"O livro? Você quer ler isso?"
Entah sudah yang keberapa kalinya aku meminta makhluk setengah monyet yang bernama Clarissa ini memberitahukanku mengapa buku tempat dia keluar kosong. Sudah berbagai cara kulakukan. Mulai dari berbicara perlahan, menggunakan bahasa tubuh, dan membolak-balik halaman buku usang itu. Tapi semua hal yang kulakukan hanya bisa membuatnya tertawa dan memiringkan kepalanya bingung. Sampai akhirnya sobat burung putihku kembali berbicara padanya.
"Kenapa kau tidak berbicara dengannya daritadi?" Tanyaku apa burung sialan itu.
Tapi dia tidak menjawab. Dia hanya terbang sedikit di atas buku sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Angin lembut keluar dari kepakan sayapnya. Angin yang cukup kuat sehingga berhasil menerbangkan buku itu dan membawanya tepat di pangkuanku. Aku tidak tau burung jenis apa dia sebenarnya. Tapi yang pasti aku sangat berterimakasih padanya. Berkatnya aku tidak perlu bersusah payah turun dari tempat tidurku.
Makhluk setengah monyet itu menunjuk sesuatu yang ada di leherku. Aku baru sadar. Ternyata gantungan kunci pemberian Niel yang telah di ubah menjadi kalung tergantung dengan jelas di leherku. Jadi apakah yang tadi malam itu bukan mimpi? Makhluk itu terdengar seperti mengucapkan sesuatu. Sebuah mantra, yang membuat liontinku bersinar lembut untuk beberapa detik. Saat mantra itu selesai diucapkan, sinarnya menghilang. Digantikan sebuah cahaya yang keluar dari liontinku. Cahaya itu perlahan masuk kedalam buku yang membuat sesuatu timbul di kertas buku itu."Это история о тебе. Не позволяйте ничего упустить, если вы хотите раскрыть тайну снега. Я знаю, что ты не любишь читать."
Mataku melotot tak percaya. Aku langsung menutup buku ini dan melemparnya hingga menabrak dinding kamarku. Setelah tulisan timbul di buku kosong ini, aku justru tidak bisa membacanya? Bahasa apa ini? Untuk memahami ucapan monyet itu saja aku tak bisa. Apalagi tulisan di buku ini!
Aku menatap monyet yang kelihatannya kesal itu. "Aku tidak bisa membacanya!"
"Leia primeiro! Você pode fazer isso! Por favor, não desista!"
Kepalaku rasanya ingin pecah. "Berbicaralah dengan bahasa yang kumengerti!" Mataku kini menatap burung putih yang tengah berendam di cangkir tehku. Entah sejak kapan dia berada disana. "Bisakah kau memberitahukan monyet ini apa yang kukatakan barusan?"
Tidak ada jawaban atas pertanyaanku. Dia bahkan tidak menoleh padaku sedikitpun. Aku mulai membenci burung jelek itu. Monyet terbang menyebalkan tiba-tiba menarik rambutku. Sepertinya dia ingin aku mengambil buku yang aku buang dan membacanya.
Dengan langkah gontai aku turun dari tempat tidurku menuju buku itu. Aku mengambil buku yang sudah usang itu dan meniup debu tebal yang menutupi sampulnya. Membuatku terantuk saat debu itu terbang di sekitarku. Saat debu itu sudah hilang aku membaca tulisan emas yang tadi tertutupi debu tebal. "EDENSHII" mataku menyipit saat aku membaca tulisan itu. Tapi tak terlalu aku pedulikan. Aku hanya harus kembali membacanya. Dan hal aneh terjadi lagi di luar dugaanku."Ini adalah kisah tentang dirimu. Jangan biarkan satu pun terlewatkan jika kau ingin mengungkap misteri tentang salju yang turun. Saya tahu kau tidak suka membaca."
"Wow!" Aku tertawa tak percaya sambil menatap monyet itu.
"Eu te disse!""Ya. Kau benar." Ucapku sambil mengangguk. "Itu tadi sungguh hebat!"
Memang aneh. Buku ini bisa merubah kata-katanya sesuai dengan bahasa yang kumengerti. Tapi yang lebih aneh lagi, saat kusadari kertas-kertas di buku ini tampak seperti baru. Bahkan noda hitam bekas terbakar pun hilang. Sihir. Hal menakjubkan yang membuatku ingin segera mempelajari segala hal tentang ilmu aneh itu.
Aku membuka lembaran demi lembaran. Berisi tentang hal-hal yang tak dimengerti. Tentang kehidupan dan kematian. Tentang cerita bagaimana awal sebuah negeri yang berada jauh dari jangkauanku. Negeri tempat makhluk-makhluk mistis menjadi nyata. Negeri yang makmur hingga perebutan kekuasaan menjadikan negeri itu hancur.
"Leia em voz alta Ica!" Ucap monyet itu sambil menunjuk bukuku.
Aku mengangguk dan perlahan aku mulai membaca setiap kata yang terukir di atas bukuku.
"Apa kau tahu? Dunia indah tempat dimana para mermaid, demon, angel, dan makhluk mistis lainnya bersatu? Sebuah tempat yang hanya ada dalam khayalanmu itu benar-benar ada. Tempat yang dijaga oleh sepuluh utusan tuhan. Sebuah tempat yang dapat kau jelajahi jika kau percaya pada Sang Mimpi! "Edenshii".
Pada awalnya, bumi hanya ada satu. Saat itu ras manusia dan ras lainnya bersatu dan hidup saling bergantung. Hingga terlahirlah sepuluh utusan tuhan yang bertugas untuk mengatur semua itu.
Mereka tidak lahir dari rahim para ibu. Mereka lahir dari kuncup yang mekar. Lahir di halaman belakang rumah pasangan tua yang sangat mencintai alam. Akan kuceritakan semuanya padamu, yang seharusnya sudah mengetahui semuanya.
Pada zaman dahulu. Di tengah-tengah hutan yang menyimpan segala misteri di dalamnya. Sepasang pasangan suami-istri yang sudah sangat tua. Hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang. Mereka selalu merawat tumbuhan dan memberi makan binatang-binatang yang ada. Mereka tidak memiliki anak. Hingga keajaiban terjadi.
Tepat saat pecahan sinar mentari, jatuh dari langit. Sinar itu mengenai pasangan tua yang sedang berdoa meminta anak untuk menemani hidup mereka. Sinar itu berkilat-kilat, menyebarkan doa mereka kepada seluruh penghuni hutan. Penghuni hutan yang sangat menyayangi pasangan tua itu pergi ke halaman belakang pasangan itu. Tempat dimana mereka merawat berbagai macam bunga.
Seluruh penghuni hutan hadir. Mulai dari roh penasaran, arwah gentayangan, para peri, hewan-hewan, driad, dan tumbuhanpun ikut serta dengan cara menyanyikan lagu dari gesekan dahan mereka yang terkena angin.
Dengan seluruh kekuatan alam, para penghuni hutan menyalurkan setengah kekuatan mereka pada sepuluh bunga yang ada di sana. Bunga matahari, lili, mawar, teratai, anggrek hitam, sakura, lavender, sedap malam, edelweiss, dan black eyed susan.
Pasangan tua yang menyadari ada suara ribut di belakang rumahnya segera berlari kesana. Mereka menangis saat melihat ada sembilan bayi yang merentangkan tangannya meminta pasangan itu untuk menggendong mereka.
Seorang Driad keluar dan menjelaskan apa yang sedang terjadi. "Ini hadiah dari tuhan. Dengan seluruh kekuatan yang kami miliki, kami diperintahkan untuk memberikan sepuluh anak ini padamu. Mereka adalah sepuluh utusan tuhan yang akan menyelamatkan dunia. Ada kematian, waktu, cinta, kegelapan, cahaya, takdir, mimpi, peradaban, ruang, dan alam. Mereka adalah utusan tuhan yang dititipkan pada kalian berdua."
"Tapi mana yang kesepuluh?" Tanya wanita tua.
Driad itu menunjuk bunga sakura yang belum mekar. "Dia adalah sang waktu. Dia mekar sedikit terlambat. Tapi saat dia mekar, dunia akan bersorak gembira."
Pasangan tua itu mengangguk dan berterimakasih pada seluruh penghuni hutan. Mereka langsung menggendong anak-anak itu dengan gembira. Tidak ada yang tahu tentang kelahiran anak-anak ini kecuali para penghuni hutan dan pasangan yang berbahagia itu.
Beberapa tahun setelah itu, di tanggal dan bulan yang sama. Bunga sakura yang ditunggu-tunggu itu mekar. Seluruh penduduk bumi bersuka cita. Berita tersebut terdengar oleh para raja. Raja-raja yang menginginkan sepuluh anak dengan kekuatan luar biasa itu pergi menemui pasangan tua.
Sang nenek pamit meninggalkan Sang kakek dan ketujuh anaknya di rumah. Nenek ingin memetik buah-buahan segar yang akan dibuat pie dan dibagikan kepada seluruh penghuni hutan. Nenek pergi membawa kegelapan, peradaban, dan ruang yang ingin membantu Nenek. Namun maksud hari ingin melihat senyum saat Nenek pulang kerumah membawa seember buah, Nenek justru melihat mayat Kakek yang terbujur kaku di lantai.
"Para raja membawa anak-anakmu pergi." Ucap peri yang melihat kejadian itu. "Aku dan Kakek berusaha untuk melawan, namun sihir Raja membuat Kakek meninggal dan sayapku sobek. Maaf aku tidak bisa menyelamatkan anak-anakmu."
Nenek menghapus air matanya. Dia mengusap sayap peri yang sobek itu. "Akan kujahit sayapmu." Dengan kemarahan yang sudah mencapai batas Nenek mengucapkan kalimat yang membuat bumi tiba-tiba bergoncang hebat. "Mereka yang telah merenggut seorang Ibu dari anaknya. Menarik paksa tangan Suami dari Istrinya, mereka yang seperti itu tidak akan pernah hidup bahagia. Tuhan maha tahu, bagaimana rasa sakitnya seorang Ibu yang berpisah dengannya. Aku tidak akan tinggal diam. Aku kutuk mereka! Kelak salah satu dari anakku akan menghancurkan dunia mereka!"
Petir mulai menyambar. Ruang mengeluarkan sesuatu dari tangannya. Sebuah hologram bola kemudian dia membagi bola itu menjadi dua.
"Tuhan mendengar doamu Ibu." Ucap peradaban sambil menggoyangkan jari-jarinya.
Bumi mulai berpisah. Dunia terbagi menjadi dunia manusia dan dunia makhluk mistis. Peradaban mulai berubah. Ingatan manusia tentang makhluk mistis dihapus. Tapi mahkluk mistis masih mengingat manusia. Dunia manusia dikenal dengan sebutan "Bumi" dan dunia para makhluk mistis dikenal dengan sebutan "Edenshii".
Kegelapan, peradaban, dan ruang berpisah dengan ketujuh saudaranya yang tinggal di Edenshii. Mereka bertiga tinggal di bumi sampai sekarang. Dan kau pasti tahu siapa saja mereka, bukan?"
Aku membalik halaman berikutnya.Suara jendela yang tertutup tiba-tiba membuat kami semua berpaling dari buku itu. Aku menaruh buku itu dengan lembut. Udara dingin di ruangan ini membuat kakiku menggigil. Aku menaiki kasurku perlahan untuk menyibakkan gorden.
Saat mataku tertuju pada orang-orang yang sedang bermain di luar, bulu kudukku serasa berdiri. Meski kelihatannya mereka sedang bergembira disana, aku merasa mereka memperhatikanku melalui ujung mata mereka. Aku segera menutup jendelaku. "Ini menakutkan."
"Ya! Memang menakutkan!"
Udara dingin yang meniupi telingaku membuat badanku lemas. Udara dingin itu seakan menjalar ke seluruh tubuhku. Membuatku tidak bisa bergerak. Jantungku berdetak sangat kencang. Inikah awal dari kematianku?***
Sebuah wajan terlempar keluar dari rumah seorang remaja pria bersamaan dengan barang-barang lain seperti meja, sofa, piring, dan asbak. Orang-orang yang melihat pasti mengira sepasang suami-istri sedang bertengkar. Tapi bukan pasangan suami-istri yang sedang bertengkar.
"Apa yang kau lakukan?! Mengapa kau menyatukan kembali dua dunia! Apa kau sadar yang kau lakukan, Romeo! Atau haruskah kupanggil kau SANG RUANG!!!"
Kronologisnya, saat Romeo sedang membaca novel kesukaannya, Wisye tiba-tiba datang tanpa mengetuk pintu. Dia langsung berdiri di hadapan Romeo bersama dengan lubang besar di dinding rumah Romeo. Setelah itu Wisye melemparkan semua barang-barang yang berada di dekatnya untuk menghujam Romeo.
"Aku tidak tau apa yang kau maksud oh, Juliet! Aku bahkan sedang kebingungan dengan semua kejadian ini!"
Tubuh Romeo menabrak sudut ruangan. Membuat dirinya tidak bisa lagi pergi kemana-mana. Dia telah terkepung! Wisye menahan tubuh Romeo dengan mendorong pundaknya ke dinding. Sesekali dia mengguncang-guncangkan tubuh pria yang badannya jauh lebih besar dibandingkan dirinya.
"Atas dasar apa aku harus mempercayaimu?" Tanya Wisye mengintimidasi.
"Karena kukira kaulah orang yang paling mengerti aku."
Matanya membulat. Hening yang berbisik membuatku bisa mendengar detak jantungnya. Matanya yang sudah basah itu perlahan mengeluarkan kristal bening. Dia menaruh kepalanya di dadaku. Hal yang biasa dia lakukan saat ingin mengubur rasa sakit hatinya.
"Aku tidak mau ini terus berlanjut Romeo. Hentikan! Tolong hentikan!"
Aku mengelus rambutnya lembut. Menyisipkan jari-jariku disela rambutnya yang halus. Sesekali aku mengeluarkan guyonan yang membuatnya memukuliku lembut.
Angin dingin masuk dari jendelaku. Seakan membawa kabar buruk bagi orang-orang yang merasakan hawa anehnya. Aku memeluk Wisye erat. Aku harap ini bukan awal buruk bagi kami semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edenshii [COMPLETED]
FantasyNielson Devadatt Dua tahun aku menunggumu, dua tahun aku mencarimu, dua tahun aku merindukanmu. Dua tahun pula waktu yang cukup untuk kau melupakanku. Jessica Emilia Aku tidak keberatan terluka. Karena kamu akan selalu mengobatinya. Roberto Stephene...