"Assalamualaikum, Sya apa kabar? Mas Iyan bilang Aqso agak demam? Mau makan ga?", tanya Ibu Mertua pada whatsapp, ah kepo sekali dia pada urusan rumah tanggaku.
"Wa'alaikumsalam. Kemarin makan cuma sedikit bu, hari ini alhamdulillah mau makan", jawabku biasa saja
"Ia Sya, tolong minum dan makan diusahakan masuk ya, ada madu Sya? Air kelapa, Sari kurma, Ibu kepikiran Aqso, kangen, sedih Aqso lagi sakit, cepat sembuh nak, sabar ya lagi di sayang Allah," balas nya lagi. Mungkin jujur dari lubuk hatinya.
Aku sedikit tersentuh dengan perhatian nya.
Tapi sisi lain, mengapa mereka chat di waktu yang sama? Kenapa mereka selalu saja mencampuri urusanku
Lagi- lagi hatiku bertarung. Yang satu mengaduh- aduh kesakitan, ingin sembuh dari trauma ini
Sedangkan yang satu lagi, menghasut benci dan dendam ini tetap menyala, siapa suruh dulu mereka memperlakukan ku dengan buruk, maka rasakan saja rindu itu, rindu pada cucumu sendiri yang kau sulit menemuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wahai Ibu Mertua
General FictionSelepas menikah suamiku berkata, "Jika kelak salah satu diantara kita ada masalah, jangan cerita ke masing- masing keluarga kita ya, karena hanya akan menambah masalah menjadi besar", ia mengatakannya saat kami sedang makan diluar, makan Bubur Cakwe...