The Sun (Chapter 16 : Changed)

269 37 6
                                    

Song recommended : Juniel - Illa Illa

*The Sun*

Sejeong mengikuti langkah Daniel dengan susah payah. Tahu sendiri, kaki Daniel yang panjang itu jika sekali melangkah merupakan dua langkah untuk Sejeong. Melewati koridor koridor yang sepi, hingga berhenti di depan kamar apartemen, pria tinggi di depan Sejeong ini tidak mengeluarkan sedikit pun. Dia bahkan tidak memprotes keberadaan Sejeong yang mengikutinya. Hal ini yang membuat Sejeong enggan untuk bersuara, karena yah... entah kenapa Sejeong merasa kalau ini memang salahnya.

Pintu apartemen dibuka dan Daniel langsung saja melenggang masuk. Sejeong masih mengikuti. Sepertinya Daniel benar-benar marah karena ketika mereka masuk, kucing-kucing Daniel langsung mendekat ke pemiliknya. Namun pria itu mengabaikan ketiga kucing menggemaskannya itu dan lebih memilih melangkah menuju dapur.

Daniel membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin lalu meminumnya dengan tidak santai, bahkan ketika dia menaruh botolnya yang tersisa setengah itu saja sedikit dia hentakkan hingga air bercipratan keluar.

Kim Sejeong berdiri beberapa langkah di sebelah Daniel. Mengamati pria itu yang tengah menyangga tubuhnya dengan kedua tangannya di counter dapur. Napas Daniel yang masih naik turun itu terlihat jelas dari gerakan bahunya.

“Daniel,”

Akhirnya Kim Sejeong memberanikan dirinya bersuara, namun suara Sejeong yang terlampau pelan tak digubris oleh Daniel. Entahlah, pria itu dengar atau tidak tapi si beruang es itu memang terlihat mengabaikan Sejeong.

“Kang Daniel,”

Sekarang Sejeong sudah lebih berani, melangkahkan kakinya mendekat lalu menyentuh bahu  Daniel yang terlihat naik turun. Sentuhan Sejeong disambut dengan hindaran. Bahu itu menghindar dari sentuhan Sejeong dan si pemilik bahu lebar itu kini berdiri menjulang di depan Sejeong. Memberikan Sejeong tatapan tajam hingga membuat Sejeong merasa kalau dia bisa mati saat itu juga.

“Daniel—

“Aku sudah memperingatkanmu,”

Suara itu terdengar dalam dan marah, Sejeong tak pernah menyangka sebelumnya jika kemarahan Kang Daniel bisa membuatnya merasa takut. Yah, seperti kata orang kebanyakan, bahwa marahnya orang baik itu menakutkan.

“Benar, tapi aku—“

“Apa peringatanku kau anggap lelucon?”

Sejeong mengerutkan keningnya tersinggung, “aku tidak pernah bilang kalau itu lelucon,”

“Tapi kau mengabaikannya,”

“Aku hanya menemuinya, apa yang salah denganmu? Kenapa aku tidak boleh bertemu dengannya?”

“Kau tidak akan mengerti,”

“Apa yang tidak akan bisa kumengerti? Kalau aku tidak mengerti seharusnya kau menjelas—

Ucapan Sejeong terhenti, bukan karena dia bingung bicara apa, melainkan karena tindakan Daniel saat ini yang membuat bibirnya terbungkam hingga tak bisa mengeluarkan protesannya. Tubuh Sejeong terasa kaku, benar-benar kaku, bahkan matanya saja menjadi tak berkedip karena syok dengan apa yang terjadi. Hembusan napas Daniel terasa panas menerpa wajahnya.

Ketika Kang Daniel menggerakkan bibirnya tepat di atas bibir Sejeong, rasanya isi kepala Sejeong jadi berputar-putar. Blank. Tangan Daniel bergerak memegang pipi sekaligus leher Sejeong, sedangkan tangannya yang satu lagi menahan punggung Sejeong agar lebih merapat kepadanya. Terimakasih, karena jika Daniel tidak memegangi punggungnya mungkin Sejeong sudah terduduk di lantai saat itu juga karena kakinya terasa berubah menjadi jelly.

1. The Sun (Wannaone Universe-Kang Daniel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang