24 : Sick

3.6K 135 82
                                    

Komen, dong 😘

🌵🌵🌵

Samantha merasa lelah, lunglai dan sama sekali tak bertenaga. Padahal sudah banyak obat yang dibeli di apotik terdekat dan diminumnya hingga habis, tapi, tetap saja Samantha selalu mengalami morning sick. Seperti saat ini, setengah jam Samantha menghabiskan waktu di toilet, perutnya terasa melilit karena terus memaksakan untuk muntah, namun tak ada yang dikeluarkan.

Dengan gontai, Samantha mengganti pakaian lalu berdiri di hadapan cermin meja rias untuk mengamati pantulan dirinya. Wajahnya yang pucat, tak menghalanginya untuk kuliah. Selagi bukan sakit parah, dia akan terus berangkat kuliah. Ah, sungguh mahasiswa teladan!

Ponsel di atas meja bergetar, Samantha melirik pesan yang muncul di layarnya, kemudian memilih mengabaikan. Dia sengaja memberi pelajaran pada Sadewa, agar tau rasanya dikecewakan oleh seseorang yang telah memberikan kepercayaan sepenuhnya.

Setelah selesai, Samantha bergegas menghampiri kamar Giska. Gadis itu sedang menguncir rambut lalu memakai make up. Ranjang yang berantakan oleh buku dan baju yang ditumpuk asal di atas kursi belajar, membuat Samantha bergidik.

Kini, keduanya berangkat menuju kampus. Giska yang membonceng Samantha, karena tak tega melihat kondisi lemah gadis itu. Sesampainya di kampus dan saat menunggu Giska memarkirkan sepeda, Samantha bertemu David yang kebetulan baru saja keluar dari ruang kelas.

"Muka lo pucet banget, Sam?" tanya David dengan membawa sebuah tas berisi laptop.

Samantha terenyak saat David menyentuh lengannya. "E-eh, masak sih?"

David mengangguk. "Lo sakit? Udah sarapan belum?"

Samantha menggeleng pelan. "Belum, tadi buru-buru, jadi—"

"Biasain sarapan lah, Sam! Kalo sakit, nanti susah sendiri loh!" David menasihati, dibukanya resleting tasnya dan mengeluarkan sebungkus roti selai cokelat. "Nih, makan."

Samantha mengernyit, menerima pemberian David dengan ragu.

"Kenapa masih dilihatin, sih?" David kembali membuyarkan lamunan Samantha. "Buruan dimakan. Entar lo pingsan!"

"Iya iyaaa," Samantha membuka bungkus roti itu lalu dilahapnya dengan satu gigitan penuh. Berusaha mati-matian menelannya karena tenggorokkannya terasa kering. "Uhuk! Uhuk!"

David menepuk-nepuk punggung Samantha untuk membantu gadis itu memuntahkan kembali isi perutnya.

"Kak Dave!" Giska terperangah melihat Samatha muntah di sudut parkiran. "Samantha lo apain?!"

Kontan David melotot tak terima dituduh oleh Giska. "Suudzon banget lo! Gue juga nggak tau, Sam tiba-tiba aja muntah abis makan roti ini," ujarnya sambil menunjukkan roti yang tersisa setengah ke hadapan Giska.

"Jangan-jangan roti yang lo kasih itu udah expired!" pekik Giska, direbutnya bungkus roti itu dan dilihatnya tanggal kadaluwarsa pada bungkusnya.

"Punya mulut tuh dijaga, jangan asal nyablak!" David menyentil bibir Giska, sontak si empunya meringis. "Ya kali gue ngeracunin Sam!"

Giska mendesis, mengusap-usap bibirnya yang panas. "Kelakuan bengis lo yang kek gini nih, nggak menutup kemungkinan lo bakal ngeracunin orang," cibirnya. "Ya kan, Sam?"

Samantha diam, masih menunduk dengan mata terpejam. Dia menegakkan tubuhnya dan berdiri berhadapan dengan Giska dan David setelah mengelap mulutnya dengan lengan kemejanya.

"Sam, lo pucet banget! Asli!" Giska memekik, disentuhnya kening Samantha, sontak Giska melotot. "Gila! Kening lo panas banget! Lo harus periksa ke dokter!"

TAS [2] - Samantha [Completed] - Sequel Of SadewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang