Cuaca malam di Roma terasa hangat bagi Jennie, liburan sekolah tahun terakhir menjadi sangat berkesan, karena Hani—sang mama mengajaknya untuk mengunjungi Eropa dan melakukan tur fashion yang sangat disukai Jennie. Jennie itu penggemar fashion kelas kakap, mungkin dikarenakan sang Mama adalah seorang desainer sepatu dan tas sehingga fashion interest itu diturunkan pada Jennie.
Setelah menikmati pameran lukisan di salah satu museum terbesar di kota, Jennie memisahkan diri dari Mama nya untuk menikmati Roma sendirian. Jennie tertarik pada dunia fotografi, sehingga gadis itu kini berada disebuah pameran dan pelelangan kamera antik yang digelar di kota tersebut.
Dengan jalan yang lambat menyusuri setiap sudut pameran, Jennie mengagumi berbagai kamera dan juga hasil foto dari para fotografer ternama di dunia, semua yang tersaji di tempat itu sangat penuh dengan nilai seni. Kalo ngajak Sehun kesini, cowok itu pasti meminta pulang untuk diajak ke wahana bermain, tapi Jennie pergi kesini sendirian jadi dia ga perlu repot nurutin kemauan sahabatnya.
Ting ting!
Hp Jennie berdering mendadakan sebuah panggilan masuk, dengan kesal Jennie langsung menggeser layar dan menerima panggilan.
"ape lo?!" tanya Jennie ketus, penelpon itu ternyata Sehun.
"assalamualaikum wahai sahabat" sapa Sehun dengan nada cekikikan.
Jennie menyebikan bibirnya jengkel, "kumsalam.. ada apa?"
"ehehe, gitu dong, menjawab salam itu pahala nya banyak. Lo dimana sekarang?" tanya Sehun.
"lagi ga mikirin lo. Udah ah matiin telponnya!"
"jangan jangan!!" pinta Sehun agak memohon.
Jennie mendengus, dia dan Sehun sedang marahan, sudah satu minggu mereka tidak bertegur sapa karena masalah sepele. Jadinya untuk sementara sahabat yang sudah bersama selama dua belas tahun itu memutuskan untuk tidak ngobrol atau chatting dulu. Sehun makanya ditinggal liburan oleh Jennie ke itali.
"yaudah, mau apa?"
Akhirnya, Sehun menarik nafas dalam-dalam, "gue minta maaf"
"lebaran masih jauh nold!" nold untuk chef arnold. Sehun mendengus dan Jennie pura-pura cuek.
"ini gue gatau apa salah gue, tapi lo ngambek sama gue. Jubaedah, maafin dong..." jubaedah adalah panggilan sayang Sehun untuk Jennie.
"jen, nonton yuk kalo lo udah balik ke bandung?" cicit Sehun ditelpon.
Jennie memutar bola mata malas, "nonton apaan? Lo yang bayar yaa. Lo juga yang beli minuman sama popcorn buat nebus semua dosa lo ke gue!"
"lo kira lo siape pake harus ditebus dosa gue pake popcorn?!" jengkel Sehun membuat Jennie terkikik.
"nonton film setan Jen, ada tuh judulnya makmum. Yuk? Gue takut sendirian"
"lah, emang udah tayang?" balas Jennie terkejut.
"udah thayang, dari dulu.. thayang banget akutuh thama kamu.. kekekekek"
Jennie mencibir geli dengan ucapan sahabatnya. Gini nih Sehun, kalo dicuekin dua hari aja udah kelojotan macem cacing kepanasan.
"ih sehun, apaan sih lo!"
"gimana Jen? Yuk nonton ah... plis..plisss"
Jennie tidak mendengarkan kalimat Sehun, gadis itu justru tertarik dengan salah satu hasil foto dari sebuah kamera vintage yang terpajang di pameran. Gadis itu mematikan sambungan telpon dengan Sehun dan meraih kamera dengan tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Garis Keras (JenHun) COMPLETE
Fanfiction"Hun, kalo misalnya. Kak Irene sama Mas Suho terus bahagia dan hidup saling setia gimana?" Suasana menjadi serius, Sehun menghela nafasnya dan membalik tubuhnya ke hadapan Jennie. Jennie sepertinya sering berpikiran berat saat Irene dan Suho menikah...