13 : Confused

156 29 0
                                    

Yang baca banyak ya, tapi yang vote cuma 20 :(

.
.

Hwa Eun terlihat melamun, memikirkan kejadian tadi kemarin malam. Entah mau dijawab bagaimana pertanyaan Jin Min mengenai perasaan pria itu, dan pada akhirnya hanya ada keraguan dan jawaban yang menjadi teka-teki bagi pria itu.

"Aku menyukaimu."

Bahkan perkataan yang sama seolah kembali hadir dalam hidupnya. Seperti dejavu baginya. Kenapa kalimat yang sama seperti saat Yoo Ki katakan padanya di taman bunga Daisy. "Hwa-ya, aku menyukaimu."

"Hwa-ya. Ada apa? Kenapa kau melamun sedari tadi?" Suara nenek Kang mengejutkan Hwa Eun yang melamun.

"Ah, tidak nek." Hwa Eun mencoba untuk tidak terfokuskan pada satu hal, dia lupa jika nenek Kang ada disekitarnya.

Sang nenek mencoba mengamati raut muka Hwa Eun yang berubah akhir-akhir ini, apa kemarin malam pria Ryu itu mengatakan hal tak terduga pada cucunya itu? Atau karena Min Yoo-Ki yang kembali menggejarnya?

"Kau tidak bisa membohongi nenek, matamu mengatakan kau sedang bimbang."

Hwa Eun menunduk, dia benar-benar tidak pandai menyembunyikan sesuatu keadaan apa pun. "Memikirkan siapa? Min Yoo Ki lagi?" tanya nenek Kang seolah-olah tahu apa yang Hwa Eun pikirkan saat ini.

Yang ditanya hanya menggeleng, memang bukan pria Min saja yang menghancurkan pikirannya kali ini. Hwa Eun menghela nafasnya pelan, menghentikan pekerjaannya yang tengah membersihkan debu di atas nakas dan beralih duduk di tepi ranjang untuk menatap sang nenek.

"Jin Min mengatakan sesuatu padaku kemarin malam, dia bilang dia menyukaiku. Tapi nek, ak—"

"Nak, sudah lah. Kau mengatakan pada Min-ssi untuk belajar mencintai istri barunya, setidaknya kau juga harus bisa mencoba mencintai lelaki lain," sahut nenek Kang memotong perkataan Hwa Eun. "Ryu-ssi, orangnya ramah dan keluarganya juga. Mereka membantu kita, tidak ada rasa pamrih sama sekali. Kau juga tau itu,"

Hwa Eun menatap wajah keriput neneknya dan mencerna kata-kata yang keluar dari bibir itu. Dan memang keluarga Ryu banyak membantu mereka baik secara finansial maupun yang lainnya. "Cobalah membuka hatimu, nenek janji kau akan bahagia dengannya." lanjut sang nenek.

Hwa Eun mengangguk ragu, mungkin benar kata neneknya. Dia sudah mengatakan berulang kali pada Yoo Ki untuk mencoba mencintai Valleta, mengapa dia juga tidak mencoba membuka hatinya pada pemuda Ryu.

***

Jin Min menatap langit-langit kamarnya gusar, sesekali melihat ponselnya. Dia berharap akan ada jawaban dari seseorang.

"Jika besok malam?"

Jin Min melihat jam dari ponselnya, sudah hampir jam 10 malam, kurang 5 menit lagi. Mencoba bangkit dari tidurnya pergi ke arah jendela kamarnya. Menyibak tirai tipis yang menghalangi pemandangan langit malam. Purnama yang indah diatas langit malam yang cerah.

Dia menghela nafas frustasi, baru kali ini dia gelisah. "Seharusnya aku tidak memaksanya." ucapnya. Entah mengapa dia seakan berubah, dari Jin Min yang sok jaim menjadi Jin Min yang memohon. Ini benar-benar tidak bisa diduga. Hanya tergila-gila pada sosok Song Hwa-Eun.

Langit tetap cerah meski acap kali awan melewati bulan purnama. "Oh, baiklah aku mengaku kalah sekarang, perasaan lebih kuat dari pada egoku." Jin Min seringkali menyangkal tentang perasaannya terhadap wanita. Tapi kali ini dirinya kalah terhadap perasaannya sendiri.

Ponselnya berdering lama, menunjukkan ada yang menelponnya saat ini. Segera Jin Min berlari dan menggapai ponselnya yang ada di atas ranjang. Menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan 'Song Hwa-Eun Calling' di sana. Entah menghalu ataupun apa, Jin Min bahkan tidak percaya jika Hwa-Eun menelponnya, bukan hanya sekedar chat.

Hi, Hwa ; Serendipity. [on revisi]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang