22 : Secret

154 24 0
                                    

Happy reading...

.

.

.

.

"Jadi ada orang yang ingin menghancurkan kehidupan Hwa-Eun dengan perlahan? Apa ini semua rencana Jenna dan Seung-Kwan juga? Kenapa mereka melakukan hal seperti ini?" gumamnya saat mengetahui satu titik temu. Kejadian empat tahun lalu yang janggal dan seolah disembunyikan kejelasannya.

Ponsel di atas mejanya menyala, menunjukan notifikasi pesan di lockscreennya. Dengan cepat dirinya menyambar jas dan bergegas menuju ke suatu tempat. Berharap dugaannya akan benar untuk sementara waktu ini.

***

Kang Jenna, wanita itu menunjukkan wajah tanpa ekspresi ketika menatap berkas dan foto yang ada dalam amplop coklat empat tahun lalu yang disimpannya dengan baik. Itu bukan miliknya, foto kecelakaan orang tua Hwa-Eun yang tersimpan rapi di dalam sebuah amplop coklat yang dia temukan di parkiran hotel acara pernikahan Hwa-Eun dan Yoo-Ki.

Jika diingat Jenna takut sekali saat menemukan itu, dia berpikir jika ini seperti jebakan. Jenna seolah dijadikan kambing hitam dalam kematian kedua orang tua Hwa-Eun padahal dirinya tidak tahu apapun soal itu.

"Oh, maafkan aku tuan Song... Aku sering menyakiti hati putri anda. Aku sekarang menyesal, aku berharap Hwa tidak mengenalku untuk pertama kali, aku berharap seperti itu agar dia tidak susah seperti ini," Jenna ingin sekali menangis. Masa lalu yang kelam yang ingin Jenna hancurkan.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan dari nomor yang tidak diketahui sebelumnya, membuat Jenna mengerutkan keningnya. Ingin hati tidak mengangkatnya namun kemungkinan klien atau orang-orang penting yang menghubungi melalui jalur pribadi. "Tidak biasa," keluhnya.

"Hallo"

"Hi, are you in Seoul?"

Jenna sedikit tersentak, dari suaranya dia sepertinya mengenali sosok yang tengah menleponnya. "Apa ini senior?" tanya Jenna hati-hati, dia takut jika salah mengenali.

Sosok di seberang sana tertawa, seakan ada yang lucu dalam pengucapan Jenna.

"Iya ini aku, kau Jenna Kang kan? Cucu direktur Kang Soo-Min bukan. Aku ingin bertemu denganmu. "

Jenna tidak bisa berkata banyak kendati panggilan itu tertutup sepihak. Jenna menyerit tidak mengerti tentang ucapan sosok itu ingin bertemu dengannya. Pesan masuk ke dalam ponselnya dan membuat Jenna harus segera pergi dari kantornya menuju tempat pertemuan mereka.

***

"Apa nona Jenna ada di ruangannya?" tanya Yoo-Ki pada sekretaris Jenna yang tengah menyambutnya. Yoo-Ki hanya ingin bertemu dengan Jenna saat ini. Dia ingin tahu jawaban atas semuanya yang mengganjal di pikirannya.

"Maaf Yoo-Ki-ssi. Nona 15 menit lalu keluar untuk bertemu dengan klien. Jika ada hal penting anda bisa menunggu atau memberi tahu saja," ucap sekretaris itu sopan.

Yoo-Ki menggeleng, "Sebenarnya aku mau mengambil berkas yang tertinggal disini kemarin dan aku sudah bilang padanya lewat telepon. Apa boleh?" tanya Yoo-Ki, sekretaris itu mengangguk dan kembali terduduk setelah membuka pintu ruangan Jenna untuk Yoo-Ki. Sekretaris itu tidak tahu jika Yoo-Ki hanya ingin memastikan sesuatu, dengan berpura-pura mengambil berkas miliknya yang tertinggal kapan hari lalu di ruangan Jenna.

Hi, Hwa ; Serendipity. [on revisi]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang