23. Tamu Tak Diundang

706 43 0
                                    

Kamu itu kayak termos. Dingin diluar hangat di dalam.

Suasana Sabtu pagi ini jelas berbeda dengan suasana Sabtu yang lainnya. Biasanya, siswa-siswi memilih untuk menghabiskan waktunya di hari libur untuk tidur seharian. Tetapi khusus hari ini, mereka yang turut tergabung dalam acara spesial Angkasa kali ini, jelas akan meluangkan waktu sebisa mungkin untuk mengikuti acara langka seperti ini.

Bahkan, hanya untuk mengatakan 'ingin ikut' saja sudah dilempari banyak syarat. Apa lagi kalau mereka semua benar-benar ikut tergabung, bisa repot karena aturan. Pada intinya, Angkasa tidak pernah memiliki aturan tersurat. Karena semua aturan tersampaikan secara lisan, supaya dimengerti dengan jelas, bukan untuk dibaca kemudian dilupakan.

Tidak jarang siswa-siswi yang kecewa, karena tidak bisa mengikuti acara seperti ini. Tetapi, Gilang, ketua acara itu, memang selalu menjadi orang yang pemilih. Ia tidak mau sembarang orang mengikuti acaranya.

Terlebih bagi para siswi. Mereka hanya bisa mengomel tidak jelas, karena tidak terpilih. Aturan Gilang yang merugikan bagi kaum hawa adalah, mereka tidak diperkenankan ikut, bila tidak diajak oleh cowok yang sudah diizinkan Gilang untuk ikut. Jelas hal itu membuat siswi-siwi yang tidak diajak merasa kesal, sekaligus sebal pada Gilang.

Tetapi, bukan Gilang saja yang menjadi penentu dalam memilih anggota acara kali ini. Ada, Sami yang bertugas memilih angkatan kelas sebelas, dan ada Rayn yang bertugas memilih angkatan kelas sepuluh.

"Lo udah sarapan, Ra?"

Sami bertanya. Sebelum cowok itu mendengar jawaban dari bibir Kiara, ia lebih dulu menyodorkan kotak susu kecil pada Kiara.

Kiara mengangguk, kemudian mengambil benda pemberian Sami itu. "Makasih."

Sudah hampir setengah jam Kiara duduk manis di tempatnya, tepatnya di bagian ujung parkiran. Tempat terkosong baginya, di saat keramaian benar-benar terjadi di depan sana. Tidak ada kursi, ia hanya duduk pada batu bertumpuk, yang penting bisa menahan bobot tubuhnya.

Jam sudah menunjuk pada angka enam kurang lima belas, tetapi tidak ada tanda-tanda acara akan segera dimulai. Bahkan, cowok yang seharusnya bertanggung jawab atas acara ini, malah duduk manis di sampingnya, sembari menyedot susu kotak.

"Lo mau di sini terus?" Sami kembali bertanya. Mengingat Kiara mengumpat di belakang mobil bak yang terparkir di bagian ujung parkiran itu.

Kiara mengangguk. Kemudian ia menoleh pada Sami, "kenapa?" tanyanya.

"Gue cabut dulu deh. Nanti kalau udah mau berangkat, lo ke sana ya?" ucapnya meminta jawaban.

Kiara kembali mengangguk.

Sejak kehadirannya di sekolah subuh ini, mungkin hanya ia yang tidak menunjukkan minat terhadap acara ini. Kalau bukan karena Sami, jelas ia akan memilih untuk tidur di rumah. Karena, ia benar-benar tidak memiliki teman untuk berbicara. Tidak ada Asya ataupun Madeline. Sami juga kabur-kaburan. Tidak mungkin juga bukan, ia meminta Gilang ataupun Ben menemaninya, kedua cowok itu juga pasti sama sibuknya dengan Sami.

Tidak lama, setelah ia menaruh susu kotaknya yang sudah kosong itu, suara sirene sebagai tanda untuk berkumpul dibunyikan. Bila yang lain akan berlarian untuk berada di barisan paling depan dan mendengar arahan, maka Kiara lagi-lagi, sebagai satu-satunya orang yang tidak menunjukkan niat untuk bangkit dan menghampiri kumpulan orang itu.

Percayalah, ada di sana ataupun tidak, Kiara tidak akan membawa pengaruh. Jadi, lebih baik ia duduk mengumpat, sembari menunggu tanda-tanda keberangkatan.

Ia mengambil gawainya yang berada di saku jaketnya. Kiara baru ingat, dari awal ia bangun hari ini, cewek itu belum memeriksa pesan baru yang ia terima. Meskipun, ia juga tidak yakin ada yang mengiriminya pesan atau tidak.

Senioritas (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang