Alisya POV
Rabu sore, ada pesan whatsapp masuk ke ponsel ku, rupanya itu dari Mas Iyan
Dia izin padaku untuk ikut kajian, tapi apakah ia tidak tahu? Aku sudah lelah menunggunya di rumah, dengan mual yang parah begini. Aku tidak biasa hanya berdiam diri di rumah, aku sudah terbiasa bekerja. Aku bosan di rumah! Di tambah suami ku izin pergi lagi sepulang kerja. Lihat saja, kalau jam 17.30 belum sampai rumah, lebih baik aku pulang ke rumah ayah, disana adik-adikku yang bisa menemaniku mengobrol
Lagi pula kontrakan ini begitu sempit, ventilasi udara sangat buruk, dan hawanya panas sekali. Aku lebih suka di rumah ayah, rumah ayah luas, dan adem, dan rasa mualku akan mereda biasanya kalau aku kesana
Jam sudah menunjukan pukul 18.00, benar- benar suami ku ini bebal sekali, dia mengujiku, jelas- jelas aku tidak suka kalau dia mampir- mampir.
Ya, aku tau dia sedang menuntut ilmu agama, tapi tidak bisakah untuk kali ini saja pengertian padaku. Aku membutuhkan dia. Aku kesal
Aku pun menaiki angkutan umum malam- malam sambil menahan mual rasanya ingin muntah, perjalanan masih panjang, aku menangis sepanjang jalan
Sesampainya di rumah ayah. Aku memuntahkan apa yang dari tadi harusnya ku muntahkan, yaa Allah mual ini sungguh menyiksa, untung saja aku sudah tiba di rumah ayah. Aku tidak lagi mencium bebauan aneh yang tiba- tiba muncul ketika hamil pertama ini. Bebauan itu hanya muncul di kontrakan ku saja. Aku benci udara di kontrakan yang sempit itu!
Aku tidur dengan hati yang puas, biar saja Mas Iyan, dia pikir hanya dia yang bisa berkeliaran setelah pulang bekerja? Aku juga bisa!
***
Tapi keesokan harinya aku bingung. Karena biasanya selalu Mas Iyan yang menyediakan makan untukku, aku memang jarang di beri uang belanja oleh Mas Iyan, mungkin ia yang tidak percaya padaku.Tapi di rumah Ayah tidak ada Mas Iyan, lalu aku harus bagaimana? Tabunganku pun sudah menipis, akhirnya aku meminjam uang sahabatku, dan itupun hanya bertahan dua hari, mau tidak mau aku menghubungi Mas Iyan, meminta uang darinya, lalu apa yang ku dapatkan? Dia bilang tidak punya uang.
Aku pun menangis menahan lapar bersama anak yang ada di dalam kandungan ku. Aku benar- benar sedih menghadapi kondisi ini.
***
Malam yang dingin, benci. Aku benci Mas Iyan, aku meringkuk di kamar Lily, tiba-tiba seperti ada orang di belakangku, aku pun menoleh, ternyata Mas Iyan, orang yang tega membiarkan kondisiku seperti ini.Untuk apa dia kesini? Ku usir saja dia, sekalian ku usir segala kenangan yang ada, padahal pernikahan kami masih seumur jagung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wahai Ibu Mertua
General FictionSelepas menikah suamiku berkata, "Jika kelak salah satu diantara kita ada masalah, jangan cerita ke masing- masing keluarga kita ya, karena hanya akan menambah masalah menjadi besar", ia mengatakannya saat kami sedang makan diluar, makan Bubur Cakwe...