"Benci! Benci! Benci! Aku benci dirimu!"
"Ya, aku tahu..."
Sinar bulan itu menyorot mereka. Membuat rambut birunya bersinar diantara kunang-kunang. Dia terus mengungkapkan rasa benci pada gadis dengan surai putih yang sedang mendekapnya. Yang hanya dibalas dengan senyuman oleh gadis manis itu.
"Tapi suka... suka... karena itu sebaiknya aku menjauh."
Gadis itu terdiam. "Ada banyak hal, yang ingin kulakukan bersamamu. Pada akhirnya berakhir tanpa bisa melakukannya denganmu. Untuk saat ini, sekali saja. Aku ingin menghabiskan akhir hidupku denganmu."
Matanya yang keunguan mulai sembab. Dia memukuli gadis itu dengan sangat amat pelan. "Bodoh!"
***
Mereka menemukannya. Di tengah-tengah lubang pohon. Dengan luka di perutnya. Wajahnya pucat dan membiru. Ada kantung mata di bawah matanya. Dia sepertinya berjaga seharian. Awalnya Icha senang, akhirnya dia bisa menemukannya. Tapi ada yang aneh dengannya.Dia tidak mau melihat Icha. Dia tidak mau berbicara padanya. Tapi setiap Icha berbicara dan tertawa dengan Ryan, dia mulai marah-marah ngga jelas. Membuat Icha bingung dengan tingkah lakunya yang absurd. Icha berpikir, mungkin ini karena dia kurang tidur kemarin, jadi lebih baik dibiarkan dulu saja. Tapi tidak ada perubahan.
"Kau kesini sendirian, Niel?" Tanya Icha lembut.
Dia tidak menjawab. Hanya gelengan kecil yang Icha harap lebih dari itu. Dia tidak menunjukkan sifatnya yang penuh kasih sayang lagi. Dia membuang muka saat tadi Icha bicara. Hal yang bahkan tidak pernah Icha bayangkan, terjadi sekarang.
Suasana hening mencekam setiap orang yang berada disini. Membuat siapapun atau apapun yang tiba-tiba lewat dapat kesulitan bernafas. Dua muda mudi yang ingin salah satu dari mereka peka terlebih dahulu, membuat mereka dipisahkan kurang keegoisan. Pria berambut biru itu hanya bisa tertawa melihat dua orang yang saling jatuh cinta dengan begitu kikuk. Mungkin akan menyenangkan bermain dengan mereka sedikit?
"Icha, kita harus kembali ke istana!"
Ucapan pria bermanik laut dalam itu membuat mereka tersadar dari kecanggungan. Kerutan di kening mereka membuat pria itu tersenyum bahagia. Tapi dia tidak bercanda. Jika mereka ingin menyelamatkan dunia ini, maka mereka harus kembali kesana. Karena disanalah sumber dari semua keanehan yang terjadi selama ini.
"Bagaimana kau bisa memerintahkan Icha untuk kembali ke tempat menakutkan itu? Kau itu kawan atau lawan, hah?!" Ucap Niel dengan gigi bergemeretak.
Niel maju dan menarik kerah Ryan. Tangannya diangkat tinggi-tinggi dan siap melayangkan tinjunya di wajah pria itu jika tangan mungil yang lembut itu tidak menahannya. Niel menatap iris bulan yang bersinar di depannya. Dia melepaskan kerah Ryan dan mendorong pria itu dengan lembut.
Mereka saling peduli dan saling menyayangi. Tapi kenapa mereka sengaja membuat jurang diantara mereka? Tidak! Bukan mereka. Tapi lelaki muda itu. Ryan menatap Niel sejenak. "Aku harus mengajarkannya cara memperlakukan gadis yang dicintainya."
"Kakak bilang sesuatu?" Bulu mata lentik yang melindungi iris bulan itu mengerjap. Membuat siapapun tidak akan kuat melihat keimutannya.
"Uh-huh? Hm. Tidak ada."
"Terus mengapa kau ingin dia kembali ke istanamu?" Tanya Niel tanpa menatap lawan bicaranya.
Ryan tersenyum. "Pertanyaan yang bagus. Pesta pernikahan kami sedang disiapkan. Besok akan diadakan pernikahan yang menakjubkan disana. Bukankah itu sudah cukup?"
Tinju Niel benar-benar akan mendarat jika pemilik manik biru itu tidak menjelaskan apa maksud perkataannya. "Teman-teman kalian, terperangkap disana. Berpura-pura adalah cara yang tepat! Selagi aku dan Icha mengikat janji suci, pergilah mencari mereka dan bebaskan mereka. Setelah semuanya selamat, kita akan menyerang balik."
"Bagaimana jika sandiwara kalian tidak cukup untuk meyakinkan mereka?"
Mata langitnya memincing, memandang manik lautan itu dengan sangat tajam. Niel adalah langit yang tak tergapai. Menghadirkan malam penuh bintang dan mimpi untuk semua orang. Kebalikannya, Ryan adalah lautan dalam. Tidak ada satupun orang yang berani menyelami kegelapan miliknya. Kecuali dua orang. Dia harus melindungi mereka. Karena itu, "Jika sandiwara ini terbongkar, aku akan menghancurkan kristalku sampai tidak ada puing yang tersisa."
