Mau update cepat?
Boom vote + komen dulu, dong 😉
🌵🌵🌵
Purnama yang mulai menerangi gelapnya langit malam, membuat kelompok yang masih berkutat mengerjakan tugas itu memutuskan untuk mengakhirinya. Tugas yang sudah selesai sembilanpuluh lima persen itu, bisa memberikan kelegaan bagi mereka.
Rachel dan Vanilla sibuk merapikan peralatan tulis masing-masing, sementara Sadewa merapikan kertas-kertas yang tergeletak di depan printer hitam di sebelah laptop-nya. Vanilla pamit undur diri, karena Awan sudah menjemputnya. Dikarenakan Sadewa yang tidak bisa diganggu, dia hanya titip salam untuk Awan melalui Vanilla.
Kini tinggallah Rachel dan Sadewa. Ke mana perginya Ollaf? Ah, gadis itu sudah pamit pulang satu jam yang lalu, tepatnya saat maghrib tiba. Orangtuanya melarangnya pulang larut malam, jadi dia tak bisa mengikuti tugas kelompok sampai selesai. Tapi, hal itu tak dipermasalahkan, setidaknya Ollaf sudah mengerjakan bagiannya dengan benar. Bukankah kelompok tugas memang harus seperti itu? Saling membagi tugas masing-masing secara adil dan proporsional, agar pekerjaan cepat selesai dan tidak menimbulkan iri hati, karena ada beberapa pihak yang tidak ikut membantu.
Usai memasukkan buku-buku ke dalam map biru yang diletakkan di atas sofa, Rachel beranjak dari duduknya untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku. Sadewa yang masih sibuk menjilid tugas itu dengan sampul mika warna merah, diam-diam mengulas senyum melihat kelakuan menggemaskan gadis itu.
"Chel, ini tugasnya udah gue jilid. Lo yang bawa, ya? Kalo gue, takutnya nanti keselip," Sadewa meletakkan tugas itu di atas map Rachel, kemudian mematikan laptop dan printernya.
Rachel mengangguk mengiakan. Dalam hati, dia merasa kasihan melihat Sadewa yang kelelahan. Bagaimana tidak? Selama bersekolah dulu, Sadewa tak pernah pusing memikirkan tugas, karena sesampainya di sekolah, dirinya hanya tinggal mencontek jawaban milik Samantha atau Romeo, juga Jazzila, kalau gadis itu tidak sedang dalam mode pelit.
"Dewa?" panggil Rachel, Sadewa berbalik, memandang dengan sorot tanya. "Gue balik dulu, ya?"
Decakkan kecil keluar dari mulut Sadewa yang kemudian bangkit dan berdiri berhadapan dengan Rachel. "Gue anter, ya?"
Rachel menggeleng, menolak secara halus. Sebenarnya ada rasa senang saat mendapat tawaran itu, tetapi, dia tak ingin membuat Sadewa semakin lelah. Lebih baik, dia mengurungkan egonya untuk pulang bersama cowok itu.
"Kenapa?" tanya Sadewa membuyarkan lamunan Rachel.
"Ah, ng-nggak ... nggak usah, Wa. Gue pulang naik ojek aja," jawab Rachel sambil mengibaskan tangan di depan wajahnya.
Mengembuskan napas berat, Sadewa menangkup pipi gadis itu dan menatap manik hitamnya lekat-lekat. "Lo itu cewek, nggak pantes pulang malem sendirian. Lagi pula, gue nggak ngerasa direpotn kok."
Rachel diam.
"Udah deh, stop drama-nya. Gue anter lo balik. Nggak terima penolakkan!" Sadewa menyambar jaketnya yang tersampir di sofa, memasukkan tugas ke dalam map Rachel. "Yuk!"
"Eh, tunggu!"
"Apa lagi?"
"Itu flash disk Vanilla, kan?" tanya Rachel sambil menunjuk sebuah benda pipih tergeletak di sebelah printer.
Sadewa mengikuti arah pandang Rachel, sejurus kemudian diambilnya flash disk itu dan dimasukkan ke dalam map Rachel. "Lo kasih dia besok, ya. Kalo ditinggal di sini, takutnya hilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAS [2] - Samantha [Completed] - Sequel Of Sadewa
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa lebih dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ • The Angels Series • "Sam, gue minta maaf." "Berapa kali lo bahas ini dan berapa kali lo minta maaf? Kalo lo sayang sama gue, biarin gue memilih tanpa ada batasan dari lo...