08 : MOS Sadewa

2.3K 125 36
                                    

Please, Vote & Comment

🌵🌵🌵

Suara berisik knalpot motor Ninja membuat semua orang refleks menutup telinga. Beberapa mencibir dengan sorot kesal saat si pengendara memarkirkan motornya tanpa rasa bersalah sedikit pun. Helm full face hitam dilepasnya, lalu rambutnya disibakkan ke belakang. Jam menunjukkan pukul enam lebih lima, hampir saja ia terlambat kalau sang kekasih tak membangunkannya.

"Dewa!" panggil seseorang dari belakang, kontan Sadewa menoleh dan tersenyum simpul. Ia taruh helm di spion, lalu turun dari motornya. "Hai, Vanilla!"

"Bareng, ya?" ajak Vanilla yang terlihat bersemangat. "Kuy! Lo dianter Abi?" tanya Sadewa saat manik abunya tak sengaja menangkap bayangan mobil melesat menjauhi kampusnya, yang sama dengan milik Awan. "Iya, gue dianter dia," jawab Vanilla sambil tersipu malu.

Suasana Fakultas Hukum sangat ramai, mahasiswa baru berlalu lalang menuju halaman yang menjadi tempat berkumpul agenda masa orientasi. Sadewa menghentikan langkahnya saat melihat dua mahasiswi tengah berbincang serius, dan salah satunya terisak.

"Laf, gimana nih? Bisa habis nanti gue dikerjain sama senior," rengek gadis cantik berambut panjang yang tergerai bebas.

Ollaf menatap temannya dengan khawatir. "Rachel, kita cari scarf di penjual depan kampus, yuk? Siapa tau mereka masih jual?" Rachel menggeleng lemah. "Scarf-nya udah habis, Laf! Tadi gue udah tanya ke mereka."

"Lo kenapa?" Sadewa menginterupsi. Kedua gadis itu menoleh ke sumber suara. "Temen gue lupa bawa scarf," jelas Ollaf.

Sadewa menatap Rachel yang pucat, panik dan takut. Ia heran, hanya karena lupa bawa scarf bisa membuat gadis itu ketakutan setengah mati. Sebenarnya apa yang ditakuti?

Sadewa mendesah panjang. Belum ada lima menit berada di kampus ini, ia sudah disuguhkan permasalahan baru. Padahal ia berjanji pada Samantha untuk tidak terlibat masalah apa pun. Kini, manik abunya melihat jajaran panitia yang sedang mengatur barisan mahasiswa yang tidak membawa perlengkapan. Mereka hendak menghukum beberapa mahasiswa itu karena tidak menaati aturan.

Helaan napas berat lolos dari mulut Sadewa saat melihat gerak-gerik Rachel yang terus gelisah. Diraihnya tangan Rachel, hingga gadis itu tak sengaja menubruk dadanya. Sadewa melepas scarf kuning yang terlilit di lengannya kemudian menguncir rambut Rachel dengan scarf itu.

Ollaf terbelalak melihatnya, pun dengan Rachel yang menegang karena diperlakukan seperti itu. Berbeda dengan Vanilla yang justru diam, menurutnya Sadewa memang cowok romantis dan kerap didambakan banyak wanita.

Sadewa mengarahkan dagu Rachel agar menatapnya, lalu diusapnya air mata gadis itu dengan ibu jarinya. "Jangan nangis, cantik lo luntur," ucapnya, kemudian melenggang meninggalkan ketiganya.

"Siap-siap kena hukuman nih si Dewa." Vanilla bergumam ketika melihat Sadewa ditahan salah seorang senior lelaki berambut gondrong yang terlihat garang. Rachel menatap Vanilla sambil menaikkan satu alisnya. "Lo kenal dia?"

Vanilla mengangguk, tatapannya terlihat datar. "Temen SMA gue. Dia orangnya emang gitu, berandalan, tapi aslinya baik."

"Setuju!" Ollaf menyela. "Kelihatan dari caranya memperlakukan Rachel. Sweet banget!" lanjutnya dengan mata berbinar. "Oh iya, SMA lo di mana?"

"SMA Gita Bahari," jawab Vanilla.

"What?!" Manik hitam Ollaf membulat sempurna. "Jangan bilang ... jangan bilang itu Dewa anggota gang The Monsters?!" Vanilla mengangguk mengiakan. "Kenapa emang?"

TAS [2] - Samantha [Completed] - Sequel Of SadewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang