Hari-hari telah berlalu dan disinilah Hwa Eun tengah menatap cermin sembari memoleskan lipstik berwarna peach di bibirnya yang tipis. Sungguh indah sekali polesan warna peach yang membaluri bibirnya, membuat Hwa Eun teringat kalau yoo Ki pernah mengatakan padanya dia sangat cantik.
Hwa Eun menggelengkan kepalanya, membuyarkan lamunannya terhadap hadirnya Yoon Ki dalam pikirannya. Kau sudah gila Hwa, Yoon ki bukan milikmu lagi. Batinnya.
Menghirup dalam-dalam udara pagi ini, Hwa Eun harus segera bersiap kendati hari ini dia akan menemui kepala sekolah di salah satu sekolah. Dia baru mendaftarkan diri menjadi pendidik di sekolah seni lewat surel.
"Hwa Eun.. Song Hwa Eun" nenek Kang memanggilnya dari bawah, membuatnya segera membereskan semua alat make up dan bergegas menyambar tas yang tergantung di balik pintu. Tapi belum sampai menuruni tangga kayu nenek Kang sudah mencegatnya dengan membawa sepiring berisi dua kue beras.
"Makanlah kue beras ini"
Hwa Eun menerimanya dengan senang hati, mencomot penuh satu kue beras yang di supakan padanya. "Terimakasih nek, ini enak. Aku akan ketagihan memakannya."
"Kalau begitu nenek akan buatkan yang banyak untukmu, tapi tidak sekarang karena ada pesanan" ucap nenek Kang sebelum kembali turun guna mempersiapkan beberapa kue beras yang akan dikirimnya ke rumah pelanggan.
Walaupun sudah renta nenek Kang terbilang aktif dalam membuat kue beras untuk menyambung hidupnya sebatang kara. Hwa Eun merasa jika dirinya hanya menumpang disini mungkin dirinya juga tidak enak, karena makan pun mungkin dirinya juga akan mengikuti beliau. Maka dari itu dirinya akan datang untuk interview di sebuah sekolah guna meringankan hidup nenek di rumah ini.
Menuruni tangga sempit Hwa Eun menemukan sang nenek tengah meletakkan kue-kue beras itu kedalam box. Berjalan ke area dapur dan menempati diri ke sisi sang nenek yang tengah di repotkan kue beras.
"Kau akan pergi menemui kepala sekolah kan?" tanya Nenek Kang saat melihat Hwa Eun yang membantunya meletakkan kue beras kedalam box.
"Iya, aku akan melakukan interview sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Tapi biarkan Hwa Eun bantu antarkan box-box ini dulu ya?" tawarnya dengan senang hati.
Nenek kang menghentikan acara meletakkan kue-kue itu kedalam box, menatap sang cucu dengan muka sedikit terkejut. "Apa itu tidak membuatmu terlambat?"
Hwa Eun hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan, seraya mengangkat satu box penuh kue beras. "Hwa Eun akan usahakan agar tidak telat." Membereskan lima kue beras yang tersisa ke dalam box dan menutupnya sebelum ia bawa. "Baiklah Hwa Eun akan antar ini dulu."
Nenek Kang hanya bisa menyetujui tujuan cucunya yang membantunya mengantarkan kue-kue beras ini ke pelanggannya. Syukur jika di rumah ini ada yang membantunya selain tetangga rumah yang telah membuat kue pagi-pagi tadi.
"Semoga keberuntungan menyertaimu, Hwa-ya" ucap nenek Kang saat Hwa Eun sudah berjalan keluar dari pekarangan rumah dengan lambaian tangan.
Sementara di Seoul, hal sama yang di lakukan Hwa Eun juga tertanam pada diri Yoon Ki. Bagaimana pria itu tengah memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Setelan jas berwarna putih serta hiasan bunga kecil di saku jasnya mempercantik penampilannya.
Berbeda dengan Hwa yang tengah senang lantaran akan melakukan jadwal inteview dengan kepala sekolah, Yoon Ki justru murung. Kendati dia sadar jika ini bukan sekedar mimpi, hari ini dia benar-benar akan menikahi Valleta Kim.
Yoon Ki merasa jika dirinya masih bersama Hwa Eun, tidur ditempat yang sama diranjang yang penuh dengan mawar. Mengarungi mimpi buruk yang Yoon Ki rasakan. Namun, ini bukan sekedar bunga tidurnya. Semua ini nyata ketika jarinya tak sengaja tertusuk duri mawar yang ada di ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Hwa ; Serendipity. [on revisi]✔️
FanfictionAwalnya Hwa-Eun bersama Yoon-ki, namun kehidupan rumah tangga mereka retak dan memulai berpisah secara baik-baik. Hwa-Eun memilih tinggal di Busan dan bertemu dengan Ji-Min. *** Song Hwa-Eun adalah wanita yang tangguh setelah bercerai dengan suamin...