13. Pertanyaan

719 47 1
                                    

Semakin ditutup rapat, semakin penasaran, itu definisi sebuah rahasia.

Baru pukul sepuluh pagi, tetapi Kiara sudah dibuat gemas dengan munculnya Gilang di kantin dan mengajaknya pergi meninggalkan kedua temannya begitu saja. Sepertinya Gilang belum mau menyerah juga. Tetapi tenang, Kiara juga belum mau menyerah.

Hubungannya dengan Daffa memang menjadi awal pergerakannya untuk mengalahkan Gilang. Tetapi Kiara tidak tahu kalau ternyata Angkasa begitu memusuhi Daffa. Yang ia tahu hanyalah, antara Gilang dan Daffa memang tidak pernah ada hubungan baik, tidak lebih dari itu.

"Ih!" Kiara gemas. Ia melepaskan cekalan tangan Gilang pada pergelangan tangannya, dan melotot pada cowok berseragam itu.

"Kita udah gak di rumah, jadi gue bebas dong!"

Kiara berdecak. Bahkan Gilang memakai kata 'gue' dalam kalimatnya. Sepertinya Gilang sangat mendalami perannya. Apa Kiara juga harus begitu?

"Jauhin Daffa!" tegas Gilang masih dengan nada tenangnya.

Kiara menggeleng. Ia menatap pada arah lain, menghindari tatapannya pada Gilang. "Aku mau, asal kamu jauhin Araya! Kamu enggak bisa kan? Aku juga!"

Bahkan Kiara tidak memberi waktu bagi Gilang membalas. Karena, ia pun tahu, Abangnya itu tidak mungkin melepas Araya dengan mudahnya. Tetapi tenang, sekali lagi Kiara tegaskan, saat Gilang tidak menyerah, maka Kiara pun sama, ia tidak akan menyerah.

"Aldo bisa maju cuma buat nyuruh lo jauhin Daffa!"

Jujur, rasanya telinga Kiara gatal sekali karena mendengar kata 'lo' dalam kalimat yang diucapkan Gilang. Iya, Kiara tahu ia memang tidak berada di rumah, tetapi haruskah mereka melupakan kebiasaan mereka juga?

"Majulah! Aku gak takut!"

Gilang melotot. Kok Kiara jadi menantang dirinya?

"Aldo orangnya kasar—"

"Terus aku harus takut?" Kiara bertanya dengan nadanya yang lagi-lagi terdengar menantang bagi Gilang. "Mau kamu ngancem aku dengan bawa keluarga aku pun, aku gak akan mundur!" tajam Kiara.

Ia mulai menatap Gilang, dan memberikan cowok itu tatapan tajamnya. "Aku gak segampang itu buat menyerah!"

Gilang mendesah. "Aku ngizinin kamu bersaing sama aku. Bukan sama seantero sekolah, Rara!"

Mendengarnya, Kiara jadi lega. Aku-kamu kembali lagi. Itu lebih baik untuk telinganya.

"Yang senioritas bukan kamu doang! Masa aku saingannya sama kamu doang, mana seru!"

Astaga! Rasanya Gilang ingin menjambak rambut seseorang. Ini kenapa adiknya bengal sekali? Susah sekali menuruti perintahnya!

"Lagi pula aku udah kasih kamu penawaran, kamu jauhin Araya, aku juga pasti jauhin Daffa. Gampang 'kan?" Kiara bertanya dengan senyum miringnya.

Gilang mengusap wajahnya kasar. Ini bukan kali pertamanya menghadapi Kiara yang bengal. Tetapi entah kenapa, kesabarannya kali ini seperti sudah di puncak paling tinggi.

"Jauhin Daffa!"

Itu bukan suara Gilang.

Dan Gilang pun terkejut, Aldo bisa menemukannya di sini. Ia menoleh menatap pada Kiara yang sedang menatap pada kedatangan Aldo.

Cowok dengan seragamnya yang berantakan itu mendekat pada Kiara tanpa melepaskan tatapan tajamnya pada Kiara. Untung saja Kiara sudah terbiasa dengan yang tajam-tajam, jadi segini masih kecil baginya.

"Kalau lo gak mau jadi salah satu musuh Angkasa, jauhin Daffa!" Aldo kembali menegaskan. Wajah cowok itu terlihat begitu tegang, tetapi tetap tidak membuat nyali seorang Kiara turun.

Senioritas (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang