"Sehun juga mau nikah..." Sehun membuat pengumuman saat makan malam keluarga berlangsung setelah resepsi pernikahan Suho dan Irene sukses digelar.
Cowok yang jarang ngomong itu menjadi pusat perhatian satu meja makan, apalagi Fany yang merupakan Mama Sehun.
"emm Hun. Kamu jangan becanda" timpal Fany dengan serius. Sebab seingat Fany, anak semata wayangnya ini tidak memiliki pacar atau teman dekat wanita.
Sehun tersenyum kecil sembari mengeluarkan sebuah kotak cincin dari saku kemeja batiknya, "engga becanda mih, serius.." ujar Sehun sembari memamerkan cincin indah bertahtakan satu berlian mungil.
"Terus.. siapa calonnya?" tanya Hani penasaran.
Sehun kemudian menghampiri seorang gadis yang tengah menikmati sepiring bolu pengantin, gadis itu sedang menyantap satu buah ceri dengan bibir agak tercecer krim.
"Jennie..."
Jennie celingukan, Sehun yang mengenakan jas bekas resepsi kini mendekatinya dan memberikan sebuah cincin kehadapannya dengan senyum manis, membuat Jennie bersiap untuk mengejek karena kelakuan noraknya ini.
"apaan sih.." ujar Jennie dengan bisikan pelan.
Semua orangtua tampak menatap dengan serius dan penasaran.
"Jen.. will you marry me?"
Jennie melihat kesana kemari, kemudian pandangannya jatuh pada Suho dan Irene yang duduk agak jauh dari dirinya dan keluarga. Tampak Suho begitu menyayangi Irene dan menyanjung gadis itu dengan tatapan mesra penuh kasih sayang dan cinta, membuat Jennie yang tengah dilanda cemburu besar itu pun segera menerima cincin dari Sehun dan menganggukkan kepalanya.
"iya, gue mau!"
.
.
.
Jumat siang yang agak mendung, Sehun terkantuk kantuk mendengarkan khutbah jumatan di masjid agung yang dekat dengan toko mebeulnya. Masjid tampak padat di jumat siang ini, tidak seperti biasanya yang sepi dengan jamaah.
Sambil menahan kantuk, Sehun juga sedikit meresapi isi khutbah siang itu yang di sampaikan oleh seorang ustadz muda yang Sehun kenal sejak SMA. Dia adalah Ustadz Umin Muslimin yang tampan bak Oppa dalam drama korea, Ustad Umin merupakan kakak kelas Sehun sewaktu SMA dulu, jadi wajar kalau Sehun kenal dan terkadang mereka juga mengobrol jika ada waktu luang dari masing-masing pekerjaan.
"Alangkah baiknya sebelum shalat Jumat itu pamit dulu pada isteri, cium keningnya, cium tangannya. Itu pahala nya sama dengan berangkat ke tanah suci.." ujar ustad dengan lembut dan bangga.
Bapak bapak dan para lelaki muda yang ada disana hanya dapat tersenyum kecil, termasuk Sehun yang langsung segar saat mendengar wejangan itu.
"apalagi ketika sunnah rasul saat malam jumat, ketika bapak bapak yang sudah beristeri memberikan kasih sayang pada isterinya. Niscaya turun 70.000 malaikat ke bumi untuk mendoakan bapak dan pasangan nya"
Sehun menyebikan bibirnya, malam jumat semalam dia justru pisah ranjang dengan Jennie, jangankan cium kening saat hendak jumatan, pagi tadi aja mereka tidak saling sapa satu sama lain.
Sehun memutuskan untuk berhenti memikirkan Jennie saat ini, dia ingin fokus pada kehidupannya saja, bikin furniture, cari ide lagi, jadi gamers, santai dan mabar bareng temen temennya. Tapi, apa bisa Sehun bersikap seperti itu lagi saat sudah terjalin ikatan antara dirinya dan Jennie? Dia adalah seorang suami sekarang, dan Sehun merasa terbebani dengan gelar barunya ini. Pernikahan main-main yang mereka lakukan dari awal memang sudah salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Garis Keras (JenHun) COMPLETE
Fanfiction"Hun, kalo misalnya. Kak Irene sama Mas Suho terus bahagia dan hidup saling setia gimana?" Suasana menjadi serius, Sehun menghela nafasnya dan membalik tubuhnya ke hadapan Jennie. Jennie sepertinya sering berpikiran berat saat Irene dan Suho menikah...