Icha menatap Ryan sesaat yang dibalas dengan senyuman seolah mengatakan, "aku baik-baik saja!" Tapi Icha tau. Tidak ada yang baik dengan menghancurkan kristal hati milik setiap orang. Jika dia hanya makhluk biasa, dia akan mati. Tapi itu berbeda jika mereka adalah utusan. Mereka tidak akan mati. Mereka tetap menjalankan tugas masing-masing. Hanya saja, mereka akan hidup di dalam dongeng yang orang-orang anggap hanya khayalan semata. Yang lebih parah, jika mereka pernah menetap di suatu dunia, maka ingatan tentang siapa mereka akan terhapus tanpa jejak. Hal yang menyakitkan.
Niel menurunkan tangannya. Dia merasa ada yang menjanggal di hatinya saat Ryan mengatakan hal itu. Setelah berkata begitu Ryan menatap langit sejenak. Dia yang selalu berharap bisa menjadi langit yang melindungi seseorang, malah menjadi penghuni laut dalam yang hanya berharap dapat menyimpan kerlipan di langit untuk dirinya sendiri. Dia sangat jauh dikatakan "layak" untuk dibandingkan dengan Mimpi. Pria itu memiliki segalanya. Bahkan dia berhasil mencuri hati salah satu dari orang yang berhasil menyelami kegelapan hatinya. Sejenak pemilik manik lautan itu memancarkan semburat kebahagiaan lewat senyumannya. Yang dia harap hanyalah kebahagiaan dua gadis yang dicintainya. Yaitu Icha dan Elise.
Lalu senyuman itu menghilang saat mengingat bagaimana wanita biadap yang telah membohongi dirinya, membunuh dan mengambil kristal hati gadis yang dicintainya. Membuat dirinya jatuh kedalam keterpurukan yang amat sangat dalam. Setelah itu, setiap harinya dia mengurung diri di dalam kamarnya. Setelah itu tersiar kabar dirinya bunuh diri karena adiknya membunuh kekasihnya.
Ada satu fakta yang tidak diketahui orang-orang. Bahwa pemilik manik lautan itu tidak pernah bunuh diri. Saat dirinya mengurung diri di kamarnya, makhluk aneh mendatangi dirinya. Makhluk dengan tubuh bungkuk dan rupa seperti pohon beringin. Dengan kukunya yang panjang makhluk itu mengambil kristal hati miliknya dan tepat di belakang makhluk itu, wanita biadab itu tertawa dan menembakkan peluru padaku.
Orang yang memiliki kristal hati dapat mengendalikan tubuh Sang pemilik. Setelah dalam ambang-ambang, dia tiba-tiba dipanggil oleh makhluk beringin itu. Menyuruhnya untuk patuh atau kristal hati milik pasangannya akan dihancurkan. Untuk itu dia bersedia mematuhi makhluk aneh itu. Tapi dia tidak mengira, adiknya sendirilah yang akan dia lawan. Kebimbangan terus muncul dalam hatinya. Tapi dia tidak menyukai fakta bahwa adiknya mencintai Mimpi. Pria yang selalu berada di langit itu memiliki berbagai hal yang tidak dimilikinya. Hanya saja, dia ingin kebahagiaan adiknya. Jika dengan pria itu adiknya bahagia, maka dia juga akan bahagia. Daripada harus merusak kebahagiaan adiknya, dia memilih melawan makhluk itu. Jika nanti kristal hati kekasihnya akan dihancurkan, maka dia juga akan menghancurkan kristal miliknya. Jadi mereka dapat bertemu, di alam bawah. Tempat dimana para utusan yang kristalnya telah rusak. Tapi sebelum itu...
"Ada hal yang ingin kubicarakan dengan kalian."
Matanya memancarkan keseriusan. Manik lautnya semakin mengelap. Icha dan Niel memandang satu sama lain dengan gugup. Lalu mereka berkumpul membentuk lingkaran, agar mereka dapat membicarakan hal serius itu.
***
Dia menaruh kristal hati berwarna merah muda di tabung khusus yang telah disiapkan. Terdapat tiga kristal lain dengan bentuk yang sama tapi dengan warna berbeda. Emas, merah kehitaman, dan biru dongker.Setiap langkahnya meninggalkan suara deritan di lantai. Dia berjalan menuju meja tempat dimana buku-buku sihir berserakan. Dia mengambil buku paling tebal yang berada di ujung dan hampir jatuh. Saat dia menarik buku itu, sebuah foto jatuh. Dia menyadari foto itu dan mengambilnya.
Terlihat jelas gambar seorang wanita tua sedang dikelilingi anak-anak yang manis. Dia mengelus foto itu. Foto yang dipenuhi kebahagiaan sebelum mereka mengambil semua yang seharusnya menjadi miliknya. Dia menaruh foto itu dengan hati-hati di tengah-tengah meja dan meninggalkannya.
"Maafkan aku anak-anakku. Tapi aku bukanlah wanita baik seperti yang kalian duga."
![](https://img.wattpad.com/cover/183856078-288-k182621.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Edenshii [COMPLETED]
FantasyNielson Devadatt Dua tahun aku menunggumu, dua tahun aku mencarimu, dua tahun aku merindukanmu. Dua tahun pula waktu yang cukup untuk kau melupakanku. Jessica Emilia Aku tidak keberatan terluka. Karena kamu akan selalu mengobatinya. Roberto Stephene...