Please, Vote & Comment
🌵🌵🌵
Kabut putih menyelimuti dan hawa dinginnya menusuk kulit siapa pun yang keluar di pagi ini. Jam menunjukkan pukul lima, jalanan mulai ramai oleh mahasiswa baru dengan setelan hitam putih dan pernak-pernik yang menempel di tubuhnya guna memenuhi syarat mengikuti masa orientasi.
Gerbang indekos bercat biru di ujung gang itu dibuka lebar oleh gadis berambut kepang yang dicepol dengan dua pita kuning. Samantha mengalami kesulitan memindahkan deretan motor dan sepeda yang menghalangi jalan keluarnya.
Samantha menaiki motor hitam yang berada tepat di belakang sepedanya, kemudian memundurkannya perlahan. Pijakan kakinya tak dapat menahan beban tersebut dan membuatnya oleng hingga menjatuhi deretan sepeda dan motor di sebelahnya. Brak! Sepeda terakhir membentur gerbang, menimbulkan suara berisik yang cukup mengganggu penghuni kos itu.
"Jangan sungkan untuk minta tolong," ujar seorang gadis yang keluar dari dalam kos. Ia menyingkirkan motor yang menindihi tubuh Samantha, dan membantunya bangkit. Samantha agak terhuyung, merasakan kakinya terkilir, namun berusaha terlihat baik-baik saja. "Thanks."
Gadis yang sedang membenarkan posisi sepeda dan motor itu, menoleh kemudian tersenyum manis. "Namanya teman, harus saling membantu, kan?" Samantha tersenyum kikuk, karena gadis itu telah menganggapnya sebagai teman. Bahkan, kenalan saja belum!
Samantha mengulurkan tangan ke arah gadis berambut sebahu itu. "Gue Samantha."
"Giska."
"Lo kuliah di fakultas psikolog juga?"
"Iya."
"Lo berangkat naik apa?"
"Kaki."
Sontak, Samantha tertawa geli. "Gue serius, Gis!"
"Gue juga serius! Gue jalan kaki," jawab Giska.
"Bareng gue, yuk?" ajak Samantha. Giska mengernyit. "Gak ngerepotin?"
"Gak-lah! Kata lo, sesama teman harus saling bantu?" ujar Samantha dengan mengembangkan senyum manisnya. Giska ikut tersenyum semringah lalu mengangguk mengiakan. "Gue yang bawa sepedanya boleh?"
"Tapi, gue berat loh! Emang lo kuat nahan beban gue?" tanya Samantha sedikit ragu. Giska melepas standart dan menaikki sepeda itu. "Meskipun badan gue lebih kecil dari lo, tapi gue kuat kok. Buktinya, gue bisa balikin motor dan sepeda yang lo jatuhin tadi."
"Oke." Samantha terkekeh geli. "Yey!" Giska bersorak kegirangan. "Gue titip karton di keranjang lo, ya!" ucapnya sembari meletakkan kertas karton putih ke keranjang sepeda. Kini, Giska mengayuh pedal sepeda dengan riang dan gembira sambil sesekali berbicara perihal bagaimana rasanya menjadi mahasiswa baru yang jauh lebih banyak tuntutan dan beban hidup yang lebih berat.
Samantha pun memikirkan hal yang sama, namun ia bahagia, karena bisa menjadi mahasiswa sah di kampus yang selama ini diidamkan. Meski harus berpisah dengan sang kekasih, perasaan dan prasangka buruk tersebut ditepisnya, baginya masa depan jauh lebih penting dibandingkan persoalan cinta yang hanya akan membuatnya sakit dan patah hati.
Giska membunyikan bel sepeda saat segerombol mahasiswi berjalan berdampingan hingga ke tengah jalan. Kini sesampainya di kampus, Giska sibuk mencari parkiran, sementara Samantha turun terlebih dahulu dan menunggu di depan tempat parkir.
Panitia MOS dengan almamater biru tua bertugas mengecek perlengkapan yang dibawa setiap mahasiswa baru. Sesekali mereka menggertak juniornya yang tidak lengkap membawa perlengkapan, atau pada yang berlaku tidak sopan terhadap mereka. Tapi, mereka juga bisa bersikap baik dan ramah kepada juniornya yang taat mengikuti aturan dan bersikap sopan.
![](https://img.wattpad.com/cover/195198934-288-k846901.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TAS [2] - Samantha [Completed] - Sequel Of Sadewa
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa lebih dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ • The Angels Series • "Sam, gue minta maaf." "Berapa kali lo bahas ini dan berapa kali lo minta maaf? Kalo lo sayang sama gue, biarin gue memilih tanpa ada batasan dari lo...