02 : Izin

6.6K 263 150
                                    

Please, Vote & Comment

🌵🌵🌵

Usai mengikuti ujian yang diselenggarakan lusa kemarin, Samantha memutuskan kembali ke Jakarta, sembari menunggu hasil pengumuman yang akan diterima dua minggu kemudian. Setelah acara makan malam bersama keluarga, Samantha pergi ke kamar untuk melepas penat. Ia duduk di ranjang berbalut selimut, menikmati me time dengan membaca novel dan mendengarkan lagu, me-refresh pikiran akibat terlalu memforsir diri mengerjakan puluhan soal setiap harinya.

Manik matanya terus membaca isi novel itu, sesekali ia mengernyit ketika membaca adegan yang membuat jantungnya berdegup kencang atau ketika mendapati kalimat yang sulit dipahami. Aroma khas novel adalah kesukaannya, itulah mengapa Samantha suka mengoleksi novel, baik novel dalam negeri maupun novel terjemahan.

"Sam?"

Gadis itu menoleh ke arah pintu yang terbuka, kemudian melepas sebelah earphone-nya. "Kenapa, Ma?"

"Dewa dateng tuh," ucap Fina sambil menunjuk ke arah luar dengan ibu jarinya. Samantha terbelalak tak percaya. "Hah?"

"Gih, temuin dia," titah Fina kemudian meninggalkan putrinya. "Sam! Buruan!" Fina kembali melongokan kepalanya ke kamar Samantha saat melihat gadis itu justru termenung dengan tatapan kosong.

Samantha terenyak. "Eh, i-iya, Ma!" Ia melepas earphone nya, menyibakkan selimut, kemudian beranjak ke meja rias di depan ranjang. Helaian rambutnya disisir dan dijepit dengan jepitan biru motif bunga.

Di ruang keluarga, Samantha melihat orangtuanya berbincang dengan seorang cowok yang duduk membelakanginya. "Dewa? Ngapain ke sini?" Interupsinya yang kini berdiri di sebelah Sadewa.

Sadewa mendongak, iris abunya berpandangan dengan iris hitam pekat. Tanpa aba-aba ia bangkit dan langsung memeluk gadis itu dengan erat. "Oh, God! I miss you!"

Samantha terkejut, ia salah tingkah diperlakukan seperti ini di hadapan orangtuanya. Ia mencoba melepas pelukan itu, namun Sadewa justru semakin mengeratkannya. "Wa, gak enak dilihatin mereka," bisiknya sambil meremas kaos hitam Sadewa.

Dehaman Reno mengejutkan dua sejoli itu, membuat Sadewa harus rela melepas pelukkannya. "Bukan mahram," lanjut Reno kembali menyesap tehnya.

Sadewa terkekeh sambil mengusap tengkuknya. "Maaf, Om. Soalnya, Sam selalu bisa bikin saya khilaf." Kontan, Reno langsung meletakan cangkir putihnya dan menatap tajam ke arah Sadewa. "Emang kamu udah ngapain aja sama Sam?"

Fina yang sedari tadi sibuk bermain ponsel, ikut beralih menatap Sadewa, penasaran dengan jawaban yang akan dilontarkan cowok itu. Mengingat pergaulan anak zaman sekarang tidak ada batasnya. Salah bergaul, akan terjerumus ke hal buruk yang bisa merusak masa depan.

"E-eh, anu ...," Sadewa nyengir, gelagapan. Bingung hendak menjawab apa. Tak mungkin kan, ia bicara jujur karena pernah melakukan hal mesum terhadap Samantha? Yang ada Sadewa bakal digorok hidup-hidup sama mereka!

Melihat situasi yang mencekam, Samantha buru-buru mengalihkan pembicaraan. Ia menyenggol lengan Sadewa, membuat cowok itu beralih menatapnya. "Lo ngapain ke sini?"

"Bukannya lo janji mau jalan sama gue?" tanya Sadewa dengan suara dingin dan datar.

"Tapi kan masih lusa?"

"Lusa itu masih lama, Saaam. Gue keburu kangen sama lo."

Mendengar gombalan Sadewa, kontan Fina dan Reno saling bertatapan, sedetik kemudian mereka terbahak. "Aduh, Ma, kayaknya anak kita bakal kena diabetes nih, kalo digombalin terus sama Dewa," celetuk Reno sembari mematikan layar ponselnya.

TAS [2] - Samantha [Completed] - Sequel Of SadewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang