8 : Mi Casa

186 31 0
                                    

Jika boleh memiliki keduanya, mungkin tak masalah. Namun disisi lain ada masih ada orang tua yang bertindak lebih diatas, maka yang muda harus lebih menghormati. Yah, itu adalah budaya leluhur di Korea. Jika ini bukan Korea mungkin saja Yoon Ki sudah melakukan hal itu dari dulu.

Seung Ha itu cerewet namun perhatian, tau yang mana yang baik untuk anaknya dan tidak. Itu yang menjadi alasan Yoon Ki untuk lebih menyayangi dan menuruti orang tuanya. Namun tak jarang Seung Ha itu menjadi ibu yang terlalu baik bahkan buruk di waktu yang sama. Seperti singa betina menyerang siapa saja yang mengganggu anaknya.

Tapi, jika itu menyangkut Hwa Eun itu sangat keterlaluan. Seung Ha tidak menyukai Hwa Eun bahkan tega menyakiti perasaan wanita itu lebih buruk ketika kedua orang tua Hwa Eun meninggal atas kecelakaan.

Berpisah dengan wanita yang dicintainya membuat Yoon Ki merasa sebagian dari dirinya menghilang begitu saja. Seperti rayap yang mengikis kayu menjadi serpihan bulatan kecil seperti ragi. Belum lagi jika dia mengetahui fakta jika Seung Kwan, seseorang yang dulunya menghilang itu kembali lagi di hadapannya. Pria yang menjadi kesakitan bagi Hwa Eun, pria kurang ajar telah membuat hidup wanita itu sengsara.

Jika diminta untuk menghindar, Yoon Ki akan menghindari Hwa Eun untuk selamanya. Namun, kenyataannya dirinya masih ingin melindungi gadisnya. Karena Yoon Ki berfikir Hwa Eun masih belum bisa dikatakan bahagia walaupun dia senang dengan hidup barunya, tetapi jika Seung Kwan terus mengincar Hwa Eun akan terasa sama saja, tidak ada bedanya dengan hidup bersamanya atau tidak.

Seminggu tidak ada kabar dari Hwa Eun bahkan telepon dan sosial media milik gadis tidak ada perkembangan lagi. Yoon Ki frustasi, dirinya takut jika Seung Kwan menemukan wanita itu kembali dan menghancurkan tiap hidup Hwa Eun.

"Kumohon jangan pertemukan Seung Kwan dengan Hwa Eun, aku ingin dia hidup dengan bahagia walau tidak bersamaku." Yoon Ki bersimpuh di lantai gereja memohon dan merapalkan beberapa permintaan pada patung yang tergantung indah di depan altar gereja. Yoon Ki akan merasa bersalah jika tidak dapat melindungi wanita itu. Hwa Eun dalam bahaya, karena Seung Kwan terus mencari keberadaan wanita itu dan berniat menghancurkannya kembali.

***

Pagi hari yang cerah meski masih dingin. Hwa Eun tidak pergi ke sekolah karena hari ini hari libur, baru juga dia masuk tiga hari lalu sudah libur saja. Kegiatan pagi penggantinya kali ini adalah membantu nenek membuat olahan kue beras. Hwa Eun tidak akan tega jika membiarkan nenek tua itu melakukannya sendiri dalam membuat pesanan kue beras yang sangat banyak.

"Kau harus pergi mencari pakaian yang bagus untuk musim ini," ucap nenek Kang melihat Hwa Eun yang tengah memberi isian pada kue beras.

Hwa Eun tersenyum, mengusap peluhnya dengan lengannya. "Tidak nek.... Aku masih memiliki pakaian bagus," ucap Hwa Eun sambil membentuk kue beras itu.

"Pakaianmu itu sudah lama, pergilah carilah baju yang pantas untukmu." Nenek Kang memaksanya untuk membeli pakaian. Hwa Eun menghela nafasnya, susah menolak nenek untuk tidak memaksanya.

Hwa Eun melihat wajah neneknya sebelum dia menyetujui tawan sang nenek. "Baiklah jika nenek memaksa aku akan pergi sekarang, tapi setelah ini selesai semua," tawarnnya.

"Baiklah."

Sementara itu di rumah lain Ji Min tengah terduduk di sofa depan televisi, matanya menatap lurus karpet bulu berwarna soft di bawahnya dengan ujung sudut bibir yang tertarik ke atas secara bersamaan. Akhir-akhir ini ada yang mengganggu pikirannya.

"Kenapa tersenyum sendiri?" tanya Seok Jin saat dirinya duduk di samping Ji Min menyahut remote televisi dari tangan Ji Min dan memencet tombol on. Ji Min terbangun dari lamunannya, menggeleng pelan sambil melihat televisi yang berisi berita pagi hari ini.

Hi, Hwa ; Serendipity. [on revisi]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang