28 : Gotcha

3.2K 140 83
                                    

Maaf ya, lama update.

Lagi sibuk main Tiktok soalnya, wkwkwk

🌵🌵🌵

Merenung sembari memikirkan perkataan Qiana tadi siang, desahan berat lolos dari mulut Sadewa. Ia duduk di karpet sambil bersandar pada sisi ranjang, dengan lintingan tembakau terselip di antara kedua jarinya. Ia terus berkutat pada pikirannya, mencari cara untuk menghadapi orang tua Samantha. Ia juga bingung bagaimana memberitahu sang mama perihal kelakuan bejatnya itu.

Sementara situasi semakin rumit dengan hadirnya Rachel yang akhir-akhir ini terus bersama Sadewa. Di lain sisi, ia merasa ada harapan karena bisa kembali melanjutkan hubungan dengan Samantha. Masalah tanggung jawab, Sadewa siap. Bagaimana pun juga, janin dalam kandungan Samantha adalah anaknya.

Sadewa bangkit, diraihnya jaket kulit yang tersampir di balik pintu, kemudian pergi di tengah gelapnya malam. Ia memutuskan untuk menemui Dion, berharap dapat membantunya melupakan masalah ini walau hanya sesaat.

Setibanya di tempat kerja Dion, Sadewa segera memesan ruangan dan ditemani Dion yang secara khusus menjadi pendampingnya. Di dalam ruangan luxury, terdapat dua perempuan cantik nan seksi yang akan menemani Sadewa. Mereka bertugas sebagai lady escort atau pemandu lagu.

Vivian dan Flora, keduanya duduk di sebelah kanan dan kiri Sadewa, sementara Dion duduk di sofa lain. Mereka terus menghibur Sadewa, Flora menyanyikan lagu dan Vivian kini duduk di pangkuan Sadewa.

Sadewa membiarkan mereka melakukan tugasnya, sementara ia asik dengan rokok dan alkohol yang dipesankan oleh Dion. Pandangan Sadewa beralih pada serbuk putih yang disodorkan Dion, lantas Sadewa tersenyum simpul.

Vivian berpindah duduk di sebelah kiri Sadewa, saat cowok itu sibuk menumpahkan serbuk putih tersebut ke atas meja. Dalam sekejap serbuk itu dihirup oleh Sadewa dalam-dalam dengan lintingan kertas yang juga disiapkan Dion.

Dion menyaksikan Sadewa yang mulai teler. Dion tak ingin menanyakan perihal kedatangan Sadewa malam ini, karena baginya itu adalah urusan pribadi Sadewa dan ia tak ingin ikut campur.

Vivian terus bergelayut manja di lengan Sadewa, sementara Flora menghentikan kegiatan menyanyinya dan mulai menenggak alkohol karena tenggorokkannya terasa kering.

Sadewa masih terus menghirup serbuk itu, sampai kepalanya benar-benar terasa pusing. Ia bersandar pada sofa dengan mata terpejam. Tiba-tiba, benda kenyal terasa menempel di bibirnya. Ah, rupanya Vivian mengambil kesempatan untuk menyentuhnya. Sadewa tak mempermasalahkan hal itu, karena yang diinginkannya saat ini hanyalah ketenangan sebelum esok hari, dia akan menemui Samantha dan orang tua gadis itu.

Suara bising dari speaker dalam ruangan itu tak membuat siapa pun merasa terusik. Justru alunan lagunya menambah kesan kegilaan malam ini.

Flora dan Vivian terus merabai tubuh Sadewa, menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang amat sempurna. Sementara Dion sibuk bermain ponsel sembari menghisap lintingan ganjanya.

Tiba-tiba, terdengar suara teriakkan dari luar, membuat mereka terperangah. Seakan tau apa yang terjadi di luar sana, saat Dion hendak mengunci pintu, gerombolan aparat datang lebih cepat dan menggrebek sembari menodongkan pistol, menginterupsi agar mereka mengangkat tangan dan tidak melakukan perlawanan.

Aparat bergerak, menangkap keempatnya agar tidak ada yang bisa melarikan diri. Sadewa dibekuk, kedua tangannya diborgol dan pandangannya yang kabur menangkap bayang-bayang Dion yang meronta minta dilepaskan, serta Vivian dan Flora yang menjerit tak keruan.

Tempat hiburan itu ricuh oleh suara teriakkan yang memekakkan telinga. Banyak yang berusaha melarikan diri namun gagal, karena aparat lebih cepat menangkap mereka. Satu persatu digiring masuk ke mobil untuk dibawa menuju lembaga pemasyarakatan.

Termasuk Sadewa, dengan langkah gontai dan pandangan nanar, berjalan mengikuti aparat yang terus saja mendorongnya. Kini Sadewa duduk diapit oleh aparat berperawakkan besar dan wajah garang. Sadewa diam tak berkutik sembari menatap nanar ke arah tangannya yang diborgol. Ia membayangkan betapa sedihnya mama dan adiknya jika mengetahui hal ini. Juga Samantha.

Sadewa meringis pilu, karena kembali menorehkan luka di hati orang yang sangat disayanginya. Ia telah menjadi contoh yang buruk; sebagai kakak, sebagai teman, dan juga sebagai ayah bagi calon anaknya kelak.

Iris abu itu tampak memerah dengan embusan napas kasar dan suara yang terdengar sangat lirih. "Gue harap, lo masih bisa maafin gue, Sam."

🌵🌵🌵

Nih yang kemarin request biar Sadewa kena azab.

Siapin popcorn, karena drama sudah dimulai!

Published :

8 April 2020

🌵🌵🌵

Thank you for reading.

Don't forget to read another series of this story :

1. Qiana authoreceh

2. Vanilla blekaffe

3. Shanum cesnutboy

4. Jazzila seriyanizefanya

🌵🌵🌵

Please,

leave vote and comment too.

Love

Max

TAS [2] - Samantha [Completed] - Sequel Of SadewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang