Sakit (1)✔️

230 76 52
                                    

Siang itu rasanya kulit Dean akan terbakar karena terik panas matahari yang begitu menyengat. Peluhnya menghiasi pelipis dan kepalanya seikit pusing. Kalau saja bukan Gara yang memaksanya untuk jalan-jalan ke Tugu Khatulistiwa, Dean akan tetap berada di rumah sembari meminum teh es dan bersantai dengan Mochi.

"Hei, ada apa dengan wajahmu? Apa kau sakit?" Gara memegang kening Dean, memastikan gadis itu tidak demam.

"Tidak apa-apa. Hanya sedikit panas di sini," ujar Dean dan mengulum senyumnya.

Gara hanya mengangguk dan percaya dengan apa yang dikatakan Dean. "Kau mau es krim?"

"Mau."

Gara pun menggenggam tangan Dean dengan erat. "Ayo."

Kegundahan melanda Dean. Dia seperti wanita egois yang menolak lelaki yang jelas-jelas menyukainya dan sangat baik padanya, namun yang dia inginkan adalah seorang idol yang sudah pasti tidak mungkin menjadi bagian dari masa depannya.

Sudah dua-tiga kali Dean menolak halus pernyataam Gara, tapi lelaki itu tak pernah menyerah dan selalu dekat dan menjaganya. Dean merasa bersalah karena tidak bisa membalas lelaki yang sangat tulus mencintainya. Biarlah, Dean harap suatu saat nanti hatinya akan berlabuh di orang yang tepat. Mau Gara atau pun orang lain.

"Tanganmu hangat." Gara lalu mengarahkan tangannya ke kening Dean untuk kedua kalinya dalam hari ini.

"Kau demam, Dean. Ayo kita pulang." Dari pagi mereka menghabiskan waktu bersama hingga sore hari. Mulai dari menonton, makan bersama, ke toko buku, dan tempat-tempat lainnya. Gara yakin gadis yang tengah bersandar di punggungnya kelelahan menemani. Ralat, Gara menganggap hari ini sebagai kencan mereka.

Hari sudah malam dan lelaki itu baru saja membaringkan Dean di tempat tidur. Kini Gara tengah memperhatikan Dean sudah tertidur. Ia sengaja berjaga di samping Dean, takut gadis itu terbangun dan meminta sesuatu. "Cepat sembuh, Dean. Aku mencintaimu." Gara menggenggam erat tangan Dean dan pada akhirnya ia pun jatuh tertidur.

Dean terbangun di samping Jimin yang tengah menonton televisi. Lelaki itu sedikit terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Jimin mengamatinya dengan tajam.

"Dean, kenapa wajahmu pucat sekali?" tanya Jimin dan meraba kening Dean. "Kau demam. Suhu tubuhmu panas." Jimin berlalu ke kamarnya dan tanpa sengaja bertemu dengan Hoseok yang baru saja keluar dari kamar.

"Kenapa kau buru-buru sekali?"

"Aku ingin mengambil selimut untuk Dean. Dia sepertinya demam."

Hoseok pun bergegas ke ruang tengah. "Kau demam?" lelaki itu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Jimin.

"Sepertinya begitu. Badanku lemas," ujar Dean dengan wajah pucatnya.

"Bagaimana ini? Apa kita harus ke rumah sakit?" Hoseok merasa khawatir dengan suhu tubuh Dean yang sangat panas.

"Tapi dia tak terlihat," tutur Jimin sambil berkacak pinggang.

"Aku tidak apa-apa. Sebelumnya aku sudah meminum obat. Nanti juga baikan." Dean memberikan senyum terbaiknya.

"Di mana Taehyung dan yang lainnya?" tanya Dean sebab dia tak melihat orang lain selain Jimin dan Hoseok.

"Taehyung sedang mengantar Yeontae ke rumah ibunya. Jin hyung, Yoongi hyung, dan Namjoon hyung pergi berbelanja. Sedangkan Jungkook ..." Jimin melirik Hoseok, sedikit ragu ingin mengatakan yang sebenarnya. "Jungkook sedang menemui Hye Mi."

Jimin melihat raut kecewa terpahat jelas pada wajah Dean. Ia sangat tahu akhir-akhir ini Dean dan Jungkook memang dekat. Ya walaupun lebih seperti anjing dan kucing, tapi Jimin sangat yakin Dean menaruh perasaan lebih pada Jungkook, mengingat lelaki bergigi kelinci itu memanglah idola Dean, ditambah sikap Jungkook yang selalu menggodanya. Jimin takut Dean benar-benar jatuh hati dan Jungkook hanya memainkan perasaan Dean. Semoga saja itu tidak terjadi. Ingatkan Jimin untuk menasihati Jungkook nantinya.

Together with BTSS ¦| JJK |¦ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang