe sama anak-anak. Sekarang lo dimana?”

“Gue di taman Franda.”

“Gue kesana sekarang, lo tunggu gue disana.”

Tanpa menunggu balasan dari Savanna, laki-laki itu langsung mematikan sambungan telefonnya sepihak. “Gue duluan. Mau jemput Savanna di taman.” pamitnya yang kemudian berlalu dari hadapan teman-temannya.

“Liat kelakuan temen lo. Bilangnya aja kita udah kayak sodara blablabla. Di telfon bentar suruh jemput langsung tancap,” celoteh Asgar seraya mengunyah kentang gorengnya.

“Kiti idih kiyik sidiri,” Kini giliran Bian yang menirukan ucapan Arjune dengan mengganti huruf vokalnya menjadi i.

🍁

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang