Kalian pada bosen gak sih, sama cerita ini? 😥
🌵🌵🌵
Dua minggu berlalu, kini Samantha sudah kembali menjalani hidupnya seperti sedia kala. Memang ada yang berbeda, karena di dalam perutnya saat ini ada calon si buah hati yang memasuki usia kandungan dua bulan. Samantha masih tetap mengikuti perkuliahan, meski tubuhnya juga sering tidak fit, karena kerap mengalami mual dan pusing saat berada di kelas.
Giska terus mendampingi Samantha, sama seperti Sekar, meski Sekar tidak tau perihal kehamilan Samantha, karena setiap ditanya sakit apa, jawabnya selalu; kurang tidur atau tidak enak badan, dan Sekar percaya saja dengan hal itu.
Seperti hari ini, usai perkuliahan, Samantha menghabiskan waktu di kantin bersama Giska dan Sekar untuk mengerjakan tugas kelompok. Meski kondisinya belum sepenuhnya membaik, karena mual masih terus melanda, namun Samantha tetap memaksakan diri.
Dari kejauhan, David mengamati gerak-gerik Samantha. Dia menghela napas berat saat teringat Samantha yang enggan menemui Sadewa, karena dia merasa masih bisa menanggung beban ini sendirian.
Dalam lubuk hati, David tak tega melihat Samantha yang terus dirundung rasa bersalah, tapi, David juga tak bisa berbuat banyak.
David merapikan buku-bukunya, kemudian berjalan menghampiri ketiganya, dan duduk di sebelah Samantha, membuat kegiatan belajar mereka terhenti untuk sesaat. "Hey, am i disturbing you, guys?"
Samantha menoleh ke kiri, lalu tersenyum manis. "Of course not!"
David melepas ranselnya, kemudian menyambar kentang goreng di hadapannya. "Lagi nugas, ya?"
"Enggak! Lagi gibah!" jawab Giska dengan sewot. "Heh! Jangan lo habisin kentang gue!" pekiknya saat David terus saja menyantap kentang milik Giska.
Kontan Samantha dan Sekar terkekeh geli melihat Giska dan David yang tidak pernah akur. Semenjak di SMP dan SMA, Giska selalu satu sekolahan dengan David, mereka memang tidak pernah akur. David selalu saja membuat Giska jengah, karena menjadikan dirinya sebagai subjek yang terus dijahili oleh David, Rio dan Bram.
Suatu kebetulan atau memang sengaja disengaja, mereka berempat selalu bersekolah di sekolah yang sama. Jarak dua tahun antara Giska dan David, membuat Giska menganggap David seperti abangnya sendiri. Dan karena itulah hubungan mereka menjadi lebih dekat, meski tak jarang mereka selalu bertengkar layaknya Tom and Jerry.
"How do you feel? Better?" tanya David.
Samantha mengangguk, ditatapnya manik hazel yang selama ini selalu siap siaga menjaganya. "I'm better."
"Good to hear that," jawab David. "Guys, jalan yok? Gue ajakkin Bram sama Rio juga. Mau 'kan?"
Ajakkan David disambut baik oleh ketiganya. "Kuyyy!"
🌵🌵🌵
Suasana warung makan depan kampus tampak ramai. Meja yang posisinya paling ujung, terdapat gerombolan yang sedari tadi asyik bermain kartu. Siapa lagi kalau bukan Sadewa and the gank.
Sadewa terbahak puas melihat raut kesal Dion, karena sudah kedua kalinya cowok itu kalah bermain kartu, sementara Rachel yang duduk di samping Sadewa sibuk mengobrol dengan Ollaf yang duduk di hadapannya.
"Mampus, kalah telak lo, njing!" Sadewa mengumpat pada Dion yang melempar kartu secara kasar ke atas meja. "Sesuai kesepakatan, lo yang bayarain makan kita hari ini!"
Dion mendengkus seraya mengocok kartu domino itu, berharap kali ini dia dapat memenangkan permainan ini. Sedih, lantaran akhir bulan dan uang yang menipis, ditambah lagi dia harus membayar tagihan makan mereka berempat, yang jika ditotal habisnya mungkin mencapai seratus ribu rupiah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAS [2] - Samantha [Completed] - Sequel Of Sadewa
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa lebih dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ • The Angels Series • "Sam, gue minta maaf." "Berapa kali lo bahas ini dan berapa kali lo minta maaf? Kalo lo sayang sama gue, biarin gue memilih tanpa ada batasan dari lo...