28. Kali Ini Berbeda, Aku Lebih Bahagia

2.5K 134 5
                                    

Pagi itu aku sedang berpuasa, aku punya hutang puasa Ramadhan tahun lalu, dan aku sedang meng-qada-nya.

Ya tahun lalu aku tidak berpuasa 3 pekan, ini adalah hari ke 23, hari terakhir aku berpuasa, jika hari ini aku sukses berpuasa sampai maghrib, maka hutang puasa ku lunas.

Ya, Ramadhan tahun lalu aku tidak berpuasa karena sedang menyusui Aqso, ada uzur syar'i hingga aku tidak bisa berpuasa

***
Di hari terakhir meng-qada, pukul 10.00 pagi aku merasa mulas yang hebat, aku yakin ini pertanda aku akan melahirkan

Lalu ku suruh Silva menghubungi Mas Iyan agar segera pulang, tidak sampai setengah jam mas Iyan sudah datang, lalu mengajakku beranjak dari kasur

Ya, aku tengah berbaring menahan mulas, Mas Iyan menuntunku sampai menaiki motor, Mas Iyan mengendarai motor menuju bidan

Berbeda dengan tahun lalu. Aku diantar ayah dan Ibu Mertua menggunakan taksi. Namun diantar suamiku lebih berkesan.

***
Sesampainya di bidan aku sudah pembukaan 4, butuh waktu tiga jam untuk menuju pembukaan 10, kali ini lebih cepat dari pada lahiran pertama

Ya, yang lebih membahagiakan Mas Iyan ada di sisiku, Mas Iyan membimbingku mengatur nafas, ia juga membimbingku kapan waktunya untuk mengejan, Mas Iyan menciumi kepalaku berkali- kali, memegang tanganku erat, tak ingin barang sedetikpun aku di tinggalkan

Melahirkan kali ini meski saat sedang mulas- mulas nya aku masih bisa tersenyum pada Ibu Bidan, dan bidan kali ini amat baik padaku

Ketika bayiku sudah terlihat kepalanya di jalan lahir, ibu bidan membimbingku dengan sangat sabar, "Iya, ibu pintar, ayuk sedikit lagi," amat berbeda dengan bidan yang dulu yang suka nya marah- marah pada pasien type ku ini, pasien panikan

Hingga akhirnya, ada perasaan lega, alhamdulillah bayi kedua ku lahir dengan selamat, dia perempuan.

***
Tak hentinya aku berucap syukur, Allah masih memberikan aku kesempatan hidup, untuk mengurus para buah hatiku yang shalih dan shaliha

Terimakasih Mas Iyan, kamu sudah belajar dari kesalahan, bagaimanapun, aku tetap istrimu, dan aku menyayangimu.

Wahai Ibu MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang