Masih menetap di Busan, Yoon Ki meneguk cairan kuning pahit itu dengan sekali teguk. Rasanya pahit bercampur panas di tenggorokannya tapi itu sama sekali tidak bisa memendam amarahnya. Kesal jelas, ini berkaitan dengan bagaimana dirinya menyampaikan sesuatu yang penting pada Hwa Eun, setiap akan bertemu wanita itu malah menghindarinya.
Gelas yang berisi champagne itu habis diteguknya ketiga kali, kendati ponselnya selalu berdering ketika dirinya menghabiskan gelas ketiganya. Yoon Ki mengintip sekilas siapa yang menelponnya. Min Seung Ha, ternyata ibunya menelponnya, rasanya Yoon Ki ingin mengabaikannya tapi jika tidak diangkat pastilah ibunya mengomel tidak jelas padanya.
"Yeoboseo." ucap Yoon Ki agak sedikit mabuk.
"Yoon Ki-ah kau dimana? Kenapa kau menelantarkan Valleta berhari-hari?" cibir Seung Ha.
Bibir Yoon Ki membentuk seringai kecil, Valleta pasti mengadu pada ibunya dan membuat ibunya itu menelponnya. "Ibu hanya memikirkan menantu kesayanganmu itu, tidak denganku."
"Kembalilah apapun itu. Kau tidak merasa kasihan pada Valleta.. Yoon ki—"
Pranggg..
Kepalanya sangat pusing sekali, bahkan mendengarkan ibunya yang mengomel dan membela istri barunya juga menyebalkan sekali. Yoon Ki melihat ponselnya yang hancur, baru saja dia melempar dengan keras ke tembok.
Air matanya turun melewati pipi putihnya, sebenarnya dirinya tidak ingin menangis tapi semua perkataan ibunya membuatnya sakit. Jika Yoon Ki menuruti keinginan ibunya, dirinya tidak akan berhak untuk melakukan ini dan itu. Dirinya juga bukan Min Han Jin, kakaknya yang pergi entah kemana karena tidak sanggup untuk menuruti keinginan sang Ibu.
***
Wanita tua itu tersenyum cerah walau wajah pucatnya lebih mendominasi. Senang bisa melihat kembali cucunya bahkan dua orang tamu dari keluarga Ryu datang berkunjung hanya untuk menjenguknya yang sakit.
"Syukurlah jika operasinya berjalan dengan lancar," ucap Da Hye memulai kata setelah sekian waktu Carissa yang bercerita tiada henti.
Nenek Kang mengalihkan pandangannya dari Hwa Eun dan Carissa yang tengah merangkai puzzle di meja. "Iya, Aku bahkan tidak tau jika selama ini dokter Kim adalah menantu anda."
"Nek lihat aku selesai menyusun puzzle!" seru Carissa sambil memamerkan puzzle milkinya. Kedua orang yang dipanggil nenek itu menoleh. Tidak tahu nenek siapa yang dipanggil oleh si gadis kecil itu.
"Hais, kau memanggil nenek yang mana? Disini ada dua nenek Issa-ah."
Carissa sedikit mengerutkan keningnya, mencoba berpikir dan menangguk saat dirinya tahu jawabannya. "Aku memanggil keduanya," ucap Carissa tersenyum lebar memamerkan sederet gigi putihnya. Gadis kecil itu terlihat mengantuk, kerap kali ketahuan menguap saat bermain puzzle.
"Issa-ah mengantuk?" tanya Da Hye.
Yang ditanya hanya mengangguk pelan. "Samcheon tidak jemput?" tanya Carissa sambil menghampiri Da Hye dan bergelayut lembut di pangkuan neneknya.
Da Hye menggeleng pelan. "Samcheon mu ada pekerjaan di kantor," mendengar ucapan Da Hye seketika gadis kecil itu cemberut. Da Hye mengusap lembut rambut kepala Carissa lembut, tahu sekali jika gadis kecil itu selalu menempel pada pamannya. "Kita pulang yaa... nenek sudah belikan es krim banyak di lemari pendingin," ajak Da Hye.
Gadis kecil itu kembali ceria setelah mendengarkan perkataan neneknya soal Es krim. Ya, Carissa bisa luluh jika menyangkut soal Es krim. "Kajja nek, aku tidak sabar ingin makan banyak-banyak." Gadis kecil itu turun dari pangkuan Da Hye dan melonjak-lonjak sembari mengeret tangan Da Hye untuk segera pulang. Semua orang yang melihatnya dibuat gemas dengan sikap dan tingkah gadis kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hwa ; Serendipity. [on revisi]✔️
FanfictionAwalnya Hwa-Eun bersama Yoon-ki, namun kehidupan rumah tangga mereka retak dan memulai berpisah secara baik-baik. Hwa-Eun memilih tinggal di Busan dan bertemu dengan Ji-Min. *** Song Hwa-Eun adalah wanita yang tangguh setelah bercerai dengan suamin...