Gara (1)✔️

244 92 70
                                    

Memasuki bulan Agustus akhir, kampus kembali diramaikan oleh mahasiswa yang memasuki tahun ajaran baru. Pagi itu di fakultas tempat Dean menuntut ilmu dihebohkan dengan adanya mahasiswa semester pertama yang memiliki wajah tampan dan membuat wanita terpesona. Banyak senior yang terang-terangan menggodanya bahkan ada pula yang menyatakan cinta di koridor kelas di saat pertama kali melihat anak itu.

"Aku tak menyangka ada mahasiswa baru yang setampan itu di fakultas kita." Ciki tersenyum mengingat lelaki yang berpapasan dengannya tadi.

"Setampan apa? Apa mengalahkan tampannya aktor?"

"Emm ... mungkin setampan Billy Davidson." Ciki tahu Erin sangat menyukai aktor itu.

"Benarkah? Kalau begitu aku harus melihatnya. Ayo Dean! kita melihat kembaran Billy Davidson." Erin menarik Dean serta Ciki untuk mencari anak itu.

"Itu dia." Mereka bertiga berlindung di belakang tiang penyangga yang hanya berdiameter 10 cm.

Dean memicingkan matanya seraya mencari data mengenai lelaki itu di kepalanya. "Dia? Aku kenal dia."

"APA?" teriak Erin dan Ciki.

"GARA!"

Merasa ada yang memanggilnya, lelaki itu menoleh. "Dean?"

"Wah, daebak! Kau benar-benar mengenalnya."

Dean memandang sinis kedua sahabatnya, lalu menghampiri Gara. "Ternyata kau lebih muda dariku, ya. Dan sebuah kebetulan kau kuliah di sini."

"Mungkin kita jodoh." Gara melepas tawanya, membuat gadis-gadis di sekitarnya merasa takjub akan ciptaan Tuhan itu.

Erin berdeham seraya menyenggol siku Dean.

"Ah iya, mereka berdua adalah sahabatku. Dia Erin dan dia Ciki."

Gara mengulurkan tangannya. "Salam kenal, Kak."

"Kenapa kau memanggil kami kakak? Panggil saja dengan nama kami."

"A-aku merasa canggung." Gara memegang tengkuknya.

"Biasa saja. Kau pun memanggil Dean dengan namanya." Ciki menatap jahil pada Gara dan lelaki itu tersenyum kikuk tak tahu ingin merespons bagaimana.

"Sepertinya dia menyukaimu, Dean. Ini kesempatan yang bagus untukmu," bisik Erin pada Dean.

"Kau pasti belum terlalu mengenal kampus ini. Bagaimana jika Dean menemanimu berkeliling kampus seusai kelas nanti?" ujar Erin dengan menyembunyikan ide liciknya sebaik mungkin.

"Lebih baik aku sa—"

"AWWW!" Tanpa kasihan, Erin menginjak sebelah kiri kaki Ciki. Erin pun menarik Ciki dan meninggalkan Gara bersama Dean.

"Baiklah! Nanti kita berkeliling. Aku akan menjadi pemandumu untuk hari ini." Gara mengulas senyumnya melihat keceriaan Dean.

Dean mengajak Gara berkeliling dari kelas-kelas jurusan Akuntansi yang terletak di paling kanan fakultas. Kemudian berjalan terus hingga melewati kelas-kelas jurusan Manajemen, Ekonomi Pembangunan, dan Ekonomi Islam. Terakhir, Dean memberitahukan di mana letak ruang dosen dan langung menuju kantin yang terletak di belakang kelas jurusan Akuntansi.

Kantin tampak ramai, hingga Dean dan Gara harus menunggu lama untuk makanan mereka. Dua gelas es jeruk kecil dan dua piring nasi goreng seafood telah tersedia.

"Tak apa 'kan jika aku memanggilmu Dean?" tanya Gara disela-sela makannya.

"Tidak apa-apa, santai saja."

"Apa kau punya pacar?"

"Punya."

Gara memasang wajah kecewanya. "O-oh begitu. Apa dia tidak akan marah karena kau bersamaku di sini?"

Together with BTSS ¦| JJK |¦ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang