Hy readers setiaku, terimakasih kalian udah ikutin terus cerita ini, karena aku seneng kemarin banyak yang komen, maka aku hadirkan lagi lanjutan kisahnya, selamat membaca :)
***
Sudah 4 hari Aqso demam dan kini keadaan Aqso makin membaik, aku sebagai ibu sungguh khawatir kalau bisa pindahkan saja sakit Aqso padaku biar aku saja yang merasakan nya
Mas Iyan pun sudah memaafkan aku, ya aku istri yang egois, aku sadar Mas Iyan begitu baik padaku, dia bersedia tinggal dekat dengan keluargaku, tetapi aku tidak mau di ajak berkunjung menemui keluarganya
Dan lagi Mas Iyan lelaki yang amat bertanggungjawab, meskipun sedang marah padaku, tetapi dia tetap menjalankan kewajibannya
Dia membelikanku sarapan dan menaruh setumpuk lembaran seratus ribuan pada nakas, padahal aku tidak bilang bahwa uang yang dia beri padaku sudah habis, lalu ia tau darimana?
Mungkin benar yang dibilang para ustaadz itu dalam ceramahnya, bahwa orang yang sudah menikah lama- lama akan satu suhu, meskipun yang satu tidak bilang, yang lain sudah tahu.
Aku kini ibu beranak dua, bisa masak nasi saja sudah syukur Alhamdulillah, selalu Mas Iyan yang membelikan ku lauk pauk sebelum berangkat kerja
Mas Iyan tidak pernah menuntutku agar aku melayani urusan perut nya dengan maksimal, justru Mas Iyan yang sangat menjaga makanku, ya tentu saja kalau di sini, lain ceritanya kalau sudah di kampung halamannya, di rumah orang tuanya, bahkan mungkin dia lupa kalau ada aku
Begitupun dengan pakaian, Mas Iyan tidak pernah menuntut ku untuk mencuci lagi, tentu saja karena aku yang lagi- lagi sudah beranak dua, jika pakaian menumpuk Mas Iyan langsung membawanya ke laundry, tidak seperti dulu. Mas Iyan selalu marah- marah kalau aku malas mencuci
Ketika Aqso sakit hal aneh terjadi pada ponsel ku, Ibu Mertua dan Mawar mengirim whatsapp secara bersamaan
"Assalamualaikum, apa kabar? Sehat mba dan keluarga?", tanya Mawar padaku melalui whatsapp
"Wa'alaikumsalam
Aku, Aura, dan Mas Iyan sehat, hanya Aqso sedang agak demam, alhamdulillah hari ini udah lebih baik, mohon doa ya Aunty", jawabku agar terkesan manis padanya."Hehe iya, InsyaAllah mba. Semoga cepat sembuh Aqso," jawabnya
Lalu ku akhiri percakapan itu dengan tidak membalas apa- apa lagi. Aku terlalu muak untuk bermuka dua, saat hatiku benci, tapi jemariku manis sekali
Lalu, ku buka chat yang satu lagi, ya tentu saja dari Ibu Mertua..
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Wahai Ibu Mertua
General FictionSelepas menikah suamiku berkata, "Jika kelak salah satu diantara kita ada masalah, jangan cerita ke masing- masing keluarga kita ya, karena hanya akan menambah masalah menjadi besar", ia mengatakannya saat kami sedang makan diluar, makan Bubur Cakwe...