Percaya atau tidak, tetapi terkadang orang baik selalu disalahkan. Itu namanya kehidupan.
Hari ini entah dapat ide dadakan dari mana, OSIS mengadakan yang namanya class meeting. Katanya, untuk beberapa hari ke depan guru-guru masih akan terus-menerus mengadakan rapat dan beberapa persiapan, karena penilian akreditasi sekolah yang akan dilakukan bulan depan. Sebagai gantinya, OSIS diminta oleh kepala sekolah untuk memberi kegiatan bagi para siswanya.
Seharusnya, kalau rapat-rapat begini, Kiara lebih suka diam di rumah saja. Kenapa harus pakai sekolah juga. Tetapi kata Asya, kalau Kiara gak masuk, nanti Kiara akan menyesal.
Belum sampai tiga jam Kiara berada di sekolah, bawaan cewek itu hanyalah ingin tidur di rumah. Biasanya Kiara tidak mudah ngantuk, tetapi kalau jelas tidak ada pelajaran seperti ini rasanya ngantuk sekali.
"Riana, kenapa!?"
Sebuah suara yang tidak seperti teriakan tetapi terdengar seperti penekanan membuat Kiara menoleh. Matanya menangkap pada cewek berambut sebahu yang pakaiannya basah kuyup ditambah dengan bubuk-bubuk putih di sekujur tubuhnya. Kiara yakini itu adalah tepung.
Oh, ulang tahun ya? Lucu banget temen-temennya, batin Kiara berseru semangat.
"Jangan nangis."
Waduh, kayaknya bukan ulang tahun. Kiara melanjuti tebakannya dalam batin.
"Geng Araya yang ngelakuin."
Araya? Kiara merasa familiar dengan nama itu. Sepertinya seseorang pernah mengatakan nama itu padanya.
Ah Kiara ingat. Madeline pernah mengatakan tentang Araya.
Dengan rasa penasarannya, Kiara mendekati Riana, gadis yang basah kuyup itu. Tidak jauh berbeda dengan Kiara, teman-temannya yang lain juga melakukan hal yang sama dengan Kiara, yaitu mendekati Riana.
"Araya emang jahat banget."
Kiara menoleh, menatap pada Asya yang sedang menatap kasihan pada Riana.
"Riana, mau gue bales gak?"
Pertanyaan aneh yang keluar dari bibir Kiara membuat Riana dan yang lainnya menatap pada Kiara. Tidak ada tampang bercanda yang diberikan Kiara. Bahkan cewek itu terlihat sangat serius ketika mengatakannya.
Di saat yang lain berusaha menenangkannya dengan omongan dan pelukan, Kiara malah muncul dan menawarkan balas dendam secara cuma-cuma padanya.
"Ma—mau lo a—apain?" Riana bertanya dengan nada sesenggukannya.
Kiara sempat terdiam sebentar, seperti berpikir. "Melakukan hal yang sama, seperti apa yang dia lakuin ke lo."
Dan tanpa perlu jawaban lagi, Kiara melenggang pergi begitu saja. Tetapi Kiara tahu, Asya tidak mungkin melepasnya begitu saja. Karena memang pada kenyataanya, Asya menarik tangannya tepat di depan kelas.
"Jangan macem-macem deh." Asya lebih dulu mengingtkan Kiara. Asya tahu jelas, Kiara memang tidak suka adanya kegiatan senioritas di sekolah ini, tanpa perlu dibilang pun Asya sudah sadar sendiri dari sikap Kiara.
"Kalau lo udah berhadapan sama Araya, lawannya banyak. Angkatan kita gak mungkin ngebela lo!"
Kiara mendesah pelan. "Lo mau ngebela gue gak?"
Tidak ada jawaban. Untuk sekedar gelengan tidak setuju ataupun gelengan setuju pun tidak Asya tunjukkan padanya. Asya malah melemparkannya tatapan kesalnya.
"Mau gak?" tanya Kiara kembali memastikan.
Dan ragu, Asya mengangguk.
Kiara tahu, walau Asya baru mengenalnya dan Kiara juga baru mengenal Asya, tetapi ia yakin cewek itu akan mendukungnya. Terlihat jelas dari matanya dan kebiasaannya yang selalu berada di samping Kiara akhir-akhir ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/196057584-288-k799339.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senioritas (TAMAT)
Teen FictionSiapa sih yang menyukai sebuah perlakuan yang dinamakan Senioritas? Hampir satu Angkasa menyukainya. Perlakuan yang bisa dibilang berat sebelah dan tidak memikirkan banyak hal. Yang pasti, perlakuan yang membuat para senior bertindak sebebas mereka...