Ponsel Siapa? (1) ✔️

297 128 60
                                    

Sekitar pukul sembilan pagi keesokan harinya, Dean dan kedua sahabatnya beserta Riyan yang merupakan pacar Erin, tengah bersantai di rumah Erin. Alasan mengapa mereka berkumpul di sana adalah banyaknya makanan enak yang selalu tersedia kapan saja.

"Makanlah dengan perlahan, kau seperti tidak makan beberapa hari." Erin membawa kue lainnya ke hadapan tiga orang itu.

"Sayang, kenapa kau punya teman seperti itu? Apa tidak ada orang lain di kelasmu?" Riyan memandang jijik ke arah Dean yang tengah makan dengan mulut yang penuh dan belepotan.

"Apa masalahmu denganku? Kalau aku makan dengan anggun, nanti kau berpaling dari Erin dan malah menyukaiku."

Riyan seolah-olah akan muntah mendengar kepedean yang keluar dari mulut Dean. Sedangkan Ciki masih sibuk dengan ponselnya, lalu ia melihat sesuatu yang sangat menarik.

"Dean, lihat! Dia sungguh seksi, aku yakin dia selalu berolahraga. Kau lihat perutnya semakin terbentuk."

Dean melirik sedikit, kemudian langsung membuang muka. Berolahraga? Yang kulihat dia hanya makan dan makan terus-menerus.

"Ada apa denganmu? Kau tidak seperti biasanya."

Dean menggeleng dan tersenyum tipis. "Ah ... tidak apa-apa. By the way ... Rin, bolehkah aku meminjam pemotong kukumu?" tanya Dean dengan berteriak untuk mengalihkan topik.

"Ambil di kamarku. Di dalam laci yang kedua," teriak Erin dari arah dapur. Ia tengah sibuk menyiapkan air minum untuk mereka semua.

Sesampainya Dean di kamar Erin, dengan cepat dia mengambil pemotong kuku. Memang Dean sudah menganggap rumah Erin adalah rumah keduanya, jadi dia sudah hapal seluk beluk rumah itu. Tidak ada yang berubah setelah sekitar dua minggu Dean memasuki kamar Erin. Semua barang didominasi warna pink dan gambar bunga-bunga. Dua lemari besar di sisi kanan berisi buku dan pakaian. Tempat tidur berada di sisi kiri dan melekat dengan dinding kamar yang menghadap jalan raya.

Baru saja Dean mengarahkan pemotong kuku, ia terkejut melihat kukunya sudah dipotong rapi. "Bagaimana bisa?" Dean mengingat-ingat kapan kala terakhir dia memotong kukunya. Ah iya, tadi malam! Dean teringat sudah memotong kukunya dengan pemotong kuku Hoseok.

Jadi semua itu memang nyata? Dean melompat-lompat kegirangan. Selama ini dia merasa menjadi orang gila dan akhirnya dia lega mengetahui semuanya nyata.

"ADA APA DENGANMU?! Kau ingin menghancurkan rumahku?" Erin muncul dari balik pintu.

"Ti-tidak ada apa-apa. Aku hanya senang karena sudah selesai memotong kuku."

"Dasar gadis gila!"

Lima jam sebelumnya ...

"Dhean ... jauhkan tanganmu dari perutku," celetuk Jungkook dengan mata yang setengah terbuka.

"Ahamhzbahajbs hamburger." Seketika Jungkook membuka matanya dan sangat yakin satu-satunya orang yang menyebut hamburger ketika tidur hanyalah seorang Hwang Taehyung.

"Kenapa hanya kalian berdua? Mana Dean?" Hoseok baru saja keluar dari kamarnya.

"Dia sudah pergi ketika kami tidur." Jungkook mengempaskan tangan yang bertengger di perutnya, membuat Taehyung terbangun karena terkejut.

"Bidadariku?!" ujar Taehyung yang baru saja terbangun.

"Bidadari apanya?! Ini aku, malaikat mautmu."

"Kau sensi sekali Kook akhir-akhir ini, melebihi Yoongi Hyung," kata Jimin sembari terduduk lesu di sofa. Dia masih mengumpulkan nyawanya setelah bangun tidur.

Together with BTSS ¦| JJK |¦ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang