11. Kebaikan Daffa

732 51 0
                                    

Meluangkan waktu untuk seseorang adalah hal sulit yang selalu diusahakan

Kiara menaruh gelas es krimnya pada meja ruang keluarga. Seperti biasanya saja, ia akan menghabiskan malam hari di ruang keluarga sembari menonton acara televisi dan bergelas-gelas es krim yang akan menemaninya nanti.

Jam di ruang keluarga masih menunjuk pada pukul sembilan malam. Cukup malam bagi Kiara, tetapi tidak bagi keluarganya yang lain. Sepertinya memang hanya Kiara yang otaknya paling waras di rumah ini, karena hanya ia yang tahu kapan harus pulang. Bukan seperti Gilang yang bahkan belum juga menunjukkan batang hidungnya di rumah sampai saat ini. Bukan seperti orang tuanya juga yang berangkat pagi, pulang tengah malam.

Tetapi apa bisa disalahkan?

Jawabannya jelas tidak. Kedua orang tuanya mencari uang untuk kehidupan mewahnya. Gilang bermain, itu bukan suatau kesalahan, karena lelaki itu hanya mencari kesenangan. Yang salah adalah Kiara yang kenapa selalu memilih diam di rumah. Itu salahnya.

Kiara mengambil ponselnya, setelah beberapa lama terdiam, bengong menatap pada televisi. Tujuannya sekarang adalah Daffa.

Daf, dimana?

Kira-kira akan berapa lama Kiara menunggu jawaban dari Daffa? Pasalnya lelaki itu jarang sekali memegang ponselnya, kalau bukan kepentingannya.

Daffa : tongkrongan. Why?

Kiara terkejut. Tidak selama yang ia pikirkan.

Main yuk. Gue bosen.

Daffa : Mau kemana malem-malem?

Kemana aja.

Daffa : Tongkrongan gue udah gak kayak dulu. Entar gue dianggep macem-macem sama lo!

Kiara berdecak. Apa maksud dari gak kayak dulu? Memangnya sekarang Daffa nongkrong dimana, sampai-sampai ia tidak boleh ikut bermain dengan lelaki itu.

Ajak gue muter Jakarta aja deh
Bosen parah!

Daffa : otw..

Kedua mata Kiara langsung berbinar melihat pesan terakhir Daffa. Lelaki itu memang paling bisa diandalkan.

Tanpa pikir panjang, Kiara langsung melesat menuju kamarnya, mengganti kaos oblongnya dengan kaos berwarna hitam dengan gambar di tengahnya, dan celana panjang yang robek berwarna senada dengan kaosnya.

Daffa's calling...

Ya ampun, masa secepat itu? Kiara jadi histeris sendiri. Ia mengambil tasnya asal, dan langsung beranjak turun.

"BI ASIH AKU PERGI!" Kiara berteriak. Ia tahu itu tidak sopan. Tetapi maaf, Kiara belum siap diberi tatapan tajam Daffa hanya karena dirinya yang lama itu.

Kiara membuka pintu gerbang rumahnya, dan langsung mengedarkan matanya mencari keberadaan Daffa. Aish, lelaki itu pakai motor atau mobil sih?

Tetapi belum sempat Kiara menemukan Daffa, mobil Gilang lebih dulu berhenti di sampingnya.

Bagus, Kiara ketahuan akan pergi malam. Entah Gilang akan bilang apa nantinya.

Daffa : Mobil putih.

Kiara kembali mencari keberadaan Daffa, tanpa memedulikan Gilang yang sudah turun dari mobilnya untuk menghampiri Kiara.

Kedua mata Kiara menemukan mobil itu terparkir di jarak dua rumah dari rumahnya. Kenapa Daffa parkir sejauh itu sih?

Senioritas (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang