Please, Vote & Comment
🌵🌵🌵
Pertemuannya dengan David tadi siang, membuat Samantha kehilangan selera untuk melakukan apa pun. Termasuk makan dan mengerjakan tugas. Sepulangnya dari panti asuhan gadis itu terus murung, meski David mengajaknya bicara berkali-kali, hanya dehaman saja yang terdengar darinya. Dia membisu. Pikirannya melayang ke mana-mana, terutama pada cowok yang tak dia sangka memiliki masa lalu yang sangat buruk. Menabrak anak kecil? Tidak bertanggungjawab? Menjadi tahanan? Oh, Sadewa ... kurang berandal apa lagi kamu ini?
Helaan napas kasar diembuskan, saat ponselnya terus bergetar. Diliriknya ke arah layar berukuran lima setengah inchi itu, tanpa niat sedikit pun untuk meresponsnya. Hey! Sadar! Bukankah saat ini, si penelepon itu orang yang kau rindukan kehadirannyaaa?!
KLIK!
Setelah mendapat duapuluh spam missed called, akhirnya ponsel itu dimatikan. Samantha memilih untuk memejam, karena pikiran kalut sungguh membuatnya pusing. Berdiam diri di balik bedcover motif Doraemon, adalah pilihan terbaik. Lupakan tugas, tenangkan pikiran, berpikir apa yang dilakukan nantinya saat berhadapan dengan Sadewa.
Lelah bergerilya dengan pikiran yang bercabang, akhirnya mata gadis itu terpejam. Dia tertidur di waktu yang tidak tepat, karena jam baru menunjukkan pukul lima sore. Kantuknya sudah tak tertahankan. Apa lagi, efek tangis seharian ini, membuat matanya semakin terasa berat.
Mari istirahat!
Mari pulihkan raga!
Mari jalani hari dengan pikiran sehat!
Tok Tok Tok!
"Sam?"
"Sam!"
"Samantha!"
Suara gedoran pintu kamar terus terdengar, mengusik si pemiliknya hingga terbangun dari tidur. Kepalanya terasa berat. Dengan kesadaran yang belum terkumpul sempurna, diliriknya jam beker di meja belajar, lantas dia mengernyit.
"Hmmm, baru jam delapan."
"Sam!"
"Iyaaa," Samantha bangkit, merapikan rambut yang dibiarkan tergerai, kemudian membuka pintu kamarnya. "Loh, Nisa?"
Annisa Salsabilla, teman satu kos yang kuliah di Fakultas Sastra Indonesia, menatap Samantha jengah. "Lo daritadi gue panggil lama banget nyautnya?"
Samantha mengucek mata sambil menguap, rasa kantuknya semakin tak tertahankan. Merasa sebal karena seseorang datang mengusik tidurnya. Oh, Tuhan! Dia ingin istirahat! Sebentarrrr saja!
"Sorry, gue tidur," jawab Samantha. "Ada apa?"
Nisa mendengkus, menyilangkan kedua tangan di dadanya. "Noh, cowok lo nungguin di bawah!"
Satu alis terangkat di wajah blasteran Indo-Amerika itu. "Hah? Cowok? Siapa?"
"Mana gue tau! Sono samperin! Daritadi dia ganggu banget! Maksa gue buat bangunin lo!" Nisa mendumel tak terima karena dihadang cowok asing usai dirinya berbelanja di warung depan gang, dan membuat kegiatannya menonton drama Korea harus terhenti hanya untuk membangunkan Samantha, si putri tidur.
Lantas, Samantha mengangguk saja. "Oke, thanks, Nis. Maaf, ya. Jadi ngerepotin lo—"
"Whatever," Nisa mengibaskan tangan, kemudian berlalu kek kamarnya yang berada tepat di sebelah kamar Samantha.
Gadis berpakaian piyama monokrom itu melangkah menuju toilet untuk membasuh wajahnya yang tampak lesu. Dia tatap pantulan dirinya di cermin, meringis saat melihat kantong matanya yang besar kehitaman. Yah, meski baru tidur tiga jam, setidaknya kini dia merasa lebih fresh.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAS [2] - Samantha [Completed] - Sequel Of Sadewa
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] Baca Sadewa lebih dulu!! Genre: Romance - Dewasa | 21+ • The Angels Series • "Sam, gue minta maaf." "Berapa kali lo bahas ini dan berapa kali lo minta maaf? Kalo lo sayang sama gue, biarin gue memilih tanpa ada batasan dari lo...