24. Penyakit Hati

2.6K 160 11
                                    

Tak apa, aku tak kesepian meskipun suamiku nun jauh disana, merayakan Hari Raya bersama keluarganya, aku pun di sini melakukan hal yang sama, aku sudah terbiasa LDM, dulu sampai 5 bulan, jika saat ini LDM lagi, maka tidak ada apa- apanya.
.
Namun yang ku sayangkan, mengapa Mas Iyan harus meng-upload status foto sedang jalan- jalan, hanya itu yang aku sesalkan.
.
Uang pemberian Mas Iyan sudah hampir habis, aku sudah berhemat untuk pengeluaran harian ku dan Aqso, tapi setelah tau Mas Iyan sedang berlibur bersama adik bungsu nya Dion, hatiku teriris
.
Ya, aku menangis, aku ingin Aqso juga bisa merasakan hal yang sama seperti adik bungsu nya yang masih berusia 6 tahun itu
.
Tapi tak apalah, aku sadar diri, aku memang bukan yang pertama di hati Mas Iyan, aku hanya bisa berpesan padanya, "Mas, kalau kamu lagi senang- senang, alangkah baiknya kamu jangan memamerkannya di whatsapp story mu, karena anak istrimu di sini sedang berhemat," ku kirim pesan ku pada gambar pegunungan yang indah itu, hasil jepretan suamiku pada whatsapp story nya.

Mas Iyan pun membalas, "Kalau aku lagi jauh gini. Jangan ngajak berantem terus ya" jawabnya.
.
Tak apa, lagi- lagi aku sadar diri aku ini siapa, aku bukan orang penting di hatinya, lagi pula hampir 2 tahun ini sudah banyak yang ia berikan padaku.
.
Ia berikan waktunya, tenaga nya, serta nafkah, ia bertanggung jawab, hanya hatiku saja yang masih berpenyakit
.
Aku tidak dewasa dan elegan seperti adiknya Mawar, aku hanya wanita kekanakan yang mendapat takdir menjadi istri Mas Iyan.
.
Tak lama setelah ku kirim pesan itu, ada notif uang masuk di rekening ku, ternyata dari Mas Iyan.
.
Untuk mengusir semua sakit hatiku. Ku gunakan uang itu untuk mengajak Aqso berenang, aku ingin membahagiakan Aqso, ku ajak serta juga adik-adikku untuk berenang, Lily dan Silva

Wahai Ibu MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang