The Sun (Chapter 9 : The Night)

278 30 4
                                    


Sejeong dan Daniel melangkah beriringan memasuki Mansion, dengan Sejeong yang sudah meggantinya dengan dress dark blue selutut tanpa lengan dengan aksen sedikit glamour di bagian lehernya. Terlihat elegan dan sangat cocok dikenakan Sejeong. Dress itu merupakan salah satu barang limited edition yang berhasil Irene dapatkan di sebuah toko brand fashion terkenal di salah satu  Mall di Seoul.

Selama di dalam Mansion, entah sudah berapa kali Daniel mengenalkan Sejeong pada beberapa orang yang terlihat seperti bukan orang biasa. Tentu saja, tamu-tamu yang datang kemari pasti memilik kekayaan yang mempuni sehingga pantas berteman dengan si pemilik acara. Selama Daniel memperkenalkannya dengan beberapa kenalannya, Sejeong hanya menanggapinya dengan senyuman ramah dan membiarkan Daniel mengobrol tanpa minat untuk menimpali.

Sejeong tidak suka dengan obrolan bisnis semacam ini. Dulu, Appa juga biasa mengajak Sejeong dan Kakaknya ke acara bisnis, makan malam bisnis atau hal semacam ini, dan Sejeong tidak pernah sedikitpun merasa tertarik dengan obrolan Appa. Entah kenapa terasa membosankan.

Begitupun dengan yang dia rasakan saat ini, dia sebenarnya bosan, tapi untung saja dekorasi Mansion yang terlihat mewah nan megah ditambah dengan alunan musik Jazz lembut mampu membuatnya bisa menyibukan diri dengan mengamati sekitarnya.

“Sayang?”

Sejeong baru tersadar dari keterpakuannya dengan sekitar ketika suara Daniel terdengar. Dia menoleh dan melihat Daniel sedang menatapnya, lalu dia beralih menatap rekan bisnis di depannya lagi.

Tapi tunggu, ada yang aneh? Dia tidak salah dengar bukan? Tadi Daniel bilang apa?

“Ayo,”

Daniel mendorong pinggang Sejeong lembut, kebiasaan Daniel yang mulai Sejeong sadari, pria itu sering sekali melingkarkan tangannya di pinggangnya saat di hadapan banyak orang. Setelah memberikan salam sopannya, Sejeong mengikuti langkah Daniel yang entah mengajaknya kemana.

“Permisi, Kang sajangnim. Dengan omonganmu yang barusan, apa aku tidak salah dengar?” Sejeong menyinggungnya

Seperti biasa, Daniel tidak menanggapi pertanyaan Sejeong karena dia sendiri baru sadar dengan apa yang dia bicarakan.

Chagiya jawab,” kata Sejeong sambil mencubit pinggang Daniel yang kemudian membuat Daniel harus menahan ringisannya.

“Saat kupanggil dengan namamu, kau tidak menjawab, sampai-sampai kolegaku menatap lucu ke arahmu. Jadi maaf saja kalau aku memanggilmu begitu,” jawab Daniel seadanya. Itu memang kebenarannya, Sejeong tidak menyahut atau bahkan menoleh ke arahnya ketika Daniel memanggil namanya. Bahkan tadi, Daniel hampir salah memanggil Sejeong dengan nama Saerom, kebiasaan Daniel saat menyindir Sejeong.

“Tidak apa-apa, itu malah bagus,”

“Bagus?”

Sejeong sedikit berjinjit dan mendekatkan wajahnya ke telinga Daniel, “Sandiwara kita akan semakin terlihat nyata,”

Sejeong mengakhirinya dengan senyuman senang. Kang Daniel tak menanggapi, dia terus mengajak Sejeong melangkah menuju ke sudut ruangan. Ada pramusaji yang lewat dengan membawa minuman, Daniel mengambilnya dua, lalu diberikanlah yang satu untuk Sejeong.

“Apa ini wine?” Sejeong tampak mengamati gelas tinggi yang berisi cairan merah gelap di tangannya.

Wine terbaik dari yang terbaik,” jawab Daniel, lalu dia sedikit menyesap winenya. Rasa asam dan manis terasa di lidahnya, kemudian menciptakan rasa sedikit pahit diakhir rasanya. Wine adalah minuman favorit Daniel, dibandingkan dengan soju atau beer, Daniel lebih suka wine.

1. The Sun (Wannaone Universe-Kang Daniel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang