10. The Rocky Highlands of Ghele

147 23 0
                                    

ICE

"Seperti apa perang terakhir?" tanyaku pada Lionel secara tiba-tiba dalam perjalanan kami dari Streatham. Kami melewati jalanan setapak yang membelah hutan, tapi jalanan tersebut sangat sepi tanpa jejak kehidupan.

Lionel, yang sedang mengendalikan gobre tunggangan kami, menoleh sedikit ke arahku. "Kenapa bertanya?" Nadanya agak terkejut.

Reaksinya dapat dipahami, karena selama ini aku tidak pernah membahas masa lalu, mengesampingkan pertanyaanku mengenai keluargaku. Tapi tentang mereka pun aku tak berani bertanya terlalu mendalam. Menanyakan mengenai orang-orang yang tidak akan pernah kutemui lagi terasa seperti mencium aroma makanan tanpa bisa mencicipinya—bagaikan siksaan.

Tapi setelah berpikir beberapa lama, aku ingin tahu akhir dari konflik satu dekade kerajaanku itu yang diakibatkan oleh pemberontakan kakekku sendiri. "Hanya penasaran."

Lionel berpaling menghadap jalan lagi, terdiam sebentar. "Besar perang itu mengalahkan Perang Ketiga," gumamnya memulai. "Lirsk menyerang dari berbagai arah, jalur laut juga."

Aku terkesiap. "Jadi kita terkepung?"

"Yah, kita sudah menyelesaikan pembangunan dinding pertahanan di sekeliling kerajaan, jadi tidak separah itu," Lionel menjawab. "Yang Mulia Ratu juga menjalin aliansi dengan kerajaan tetangga kita, Laestria."

"Serius?" Aku mengerutkan dahi. Rasanya sungguh jauh dari bayangan. Kerajaan kami sudah menutup diri sejak awal mula pendiriannya, mengecualikan beberapa perdagangan yang dikontrol dengan ketat. Kami kebanyakan bergantung pada diri sendiri.

Lionel menyenderkan diri ke arahku, kepalanya menoleh sedikit. Aku tanpa sadar mencondongkan diri ke arahnya juga. "Di antara kita saja, ya, sebetulnya itu akibat keputusan Putri Ashley yang menggantikan Yang Mulia sementara dia pergi," bisiknya.

"Yang Mulia pergi meninggalkan kerajaan? Ke mana?" Aku benar-benar bingung.

"Tidak tahu. Tapi yang mengetahui soal kepergiannya hanyalah orang-orang terdekatnya dan beberapa orang istana kepercayaannya." Lionel menegakkan tubuhnya lagi, memunculkan setitik kekecewaan di hatiku—yang buru-buru kuusir. "Yang jelas, aliansi itu harus diperkuat dengan pernikahan antar keluarga kerajaan."

Aku sama sekali tidak memprediksi hal itu. "Siapa yang menikah? Tuan Putri?"

Lionel terkekeh. "Itu bagian paling anehnya. Bukan Tuan Putri, tapi Yang Mulia Ratu."

Aku melebarkan mataku, mengalami kesulitan untuk membayangkannya. Penguasa kerajaan menikahi orang di luar Forewood? "Jadi Yang Mulia Ratu sudah menikah sekarang?"

"Iya, dengan Pangeran Bungsu Laestria. Dramatisnya, dan ini hanyalah kabar yang kudengar dari orang terdekat Ratu, sebenarnya si Pangeran ini adalah salah satu ksatria Forewood sekaligus teman Ratu yang menghilang waktu Perang Ketiga." Lionel tertawa-tawa sendiri.

"Wow," Aku menghembuskan napasku. Fakta demi fakta mengejutkan terus menumpuk. "Orang-orang yang menghilang di Perang Ketiga kembali lagi?"

"Oh, ya, ya," Lionel mengangguk-angguk. "Mereka sebenarnya diambil Lirsk dan dicuci otak hingga menjadi bagian Lirsk. Untungnya mereka tiba-tiba sadar, aku tidak tahu bagaimana, dan membantu kita memenangkan perang." Pemuda itu menoleh sedikit ke belakang, ke arahku. "Oh, soal perang, kau tahu kan bagaimana Lirsk sering mengirimkan monster ke arah kita entah bagaimana caranya?"

Aku mengangguk.

"Nah, karena aliansi dengan Laestria itu, mereka tidak bisa melewati kerajaan tetangga untuk mengirim monster. Jadi mereka memanfaatkan kapal-kapal mereka untuk mengirim monster-monster batu yang sulit dilukai dari arah utara Forewood." Lionel menatap lurus ke depan, membuatku tidak bisa melihat ekspresinya, tapi aku mendengar bahwa nadanya suaranya sedikit muram. "Beberapa teman dari Keprajuritan Istana dikalahkan dengan mudah oleh monster-monster itu. Kurasa itu adalah saat paling depresi di medan perang utara."

Journey to the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang