The Sun (Chapter 28 : Happiness)

275 33 9
                                    

Sepertinya, Sejeong tidak mau kalah dengan matahari. Sebelum sang surya terbit untuk menggantikan sang bulan, gadis itu sudah lebih dulu bangun. Merenggangkan tubuhnya yang kedinginan akibat hawa khas Bali di pagi hari lalu turun ke lantai dasar untuk membuat secangkir teh hangat.

Pekerjaannya membuat teh tak membutuhkan waktu lama, karena setelah selesai dia langsung naik kembali ke kamarnya. Pekerjaannya sangat halus, dia tidak menimbulkan suara berisik hingga membuat penghuni rumah lainnya terbangun. Yahhh... Daniel tidak akan bangun, pria itu kalau sudah tidur seperti orang mati. Sulit dibangunkan.

Lagipula, Sejeong sedikit bingung pada pria itu. Sebenarnya untuk datang ke tempat seperti ini, mereka tidak memerlukan rumah yang besar seperti ini untuk menetap sementara. Toh hanya mereka berdua yang menempati. Biarpun ada empat bodyguard yang bersama mereka di rumah ini, tapi tetap saja, menurutnya lebih efektif bila mereka menyewa kamar hotel saja.

Memang dasarnya, Kang Daniel. Pria itu memang sulit ditebak sejak pertama mereka kenal. Pria itu selalu bersikap baik, ramah, dan juga sopan di depan orang lain, tapi ketika hanya bersama dengan Sejeong saja, pria baik hati itu entah kenapa berubah. Dia menjadi sinis, dingin, pemarah, menyebalkan dan selalu saja membuat Sejeong kesal.

Sejeong hampir menyerah ketika menghadapi pria keras kepala itu.

Tapi... ternyata semua sikap pria itulah yang membuat Sejeong jatuh hati pada akhirnya. Ada kalanya, pria itu terasa seperti benar-benar menjaganya dan selalu ada untuknya. Ada kalanya juga Sejeong merasa hubungan pura-pura mereka adalah kenyataan, karena dia merasa begitu nyata memiliki Daniel.

Ah! Kenapa memikirkan Daniel di pagi hari seperti ini?

Sejeong menggelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan pikiran-pikirannya itu. Lalu menghembuskan napasnya dan menarik sebuah kursi dari dalam kamarnya ke arah balkon.

Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi ketika semburat jingga mulai terlihat di langit. Matahari terbit paling indah yang pernah Sejeong lihat. Dia menikmati momen itu sendirian. Ditemani secangkir teh yang mulai mendingin dan sejuknya udara di pagi hari. Keheningan pagi itu terasa menenangkan, bahkan membuatnya terlena untuk sesaat.

Perlahan, mulai terdengar aktivitas warga dari balik tembok tinggi yang membatasi penginapan yang Sejeong tempati. Dalam hati dia penasaran, bagaimana kehidupan masyarakat di sini. Apa yang mereka lakukan? Bagaimana suasana sekitar.

Saat perjalanan dari bandara hingga kemari, Sejeong bisa melihat kalau di sini banyak orang yang berpergian dengan motor. Hal yang sangat jarang sekali ditemui di Korea. Di sini, masyarakatnya juga banyak mengenakan kain bercorak unik untuk pakaian mereka, seperti yang dikenakan Pak Gusti kemarin. Sejeong penasaran, dia jadi ingin tau banyak hal di sini.

Dan Daniel akan mengajaknya jalan-jalan hari. Sejeong tidak mau menerima tolakan, pria itu sudah bilang kemarin.

*The Sun*

Setelah memoleskan lipstick ke bibirnya, Sejeong mengecapnya beberapa kali hingga pewarna bibir itu merah merata di atas bibir ranumnya. Sejeong cukup puas melihat hasil riasannya sendiri, sederhana namun membuat wajahnya tampak lebih segar.

Sejeong kembali memperhatikan keseluruhan penampilannya. Dress putih tanpa lengan kini melekat di tubuhnya. Ujung dress yang bagai kelopak bunga itu bergerak-gerak ketika Sejeong sedikit memutar tubuhnya. Dia merasa percaya diri hari ini. Lalu ketika pandangannya teralihkan pada clutch dan masker wajah yang berada di sebelahnya, tiba-tiba saja Sejeong merasa sedih.

Biarpun dia merasa percaya diri hari ini, tetap saja, wajahnya harus ditutupi. Dia tidak bisa mengambil risiko besar dengan menunjukkan dirinya di publik dan kembali membuat kehebohan kalau sekarang dia sedang tidak ada di Korea. Pasti akan ada orang yang mengenalinya, biarpun dia pergi ke ujung dunia sekalipun.

1. The Sun (Wannaone Universe-Kang Daniel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang