Iyan POV
Aku pun pulang dengan pikiran yang masih melayang, aku tidak menyangka ujian pernikahan sampai seperti ini, sulit sekali mengatur Alisya, apakah ini karena dosa- dosaku dahulu yang sulit di atur oleh orang tuaku?
Ya, semenjak jauh dari orang tua aku sadar, bahwa mereka lah yang terbaik. Aku ini seorang perantau dari kampung ke kota, dengan gaji yang mulai lumayan, bisa mengontrak, bisa mengirimi orang tua, sudah merupakan kemajuan untuk diriku. Aku tidak lagi membebani orang tua.
Dan resepsi pernikahan kami di kampung waktu itu, aku memang mengabaikan Alisya, karena dia selalu saja ingin nya menempel padaku, jelas- jelas banyak yang harus aku kerjakan.
Lagipula, aku harus membantu ibuku, dan mengantar ibu kesana kemari, dia harus beradaptasi sendiri, jangan maunya hanya mengekor padaku, ya, aku tau ini kali pertama dia ke rumah orang tuaku, tapi tetap saja dia harus bisa menyesuaikan diri, jangan hanya berdiam diri di kamar, dasar bebal!
***
Sesampainya di rumah, aku tidur ditemani rasa kesepian. Alisya si periang, sedang marah padaku, ya sudah, biarlah***
"Mas, aku kangen kamu, lagian kenapa kamu gak langsung pulang, kan aku minta langsung pulang, kenapa tetep ke Kajian?", ku baca whatsapp dari Alisya pagi ini. Aku pun tersenyum, segera ku balas pesannya."Kamu udah ga marah sama aku? Ya udah ntar aku kesana ya, aku jemput," aku pun segera meletakan ponsel ku di saku dan berangkat kerja
Hari ini aku bekerja lebih semangat karena nanti sore aku akan menjemput istriku pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wahai Ibu Mertua
General FictionSelepas menikah suamiku berkata, "Jika kelak salah satu diantara kita ada masalah, jangan cerita ke masing- masing keluarga kita ya, karena hanya akan menambah masalah menjadi besar", ia mengatakannya saat kami sedang makan diluar, makan Bubur Cakwe...