vote..vote..vote..
.
.
Seminggu di rawat di rumah sakit membuat nenek Kang bosan, wanita tua itu akhirnya meminta dokter Seok Jin untuk pulang. Dokter Seok Jin itu menyetujuinya meski ada beberapa syarat yang harus dipenuhinya seperti kontrol kesehatan sebulan dua kali setidaknya itu saja yang dokter muda katakan.
Hwa Eun yang ikut mendengarkannya pun juga mencatat perkataan dokter Seok Jin itu di kepalanya.
Ruangan yang menjadi ruang rawat nenek Kang kembali rapi seperti semula, Hwa Eun sudah merapikannya sebelum mereka akan keluar dari rumah sakit. "Ayo, nek." ucap Hwa Eun, mengeret kursi roda sang nenek. Namun sebelum sampai keluar, Jin Min mendadak membuka pintu.
"Oh Jin Min-ssi."
Jin Min tersenyum pada keduanya, "Ah jadi ibu menyuruhku datang kesini untuk menjemput kalian—m-maksudku membantu kalian," ucap Jin Min mendadak menjadi kikuk. "Aku kan bantu kalian membawa barang-barang ini."
"Terimakasih Ryu-ssi."
Jin Min kembali tersenyum dan meraih dua tas besar yang hendak Hwa Eun bawa. Mereka berbincang sedikit di lorong rumah sakit, sedikit melepas canda dan bercerita sesuatu. Hingga mereka telah sampai di lobby utama rumah sakit. "Aku kan pesankan taksi."
"Tunggu sebentar aku akan mengambil mobil dulu, tetap disini dan jangan pesan taksi" sahut Jin Min sembari berlari kecil menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari lobby utama rumah sakit. Pandangan mata Hwa Eun mengekori kemana Jin Min pergi sampai dirinya tidak tahu jika dokter Seok Jin ikut berdiri di sebelahnya.
"Anak itu, pasti berinisiatif sendiri," seseorang berkata lirih seperti menggerutu membuat Hwa Eun menoleh, mendapati dokter muda itu di sebelahnya. Perkataanya terkesan menggerutu tentang Jin Min tapi Hwa Eun hanya berpura-pura tidak tahu saja.
"Dokter, maaf saya tidak tahu jika dokter disini."
Seok Jin terkejut kala dirinya ketahuan ikut menunggu Jin Min. "Ah iya nyonya Kang, Hwa Eun-ssi. Aku hanya memastikan jika kalian pergi lobby dengan selamat," elak Seok Jin agar tidak ketahuan.
Mobil hitam itu telah sampai di depan lobby dan Jin Min terlihat cekatan dalam meraih dua tas besar itu untuk diletakkan di bagasi belakang. Bahkan juga terlihat kala pria itu juga membantu nenek Kang masuk ke dalam mobil.
"Hey, beliau ini orang tua kau harus lebih hati-hati Jin Min," kali ini dokter Seok Jin, mencemaskan bagaimana Jin Min bertindak.
"Omelanmu itu tidak membantuku hyung," sarkas Jin Min seusai membantu nenek Kang, memang Seok Jin tidak terlalu membantu, dokter muda itu malah membantu memasukkan kursi roda itu ke bagasi.
Yang di omel hanya terkekeh, Seok Jin menatap Hwa Eun sebentar, "Adik ipar ku sangat sensitif denganku, kuharap kau bisa sedikit merubah sikap buruknya itu."
Hwa Eun bingung dan Jin Min merutuki dirinya sendiri. Memang salah jika bicara tentang sesuatu pada kakak iparnya itu. Seok Jin ternyata tukang ember. Sekali diisi airnya selalu tumpah.
"Hyung!" teriak Jin Min spontan.
"Oke.. Oke.. Maaf, " kata Seok Jin terkekeh. Senang sekali menggoda adik iparnya ini.
"Dokter sepertinya aku akan pulang, untuk kata-katamu tadi aku sedikit tidak mengerti." sahut Hwa Eun yang masih kebingungan.
Dokter Seok Jin tersenyum di depan Hwa Eun, wajah tampannya terkena sinar matahari membuat silau mata. "Kau akan mengerti seiring waktu Hwa Eun-ssi, hati-hati dijalan." ucap Jin Seok sambil melambaikan tangannya pada kedua orang yang ada di dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hwa ; Serendipity. [on revisi]✔️
FanfictionAwalnya Hwa-Eun bersama Yoon-ki, namun kehidupan rumah tangga mereka retak dan memulai berpisah secara baik-baik. Hwa-Eun memilih tinggal di Busan dan bertemu dengan Ji-Min. *** Song Hwa-Eun adalah wanita yang tangguh setelah bercerai dengan suamin...