25: I Think About

69 4 0
                                    


"Aku ada dimana?"

Ji min terbangun tatkala mendengar suara Hwa. Wanita itu membuka matanya. Menatap setiap lekuk ruangan putih di matanya.

"Kau sudah bangun? Syukurlah" Hwa Eun menatap pria di sampingnya ketika pria itu mengucapkan kata syukur saat dirinya terbangun.

" Yoo k-"

"Kau ada dirumah sakit, kemarin kau pingsan karena hipotermia. Syukurlah kau baik-baik saja" sela pria itu sambil mengusap pucuk kepala Hwa Eun.

"Nenekmu khawatir. Dia bilang jika kau di Seoul bersama Yoo Ki, jadi aku mencarimu sampai kesini."

Entah mengapa rasanya air matanya ingin keluar begitu saja saat mengingat kembali kejadian kemarin malam. Seharusnya dia tidak ikut Yoo Ki dan menampar Jenna waktu itu. "A-aku jahat pada semua orang. Aku menampar Jenna, membuat khawatir nenek, dan menyakiti hatimu"

Hati Ji Min terenyuh, dia mengusap air mata Hwa Eun yang menetes di kedua pipi itu dengan sentuhan jemarinya, lalu memeluk wanitanya itu hangat.

"Aku tidak apa-apa sungguh. Hemm... Sudah jangan menangis. Cantikmu hilang jika menangis."

***

Ji Min berjalan gontai keluar dari lorong dimana bilik kamar Hwa Eun dirawat. "Tuan apa anda wali dari nona Song Hwa Eun?" tanya seseorang perawat yang tiba-tiba datang dan membisikkan ini.

"Iya."

Perawat itu masih menatapnya sejenak, lalu mengajak Ji Min pergi ketempat yang lebih aman. Ji Min yang diajak pun tak mengerti, dia merasa was-was jika Hwa Eun kenapa-kenapa lagi. Seolah merasa bersalah karena telat sedikit saja.

"Aku merasa bersyukur jika Hwa-ssi sudah memutuskan hubungannya dengan keluarga Min. Tapi untuk Yoo Ki-ssi, saya lebih percaya padanya karena beliau tidak tahu apapun tentang ini. Sebenarnya saya sudah mengatakan ini pada Yoo Ki-ssi tadi, tapi beliau juga menyuruh saya untuk membicarakan ini pada anda."

Ji Min yang mendengarnya hanya mengangguk mengerti. Dia memberi isyarat sang perawat itu melanjutkan bicaranya.

"Begini tuan saya ingin memberitahu padamu satu hal tentang apa yang Hwa Eun-ssi alami enam bulan lalu. Dari dulu saya dan tenaga yang merawat Hwa Eun-ssi selalu di bujuk untuk tidak mengungkapkan kebenaran perihal kondisi Hwa-ssi. Bahkan hasil otopsi keluarganya dan kandungan yang Hwa Eun-ssi yang katanya memiliki gangguan dengan kemungkinan kecil bisa mengandung."

"Maksudmu?" tanya Ji Min tidak mengerti. Kali ini dia tahu kalau sekarang dia masuk dalam urusan Hwa di masa lalu.

"Sungguh saya merasa bersalah telah melakukan ini."

"Kau melakukannya? Memangnya siapa yang telah melakukan ini?" selidik Ji Min.

Perawat itu menggeleng keras, seolah ketakutan.

"Orang-orang keluarga Min lah yang mengancam saya, menyuruh saya untuk tutup mulut. Aku tidak tahu persis siapa yang melakukannya, orang itu mengancam akan membunuh keluarga saya."

***

Tepat setelah seminggu, Ji Min akhirnya mendapatkan balasan dari temannya. Katanya bisa menemukan informasi mutasi rekening milik Yoo Ki. Dua hari sebelumnya dia sudah menghubungi Yoo Ki agar bisa bertemu di Busan.

"Yoo Ki-ssi, aku pernah mengetahui kalau keluarga Hwa Eun sudah tiada," Ji Min membuka pembicaraan. Dia ingin tahu sebenarnya tentang keluarga Hwa Eun, kalaupun dugaannya benar, kalau Hwa Eun adalah anak keluarga pengusaha yang mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu.

"Iya, Hwa Eun adalah anak dari pengusaha tekstil," jawab Yoo Ki cepat.

"Kalau keluarga Hwa Eun adalah seorang pengusaha seharusnya orang tuanya masih memiliki sebagian harta yang ditinggalkan untuknya," kata Ji Min sembari mengintip banyaknya lembar mutasi dalam tabungan milik perusahaan Yoo Ki. Mereka berhasil melihat setiap pemasukan dan pengeluaran tabungan itu. Sungguh hasilnya membuatnya geleng kepala.

Hi, Hwa ; Serendipity. [on revisi]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang