Hantu (2)✔️

447 216 117
                                    

Dean melambaikan tangannya pada Erin dan Ciki yang memilih untuk pulang bersama karena rumah mereka yang searah. Dean juga tak ingin berlama-lama di kampus dan memilih untuk bergegas pulang dengan motor matic kesayangannya. Dia dengan santai mengendarai motornya dan beberapa kali berhenti menunggu lampu hijau. Banyak orang yang memandanginya dengan tatapan yang dapat diartikan 'dia gila' dan sejenisnya. Bernyanyi lagu Korea dengan mengabaikan suara cemprengnya. Untung saja tidak ada orang yang melemparinya dengan tomat dan benda lainnya.

"Mochiiiii ... aku pulaaaang." Dean sudah terbiasa melakukannya. Dulunya dia sangat terobsesi dengan Nobita.

"Aku di sini, Dean." Jangan berpikir itu Mochi, karena kalian tahu Mochi itu hanya seekor kucing. Iya, itu suara Dean sendiri. Tak heran tetangga di sebelah rumahnya mengatakan Dean itu sedikit gila. Namun tidak masalah, sebab Dean termasuk golongan tetangga yang ramah.

"Apa kau sudah makan?"

Mochi memandangi mata majikannya dengan sangat lucu. Terkadang ia akan mengeong seolah-olah mengerti pembicaraan Dean.

"Ayo kita makan." Dean memilih untuk menggoreng telur mata sapi. Memasak dan makan bersama Mochi. Manusia yang kesepian, 'kan?

"Ah, aku sudah kenyang. Tidur siang atau menonton BTSS, ya? Menurutmu bagaimana, Mochi?" Mochi kembali mengeong sembari memandangi wajah majikannya. Mungkin kucing itu ingin meminta makanan lagi, tetapi Dean termasuk majikan yang tidak peka.

"Tidak, Mochi! Aku tak berminat mengerjakan tugas-tugasku. Tidak ada pilihan lain, sudah kuputuskan aku akan menonton BTSS." Mungkin kucing itu sudah lelah melihat tingkah laku Dean. Mochi pun beranjak pergi ke luar kamar. Dia lebih berminat melihat kucing tetangga sebelah dari atas sofa ruang tamu.

Satu jam sudah berlalu tanpa Dean sadari. Cuaca sangat mendung yang menandakan akan turun hujan. Dean menekan tanda silang merah pada tampilan di layar laptopnya lalu pergi untuk mengambil jemuran pakaian. Setelah semua sudah terlipat dengan rapi, ia mematikan laptopnya dan mencari posisi yang nyaman untuk segera ke alam mimpi di siang hari.

"Tidak ada yang mengalahkan kenikmatan tidur di waktu hujan." Dengan perlahan, mata Dean mulai terpejam.

"Kenapa aku harus melakukan semua ini?" gerutu seseorang.

"Sudahlah, Hyung. Tidak ada salahnya kita melakukan ini." Jimin yang penurut hanya pasrah dibebani tugas oleh Jin untuk membeli stok makanan mereka yang hampir habis.

"Ini semua membuang waktu tidurku." Yoongi menyeret kakinya dengan paksa. Sungguh, ia saat ini sangat malas untuk kemana pun. Satu tempat yang Yoongi sukai hanya tempat tidur.

Jimin dengan cepat mencari barang-barang yang ada di dalam list pemberian Jin. Sereal, sayuran, berbagai jenis daging, beberapa minuman, dan tidak lupa sekotak kembang api titipan Taehyung yang sangat suka dengan benda berbahaya itu. Ia berjalan untuk membayar semuanya, tapi Yoongi lebih dulu menarik lengannya.

"Kau melupakan susu pisang Jungkook. Apa kau mau melihat dia mengamuk?" Yoongi kembali ke jejeran minuman.

"Di mataku dia seperti bayi yang sedang merengek," jawab Jimin dengan santai. Walau Jungkook memiliki tubuh lebih tinggi dan kekar dibandingkan tubuhnya, namun Jungkook tetaplah seorang adik kecil baginya. Wajah bulat dan gigi kelincinya itu sangat menggemaskan bagi siapa pun.

"Iya, bayi itu akan mematahkan tulangmu jika kau tak memberikannya susu."

"Kau sadis sekali, Hyung." Jimin menemukan susu rasa pisang. Ia mengambil berkotak-kotak susu. Mungkin delapan atau sembilan kotak susu berukuran besar.

Together with BTSS ¦| JJK |¦ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang