Mau update cepat?
Vote + Komen dulu, dong 😉
🌵🌵🌵
Tak terasa, hari demi hari telah berganti dan kini masuk pertengahan semester, yang artinya seluruh mahasiswa di universitas mana pun, harus mempersiapkan diri menghadapi ujian tengah semester.
Tampak di sebuah taman kampus yang terdiri dari beberapa tempat duduk yang ditata melingkar, sengaja dipersiapkan bagi mahasiswa yang hendak melakukan kegiatan kelompok. Di situ, terdapat beberapa kelompok sedang asik belajar, ada yang duduk di kursi yang terbuat dari semen, ada juga yang sengaja membawa tiker, duduk lesehan agar belajar menjadi lebih nyaman.
Seperti Samantha dan Giska yang sedang belajar bersama, menghafal materi perkuliahan yang akan diujikan siang ini. Mereka yang masih mahasiswa semester awal, harus belajar dengan giat agar mendapatkan nilai yang baik demi mengangkat indeks prestasi kumulatif di akhir semester nantinya.
Modul materi kuliah yang tebalnya sekitar seratus halaman itu tampak ditandai dengan spidol berwarna guna memudahkan pencarian materi yang dianggap penting olehnya. Keheningan menyelimuti keduanya, fokus dengan materi yang saat ini mereka pelajari. Sesekali, mereka melakukan tanya jawab jika ada hal yang tak diketahui atau sekadar menguji kemampuan.
Jam tangan silver milik Samantha menunjukkan pukul duabelas lebih empatpuluh lima menit, itu artinya masih tersisa limabelas menit lagi sebelum ujian dimulai. Seketika, mereka dikejutkan oleh kedatangan David yang tiba-tiba duduk di sebelah Samantha.
"Hai!" sapanya, sembari meletakkan dua kaleng minuman rasa jeruk yang dibelinya dari kantin.
Samantha menoleh, pun dengan Giska, lalu menerima minuman yang disodorkan pada mereka. "Makasih," ujar Samantha, senyum gadis itu tampak dipaksakan.
"Nanti ujian apa?" tanya David.
"Psikologi dasar," jawab Samantha, kembali melanjutkan kegiatan belajarnya.
Sementara Giska tak acuh, dibukanya minuman itu dan diminumnya karena kebetulan dia merasa haus sedari tadi. "Lo nggak ujian, Kak?"
David menatap lurus Giska yang duduk di depannya. "Udah selesai."
"Oh," Giska manggut-manggut. "Eh, ujiannya susah nggak, sih?"
"Nggak ada yang susah, kalo kalian belajar," jawaban simpel dilontarkan David, kontan Giska mendesis sebal.
Samantha yang merasa tidak nyaman karena posisi duduknya sangat berdekatan dengan David, memilih bergeser sedikit memberi jarak. Hal itu disadari oleh David, yang kini menatap gadis itu dengan sorot tanya. Tapi, karena tak ingin memecah fokus Samantha yang sedang berkutat dengan pelajarannya, dia memilih bungkam dan akan menanyakannya di waktu yang tepat.
"Gis, ke kelas, yuk!" ajak Samantha, kemudian bangkit dengan membawa materi perkuliahannya yang hendak dibaca saat perjalanan menuju kelas.
Giska mengernyit, melirik jam tangannya sekilas. "Masih sepuluh menit lagi lho, Sam."
"Nggak papa, buat persiapan, daripada mepet, kan?" jawab Samantha. "Udah, ayo! Buruan!"
"Iii-iyaaa," Giska bergegas, sedikit tersentak ketika tangannya langsung digamit Samantha. "Kak Dave, duluan, ya!"
David mengangguk, membiarkan Giska dan Samantha meninggalkannya seorang diri. Dia menyadari ada yang berubah dari gadis itu, sejak ... Ah! Untuk mengingat hal itu saja dia sangat malas. Dia harus mencari jawaban atas perubahan sikap gadis itu. Ya, harus!
KAMU SEDANG MEMBACA
TAS [2] - Samantha [Completed] - Sequel Of Sadewa
Roman d'amour[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa lebih dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ • The Angels Series • "Sam, gue minta maaf." "Berapa kali lo bahas ini dan berapa kali lo minta maaf? Kalo lo sayang sama gue, biarin gue memilih tanpa ada batasan dari lo...