Ponsel Siapa? (2)✔️

329 119 64
                                    

Baru saja ingin menutup pintu, namun matanya melihat sebuah ponsel yang tergeletak. Dia pun memanggil Jimin untuk mengembalikannya. "Tunggu, ponsel kalian ketinggalan."

Jimin memegang benda pipih itu sembari meneliti untuk mencari tahu pemilik aslinya. "Seingatku tidak memiliki ponsel seperti ini." Jimin menekan tombol kecil yang terletak di sisi kanan, menampilkan wajah seorang lelaki yang sangat menawan.

"Ah, aku sudah tahu ini ponsel siapa."

Dean mengucek kedua matanya, lalu melihat jam yang telah menunjukkan pukul empat sore. Dia beranjak dari tempat tidur menuju kursi yang terletak di belakang rumah. Itu merupakan kebiasaannya setelah bangun tidur. Memandangi pekarangan yang ditumbuhi rumput teki di bagian paling belakang dekat pagar kayu pembatas rumah. Dean dapat melihat Mochi tengah tertidur pulas di antara rerumputan itu.

Aku bisa gila jika selalu seperti ini. Bagaimana aku bisa bertemu dengan mereka terus-menerus? Aku takut sewaktu-waktu aku tak bisa lagi kembali ke sana. Aku merasa nyaman dengan adanya mereka sekarang.

Tangannya mengambil watering can berwarna merah dan mulai menyirami rumput-rumput liar yang tumbuh sepanjang pagar. Tidak ada tanaman hias yang bisa Dean siram, sehingga dia memilih merawat rumput itu. Setidaknya Mochi akan senang melihat rumput tempatnya bermain tumbuh dengan baik.

"Permisi!"

Mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya, Dean pun beranjak untuk membukakan pintu. "Siapa ya?" tanya Dean pada seorang lelaki di depannya. Satu hal yang dapat disimpulkan Dean, lelaki itu sangatlah tampan dan juga tinggi.

"Maaf, aku baru saja pindah ke sini. Rumahku di depan rumahmu. Aku ke sini ingin meminjam palu. Apa kau punya?"

Dean tersadar dari lamunannya. Gadis itu pun pergi mengambil sebuah palu dan memberikannya kepada lelaki yang namanya masih menjadi rahasia. "Kau boleh mengembalikannya kapan saja." Senyuman manis merekah di wajah cantik itu.

"Terima kasih."

Dean memandanginya hingga menghilang di balik pintu rumah depan Lelaki itu beramput ceak bewarna hitam, alisnya tebal, memiliki kulit putih bersih, hidung tinggi menjulang, alis yang tebal, dan tubuh yang tegap.

Dean kembali ke kamar. "Ah iya, aku belum menemukan sepatu yang akan kubeli." Dean mencari-cari ponselnya, tapi tetap saja tidak ketemu. Dia pun mulai mengangkat bantal, selimut, dan meraba-raba tempat tidurnya. Bukan ponsel yang ia dapat, Dean malah menemukan benda-benda lain yang selama ini hilang, seperti ikat rambutnya yang hilang kira-kira dua tahun yang lalu.

Memang dia bukanlah gadis yang rapi, rumahnya penuh dengan debu dan barang-barang berserakan di mana-mana. Hanya sesekali saja ia membersihkan dan merapikan rumahnya, yaitu di saat libur semester.

"Ke mana ponselku?" ujarnya seraya menggaruk kepalanya.

"Aku mau juga." Jungkook merengek meminta pizza kepada Hoseok.

"Kau sudah makan sangat banyak. Apa kau tidak takut ABS-mu akan menghilang?" Walaupun dia berkata seperti itu, Hoseok tetap saja memberikan potongan pizza pada Jungkook.

Jungkook mengangkat bajunya, melihat apakah ABS-nya masih ada pada tempatnya.

"Jangan takut, Kook. Penggemar kita akan tetap menyukaimu walaupun kau kehilangan ABS itu," sahut Namjoon.

"Lihat Yoongi. Badannya biasa-biasa saja, orangnya menyebalkan dan selalu melontarkan sarkasme yang menyakitkan hati. Tapi lihat, masih banyak yang menyukainya," ujar Jin sambil menepuk-nepuk punggung Yoongi.

Yoongi memasang wajah datarnya. "Aku sudah selesai, aku mau tidur." Dia pun beranjak meninggalkan yang lainnya. Yoongi tidak peduli dengan waktu malam dan siang, di saat kantuk menyerang, maka dia akan pergi tidur.

"Oh iya ... Tae, kapan kau membeli ponsel baru?" Jimin merogoh saku celana belakangnya lalu menyerahkan sebuah ponsel kepada Taehyung.

"Ponsel baru? Aku tidak membeli ponsel baru. Dan itu tentu saja bukan ponselku." Taehyung meneliti ponsel yang sekarang ada di genggamannya.

Jungkook mengambil alih ponsel itu. "Apa itu ponselmu, Kook?" tanya Jimin.

"Tentu bukan ponselku. Kau lihat saja jenis ponsel ini." Jungkook tahu ponsel itu mungkin sudah tidak dijual lagi sekarang.

"Coba kulihat." Jin merampas ponsel itu lalu menghidupkannya.

"Ini seperti ponsel yang ditunjukkan Dean tadi. Lihat! Ada gambar Taehyung di sini. Aku jadi ingin melihat isinya." Semua mendekat kepada Jin. Pandangan mereka melekat pada benda pipih itu.

Jari Jin menggeser layar ke atas, berharap ponsel itu tidak diberi password. Namun, harapan mereka pupus ketika melihat empat kotak kosong yang perlu diisi oleh empat angka.

"Coba 1234," ujar Hoseok.

"Tidak bisa."

"4321."

"Tidak bisa juga. Pikirkan baik-baik, ponselnya akan terkunci jika ketiga kalinya kita salah."

"2512."

"TERBUKA!"

"Nomor apa itu? 2512?" tanya Hoseok.

"Tanggal dan bulan lahirku," jawab Taehyung dengan tersenyum bangga.

Dia juga mengidolakanku. Kenapa password-nya tidak memakai tanggal lahirku? Jungkook menampilkan wajah kesalnya.

Jin yang di kelilingi oleh kelima adiknya sangat fokus meneliti satu per satu isi ponsel itu. Wallpaper utama terpampang jelas wajah Taehyung.

"Dia benar-benar menyukaimu, Tae. Lihatlah, semua akun sosial medianya menggunakan fotomu," ucap Namjoon.

Begitu selesai menjelajahi akun media sosial Dean, Jin beralih ke sesuatu yang selalu menjadi incaran pembajak ponsel, yaitu galeri.

"WAH!" kagum mereka dengan serempak.

4068 Taehyung

3237 Jungkook

1293 Video BTSS

13829 BTSS

Itu bukanlah jumlah yang banyak, karena sebagian dari harta karun Dean sudah dipindahkan ke laptop. Dean dengan susah payah mengumpulkan semua itu selama dua tahun.

"Bahkan aku hanya punya puluhan fotoku sendiri di ponselku." Jimin berdecak kagum melihat itu semua.

"Ya! Foto kapan ini? Mukaku jelek sekali," ujar Jungkook setelah tak sengaja melihat fotonya beberapa tahun yang lalu. Terlihat Jungkook dengan badan kurus dan wajah yang sangat imut karena gigi kelincinya.

"Kemarikan ponselnya, Hyung." Jungkook mengambil alih paksa ponsel itu.

Ckrek-Ckrek-Ckrek!

"Sudah."

Together with BTSS ¦| JJK |¦ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang