Hwa Eun terbangun dari tidurnya, melihat langit-langit kamar yang dia tempati ini sangat familiar di ingatannya. Hwa Eun mencoba mengingat kembali sore lalu dan menyadari jika Yoon Ki benar-benar membawanya pergi ke Daegu. Namun saat melihat sekeliling guna mencari sosok pria itu, Yoon Ki tidak ada di sekitarnya.
Seseorang membuka pintu kayu, terlihat wanita paruh baya membawakan nampan berisi semangkuk sarapan dan segelas air untuknya, berjalan ke arahnya lalu meletakkan nampan itu di atas nakas sebelum beralih menatap Hwa Eun dengan raut wajah khawatir.
"Bibi Soo.." sapa Hwa Eun namun wanita itu langsung memeluk tubuh ringkihnya. Ada getaran pada tubuh bibi Soo saat memeluknya. Wanita paruh baya itu memeluknya erat seolah tahu kondisi Hwa Eun yang sangat menderita.
"Bagaimana kau bisa bertahan hingga sampai seperti ini? Jika aku jadi kau, aku akan meminta Tuhan untuk berhenti sampai disini Hwa-ya"
Hwa Eun tersenyum, mengurai pelukan untuk melihat bagaimana wajah bibinya yang khawatir padanya. Bibi Soo yang peduli dengannya bahkan juga paman, mereka menganggap dirinya anak sendiri ketika tahu kedua orang tuanya telah meninggal karena kecelakaan.
"Aku baru tahu ini dari Yoon Ki jika kalian bercerai"
"Iya bi tidak apa."'
"Kau sangat tangguh Hwa, kalau aku jadi kau aku pasti sudah bunuh diri"
"Aku sudah pernah berpikir seperti itu bi, tapi tidak ada gunanya. Mati akan membuatku terjebak pada rasa bersalah karena keputusasaanku," Hembusan angin menyibak tirai jendela kamar itu tatkala Hwa Eun memberikan raut muka sedih. "Tapi, aku yakin Tuhan mau memberikanku satu kehidupan yang layak untukku. Meskipun itu bukan dari Yoon Ki"
Helaan nafas bibi Soo terdengar jelas, menandakan kalau dirinya lega karena Hwa Eun tidak sampai melakukan hal gila untuk memutus kehidupannya yang rumit. Keponakannya benar pasti Tuhan merencanakan kehidupan terbaik untuk Hwa Eun.
Mengambil kembali mangkuk sup itu dan menyerahannya pada Hwa Eun. "Makanlah, jika kau ingin sesuatu panggillah aku" katanya sebelum pergi.
Hwa Eun mengangguk, menerima semangkuk sup itu dari tangan sang bibi. "Bibi Soo, boleh aku meminta tolong padamu?"
Bibi Soo menghentikan langkahnya, kembali menatap Hwa Eun dengan raut ingin tahu. "Ada apa Hwa? Kau minta bantuan apa?"
Hwa eun memandang mangkuknya sejenak sebelum menatap pada sang bibi. "Bi tolong katakan pada paman Dong jika aku ingin pergi ke Busan dan merahasiakan ini kepergianku dari Yoon Ki, karena yang aku tahu Yoon Ki akan selalu mengingatku kalau aku tidak segera menjauh darinya"
Bibi Soo mengangguk, "Ya akan aku sampaikan Hwa."
***
Keputusan Hwa Eun adalah pergi meninggalkan semua luka-luka di hatinya termasuk kenangan lalunya bersama Min Yoon Ki. Seorang pria yang mengukir kehidupannya meski beberapa tahun lalu kandas begitu saja di sang ibu mertua.
Sejujurnya keputusannya sudah bulat untuk pergi ke Busan, Hwa Eun harus menghindari masa-masa sulitnya di waktu lalu dengan Yoon Ki agar tidak semakin bergantung pada pria itu. kendati Hwa Eun masih percaya jika dirinya dan Yoon Ki akan mendapatkan sesuatu yang lebih indah meski jalannya sudah berbeda.
Baru saja, Hwa Eun pergi ke gereja untuk berdoa dan kembali ke tempat dimana bibi dan paman Dong menunggunya di terminal bus. "Aku kan pergi. Jika Yoon Ki mencariku tolong rahasiakan ini" pinta Hwa Eun dengan berat hati. Keduanya hanya mengangguk menyetujui ucapan sang keponakan.
"Pergilah nak, jaga dirimu baik-baik" ucap sang paman mengiringi kepergian sang keponakan.
Hwa Eun hanya mengangguk pelan dan segera memasuki bus yang akan membawanya pergi jauh. Hanya lambaian tangan yang dia berikan pada paman dan bibinya melalui jendela bus sebelum melaju meninggalkan terminal dan semua kenangan yang sempat dia ukir beberapa hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hwa ; Serendipity. [on revisi]✔️
FanfictionAwalnya Hwa-Eun bersama Yoon-ki, namun kehidupan rumah tangga mereka retak dan memulai berpisah secara baik-baik. Hwa-Eun memilih tinggal di Busan dan bertemu dengan Ji-Min. *** Song Hwa-Eun adalah wanita yang tangguh setelah bercerai dengan suamin...