19 : Yes Or Not

133 28 0
                                    

Seminggu ini, setelah kejadian penculikan Carissa. Hwa-Eun bisa bernafas lega, pasalnya gadis kecil itu bisa ditemukan di Seoul dalam keadaan baik. Valleta, menemukan gadis itu dan membawanya ke rumah miliknya atau lebih tepatnya rumah Yoon-Ki.

Akhir-akhir ini Hwa-Eun juga lebih mengurus sang nenek selain mengajar di sekolah. Mengantarkan nenek Kang melakukan kontrol kesehatan di masa tuanya. Entah mengapa keadaan nenek Kang menurun. Mungkin karena usianya terlampau 80 tahun membuat kesehatan tubuh nenek tua itu mendadak menurun drastis.

Kali ini dirinya sedang cuti mengajar, pasalnya sang nenek dirawat intensif di rumah sakit kembali. Dokter Seok-Jin menyuruh nenek Kang untuk tetap tinggal dalam beberapa hari ini.
"Nenek, Hwa-Eun tidak enak jika meninggalkan nenek dalam waktu lama." Wanita itu duduk di kursi dekat bangkar sang nenek, sembari memijat lengan nenek tua itu pelan.

Senyuman terpatri indah di wajah keriput sang nenek dan tangan keriputnya juga menyentuh telapak Hwa-Eun dengan lembut. Menyentuhnya membuat pijatan Hwa-Eun terhenti. "Saat kau pergi ke Seoul mencari anak dokter  Kim. Nyonya Ryu datang bersama putrinya bukan? Mereka tahu jika nenek sendirian disini karena kau bersama Ji-Min menjemput gadis kecil itu.."

"...Hwa-ya, nyonya Ryu banyak bicara soal dirimu dan Ji-Min  Nenek berharap sebelum nenek pergi, nenek ingin melihat kau bersama orang yang tepat, orang-orang yang bisa membuatmu bahagia."

Hwa-Eun menatap mata sang nenek, bahkan air matanya terbendung begitu saja di keduanya. Ingin turun saja  Hwa-Eun mengusap sudut mata yang mulai menitikkan air mata. Ucapan nenek benar-benar membuatnya merasa sedih. “Nenek jangan bilang akan pergi, Hwa jadi sedih kalau ditinggal sendirian tanpa orang yang menemani Hwa.”

Nenek terkekeh saat melihat wajah sedih cucunya itu. "Maafkan nenek ya. maka dari itu menikahlah dengan Ji-Min  Nenek hanya ingin kau berada di orang-orang yang tepat, bisa menjagamu lebih lama dan bersamamu lebih lama. " pinta nenek Kang lembut. Memeluk cucunya dengan usapan lembut di punggung.

"Hwa, akan berusaha untuk menerimanya nek."

Mendengar ucapan Hwa-Eun, nenek Kang hanya memagut paham. Semoga kau bahagia nak.

Hwa-Eun memang memiliki pribadi yang agak sulit jika menyangkut masalah dengan siapa kelak dia setia. Jika dilihat sekarang jelas Hwa-Eun masih memiliki perasaan dengan pemuda Min walau pun Hwa-Eun sudah tersakiti ataupun dirinya sudah menjalin hubungan dengan pemuda Ryu. Tentu saja membuat pikiran Hwa-Eun sedikit bimbang untuk menerima Ji-Min sebagai seorang yang berarti dalam hidupnya.

"Nenek yakin, kau bisa menerimanya."

***

Ji-Min terduduk di sofa ruang tamu, mencoba melemaskan tulang-tulangnya yang kaku karena terus menerus berada di kantor kejaksaan Busan.

Ah, kasus penyelewengan anggaran kerja proyek pembangunan gedung sekolah membuatnya sedikit pusing, pasalnya ada beberapa laporan yang kurang jelas tentang hal itu. Membuatnya harus terhenti dan menyuruh para penyelidik untuk menyelidiki lebih lanjut.

"Samcheon," sapa Carissa yang tengah terduduk tepat di samping pria itu, menatap wajah lelah Ji-Min dengan tatapan polosnya.

Da-Hye bergegas menuju Carissa yang sudah mengganggu Ji-Min dengan guncangan di kaki pria itu. Da-Hye menyentuh rambut cucunya pelan. "Ah, Issa-ah ganti baju dulu ya. Lalu kita pergi mengunjungi nenek Kang," pinta Da-Hye dengan lembut. Carissa kecil mengangguk dengan semangat dan berlari ke dalam kamarnya.

Ji-Min membuka matanya dan menoleh melihat ibunya sejenak setelah mendengarkan ucapan sang ibu perihal nenek Kang. "Neneknya Hwa-Eun kembali masuk rumah sakit?" Tanya Ji-Min.

Hi, Hwa ; Serendipity. [on revisi]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang