20 : Explanation

140 26 0
                                    

Hello, author lagi kangen si Jimin di Serendipity... Hehe😁 (auto digemplang para readers)

 Hehe😁 (auto digemplang para readers)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading guys...

.

Di taman rumah sakit, Ji-Min dan Hwa-Eun bertemu. Dirinya menerima usulan sang ibu untuk bertemu dengan wanita di depannya ini. Walau memang sedikit terburu-buru Ji-Min akhirnya bisa menemui Hwa-Eun secara langsung.

"Kau sepertinya sangat lelah, Hwa." Ji-Min membuka suara terlebih dahulu setelah keduanya berjalan menjauhi ruangan rawat nenek Kang.

Hwa-Eun hanya terdiam sesekali melihat kedepan, menatap lampu taman yang menyala terang. Dia bukan sedikit lelah fisik tetapi pikirannya. "Tidak, aku hanya—"

"Kepikiran?" sahut Ji-Min membuat wanita itu menatap dirinya walau sekilas.

"Em, iya. Ji-Min maafkan aku yang tidak membalas pesanmu." ucap Hwa-Eun sendu, tangannya meremat-remat kecil ujung pakaiannya. Berharap dirinya tidak melukai hati pemuda Ryu ini. Memang Hwa-Eun tidak berniat melukai hati Ji-Min dengan sengaja membalas ajakan lamaran dari pria itu beberapa hari lalu. Tapi, kata sengaja memang dia terlalu memikirkan sesuatu yang membuatnya sedikit frustasi. Antara menerima atau masih ingin menjaga hati untuk seseorang.

"Tidak apa, lagi pula aku juga tidak memaksamu—atas kapan hari itu" kata Ji-Min sambil memandang langit yang penuh bintang. "Kau suka bintangkan. Lihat langitnya penuh bintang sekarang. Indah ya" Alihnya.

Hwa-Eun menatap langit, benar bintang di sana banyak sekali. Hwa-Eun tersenyum kecil, lalu kembali menatap pemuda itu dengan wajah sendu. Ji-Min sangat baik untuknya, selalu tersenyum padanya, selalu berusaha menghiburnya dan juga memberikan bahunya cuma-cuma untuk dia sadari tanpa merasa lelah.

"Ji-Min-ah," panggilnya.

Bersamaan itu Ji-Min menoleh saat namanya disebut, menatap Hwa-Eun yang kini menatapnya. "Ada apa? Kau tidak suka bintang, ya?" tanya pria itu dengan raut muka cemas. Mungkin dia ingin berniat membuat senang wanita ini namun akhirnya gagal dan malah sebaliknya. Makin bersedih.

"Ke-kenapa tatapanmu seperti itu? Aku bukannya tidak suka. Tapi, aku ingin berbicara lain" jeda Hwa-Eun sambil menghela nafas pelan, mencoba menghilangkan rasa keraguan yang selama ini bercongkol di hatinya.

Hwa-Eun ingat kata neneknya tadi, ingat betul bagaimana sang nenek menginginkan dirinya bahagia dengan pria lain. Memang dia itu egois. Tapi bagaimana jika nanti dirinya terus terpuruk dan tidak bangkit dari masa lalu? Hwa-Eun pun juga tidak ingin seperti itu. Cukup sekali mencintai Yoo-Ki dan sekarang tidak lagi karena hubungan mereka pupus. Meski itu cukup sulit, Hwa-Eun akan berusaha mencintai Ji-Min dan melupakan Yoo-Ki.

Hi, Hwa ; Serendipity. [on revisi]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang