Banyak orang yang salah mengambil langkah untuk menunjukkan kepeduliannya
Kiara menampilkan senyum bahagianya tepat pada Daffa yang berada di hadapannya. Berbeda dengan Kiara, Daffa malah menampilkan raut wajah gelinya pada Kiara. Ia tidak menyesal telah menyetujui permintaan Kiara. Tetapi entah kenapa, saat melihat senyuman Kiara yang seperti itu, rasanya ia sudah masuk ke dalam jurang yang sangat curam.
Suasana kafe yang mereka kunjungi sore ini tidak begitu ramai. Ditemani dengan alunan musik yang enak untuk di dengar, membuat Kiara nyaman untuk bertahan lama di sana. Bahkan Kiara sadar, ia telah menyita lama waktu Daffa. Karena ia pun tahu, Daffa tidak mungkin suka berdiam diri di tempat seperti ini.
"Lo malem mau kemana?" Kiara bertanya, kemudian mengambil gelas kopinya.
"Nongkrong," balas Daffa. Ia kemudian mengambil ponselnya yang berada di saku celananya, dan mulai fokus pada benda itu.
Gilang Anandita : stop deketin cewe gue!
Daffa menautkan kedua alisnya bingung. Kenapa Gilang tiba-tiba mengirimi pesan seperti itu? Bahkan Daffa lupa kapan terakhir ia mengirim pesan pada Araya.
Cewe lu ngarep banget gue deketin...
Daffa mengalihkan kedua matanya dan menatap kembali pada Kiara yang sedang asik memperhatikan pada jalanan.
"Ra, kok Gilang masih nganggep gue deketin Araya?"
Bagi Kiara itu bukan pertanyaan. Lebih terdengar seperti pernyataan yang meminta persetujuan. Tetapi mendengar Daffa mengucapkan hal itu, Kiara jadi semakin merasa aneh tentang Araya. Apa mungkin pikirannya tentang Araya benar? Tetapi katanya tidak boleh menilai orang terlalu cepat. Ah, kenapa Kiara harus peduli juga! Yang pasti, Araya akan tetap menjadi musuhnya.
"Emang Araya gak bener." Kiara membalas acuh tak acuh.
Kedua telinganya selalu menjadi lebih sensitif setiap mendengar nama Araya disebut. Maaf ya Araya, Kiara tidak peduli kamu baik atau tidak, tetapi Kiara sudah membencimu.
Kiara beralih pada ponselnya yang bergetar di atas meja. Tebakan Kiara, itu paling direct message Instagram dari orang-orang asing, atau mungkin pesan dari akun official.
Tetapi ternyata salah. Dari layar ponselnya, Kiara melihat nama Sami disana. Sebentar... apa Sami? Tumben sekali Sami mengiriminya pesan. Eh ralat, bukan tumben. Kiara lupa, ini pertama kalinya Sami mengiriminya pesan.
Sami : Jangan deket-deket Daffa.
Ya Tuhan. Penting sekali kah Sami mengirimi pesan itu?
Sami : Gue g cemburu. Jgn mikir aneh-aneh. Gue disuruh Gilang buat ngingetin lo.
Yah, baru Kiara berpikir Sami cemburu. Tahunya lelaki itu tidak sedang merasakan hal itu. Sayang sekali.
"Gilang percaya kita pacaran beneran." Kiara berujar tanpa mengalihkan kedua matanya dari layar ponselnya itu.
"Lah? Sekali liat doang langsung percaya?"
Kiara mengangguk. "Ini temen sekelas gue chat. Cuma bilang 'jangan deket-deket sama Daffa'. Penting banget..."
Kiara mengalihkan kedua matanya menatap pada Daffa. "Emang lo kenapa sih sama Angkasa? Sampai-sampai satu Angkasa musuhin lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senioritas (TAMAT)
Teen FictionSiapa sih yang menyukai sebuah perlakuan yang dinamakan Senioritas? Hampir satu Angkasa menyukainya. Perlakuan yang bisa dibilang berat sebelah dan tidak memikirkan banyak hal. Yang pasti, perlakuan yang membuat para senior bertindak sebebas mereka...