2. Awalnya ia sangat baik

7.2K 184 3
                                    

Tidak, awalnya ia sangat baik.
.
Untuk pertama kalinya aku di ajak suami ku untuk pulang kampung, ya pulang kampung ke rumah suamiku di tanah jawa.
.
Di sana kami mengadakan resepsi pernikahan, banyak tamu yang datang, hingga aku cukup kelelahan
.
Aku di sambut dengan amat baik ketika pertama kali menginjakan kaki di rumah ibu suamiku, ia sangat ramah dan penuh kasih sayang, "Selamat datang di rumah kita yang sederhana," begitu katanya, sungguh menyentuh hingga aku menitikan air mata saat di peluk olehnya, Ibu Suamiku.
.
Ia sering mengajak ngobrol, bertukar pikiran, sikap baiknya melebihi ibu kandungku, ia terlalu baik untuk menjadi seorang ibu. Hingga aku merasa satu- satunya menantu paling beruntung di dunia ini, dulu aku sangat menyayanginya.
.
Namun, aku merasa asing di rumah itu, sedangkan suamiku entah pergi kemana, aku menangis, sedih.
.
Akupun lebih banyak mengurung diri di kamar, membaca buku- buku yang tertata disana, waktu itu aku belum hamil, hingga aku membaca sebuah buku yang di dalamnya ada doa Nabi Zakaria meminta keturunan.
.
Saat resepsipun banyak tamu undangan yang hadir dan mendoakan agar aku segera memiliki keturunan, waktu itu sudah 2 bulan menikah dengan suami, tapi belum ada tanda- tanda kehamilan.
.
Saat resepsipun hujan, kau tau hujan artinya apa? Artinya berkah, saat doa- doa diijabah.
.
***
Ketika aku menangis sendirian di dalam kamar, karena merasa suami tak mempedulikanku, ibu mertua ku pun minta izin untuk masuk.

"Sya.. kenapa menangis," tanya mertuaku, kepadaku, ya.. aku Alisya.

"Aku sedih bu, mas Iyan marah- marah sama aku, padahal aku pengen bareng sama mas Iyan" ujarku, mengadu pada ibu suamiku.

"Wajar, kalau kamu belum bisa membaur, karena baru kesini, nanti juga lama- lama bisa ngobrol sama adik- adik, " ibu mertua berusaha menghiburku
.
Sebelum nya adik suamiku, sebut saja dia Mawar, Mawar meminta izin masuk ke kamar yang aku tempati, karena di suruh oleh suamiku, tapi Mawar tidak pernah mengajakku ngobrol sebelumnya, hingga aku tak suka kehadirannya, dan memilih diam saja saat dia berusaha menghiburku yang sedang menangis.
.
Ya, saat itu aku hanya terbuka pada ibu mertuaku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Note dari Author: Suka cerita ini? Jangan lupa koment ya.. biar author semangat lanjut hehe

Wahai Ibu MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang