Keanehan (1)✔️

224 57 56
                                    

Hari ke-14

Hari ini udara di Kota Seoul begitu dingin. Sudah hampir seminggu yang lalu kota itu memasuki musim dingin. Semua orang mulai mengubah penampilan mereka dengan menggunakan pakaian tebal.

"Jim, tolong nyalakan penghangat ruangan," pinta Namjoon yang tengah membaca buku.

Dengan segera Jimin memenuhi permintaan Namjoon. Kemudian melanjutkan tujuan asalnya yang ingin pergi ke kamar Dean. Meminta pertolongan gadis itu untuk mengerok punggungnya.

"Dean!" seru Jimin sembari membuka pintu yang terdapat papan bertuliskan nama Dean di depannya.

Suara benda yang terbentur lantai menusuk pendengaran Jimin. Segera ia menghampiri Dean yang sedang memungut pecahan gelas. Berserakan, terberai menjadi beberapa bagian besar dan sisanya seperti butiran pasir.

"Apa aku mengejutkanmu?" tanya Jimin dengan khawatir.

Dean sedikit tergagap. "A-aku tidak apa-apa. Tanganku terpeleset saat ingin meraihnya."

Terdengar helaan napas Jimin. Dia meraih tangan Dean agar tidak melanjutkan membereskan pecahan gelas itu. "Aku akan mengambil sapu. Jangan sentuh lagi, nanti kau terluka."

Dean mengangguk. Dia melihat Jimin keluar dari kamar, lalu mengalihkan pandangannya pada kedua tangannya. Apa yang baru saja terjadi?

Setelah membersihkan semuanya, Dean keluar dari kamar dengan raut malas. Tangannya ditarik paksa oleh Jimin hingga mereka berdua akhirnya duduk di sofa tempat biasa menonton.

"Minta bantu saja dengan yang lain! Aku malas mendengarmu berceloteh meminta pertanggungjawaban. Baru kulihat saja kau sudah teriak-teriak, dan sekarang kau ingin aku memegang tubuhmu. Apa ... kau mulai menyukaiku, Jimin?" tanya Dean dengan wajah menggoda.

Jimin terbahak. "Ini karena aku masuk angin. Lagi pula siapa yang bisa kupintai tolong?" jawab Jimin dengan suara melengking. Jimin emosi saja karena dia dengan sepenuh hati membiarkan tubuh indahnya disentuh oleh Dean, tapi malah dimarahi oleh gadis itu.

Walaupun menggerutu, namun Dean tetap mengambil botol kecil dan menaikkan baju Jimin dari belakang. "Ada Jungkook dan Taehyung. Mereka hanya bermain game seharian. Setidaknya kau bisa memintai tolong salah satunya."

Jimin lalu melepas baju kaos putihnya. "Aku tidak mau! Jungkook bukan ingin menolongku, tapi dia seperti ingin membunuhku. Kulitku hampir terkelupas jika kelinci itu yang mengerok."

Dean mulai melumurkan minyak di seluruh punggung Jimin. "Bagaimana dengan Taehyung?"

Jimin menoleh sekilas. "Alien itu? Hah! Aku lebih takut dengan Taehyung daripada denganmu. Bukannya mengerok, dia malah seperti membelai badanku. Antara kelainan ataupun memang dia tidak punya tenaga untuk mengerok."

Lantas gadis itu tertawa mendengar cerita itu. Cukup lama Dean mengerok Jimin. Lelaki itu pun menceritakan semua hal yang terdengar lucu di telinga Dean.

"Terima kasih sudah membantuku," ungkap Jimin dengan tulus.

"Terima kasih juga karena membiarkanku memegang tubuhmu, Jim." Dean terkekeh geli.

Jimin kembali memakai bajunya. "Jangan berpikir yang aneh-aneh! Kau kembalilah ke kamarmu."

Gadis itu berjalan ke kamarnya sambil menggerutu. Begitu Dean masuk ke kamar, Taehyung dan Jungkook keluar dari kamar si maknae dan menghampiri Jimin.

"Bagaimana?" tanya Taehyung.

"Tidak ada yang aneh. Dia seperti biasanya," jawab Jimin dengan wajah serius.

Together with BTSS ¦| JJK |¦ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang