Sepuluh

269 71 34
                                    

Jalanan cukup lancar, meskipun gerimis mulai deras di luar. Seorang pria mungil turun dari taksi setelah membayar supirnya, begitu keluar dari sana Taeyong berlari-lari kecil menuju teras restoran yang terlindung dari gerimis. Rambutnya sedikit basah, tetapi tidak apa-apa, yang dicemaskannya adalah restoran mewah ini. Kalau Lucas tidak segera datang, ia terpaksa harus menunggu sendirian di lobby sampai pria itu datang. Diliriknya jam tangan pada pergelangan tangannya. ia datang tepat waktu, jam menunjukkan pukul tujuh malam. Mungkin memang Taeyong harus menunggu sebentar, dia yakin begitu Lucas sampai di rumah sakit, lelaki itu pasti akan menghubunginya.

"Apakah anda ingin masuk?" Sapaan itu membuat Taeyong menoleh, dan langsung bertatapan dengan pegawai restoran yang bertugas di depan.

"Ah iya, saya sedang menunggu seseorang dulu." jawabnya cepat.

"Kalau anda sudah reservasi, anda bisa menunggu di dalam. Apakah anda sudah melakukan reservasi?" Pegawai restoran itu tersenyum ramah. Ia teringat akan perkataan Lucas di telepon tadi bahwa dia sudah melakukan reservasi untuk makan malam pukul tujuh.

"Reservasi atas nama Wong Yukhei."

"Silahkan masuk dulu, sepertinya hujan akan turun deras di luar, saya akan memeriksa di daftar reservasi." Pegawai Restoran itu membuka pintu kaca besar yang berkilauan itu dan tersenyum ramah kepadanya.

Taeyong melirik ke arah langit, yang berkerjapan dengan cahaya-cahaya petir berkilauan. Benar kata lelaki petugas restoran itu, sepertinya hujan akan turun deras sebentar lagi dan mau tak mau, ia harus berlindung ke dalam.

Dia masuk ke dalam ruang tunggu di lobi restoran yang hangat dibandingkan dengan di luar, dan menunggu. Tak lama kemudian, petugas restoran itu datang kepadanya bersama seorang pelayan,

"Mari tuan, meja atas nama Wong Yukhei sudah kami siapkan. Pelayan akan mengantarkan anda." Kemudian pelayan itu mendampingya hingga memasuki ruang utama restoran.

***

Jaehyun sedang duduk dengan tenang di sofa ruang tengah rumahnya sambil membaca sebuah buku ketika Carlos memasuki ruangan. "Ada apa Carlos?" Tanyanya, tanpa mengangkat matanya dari buku yang dibacanya.

"Saya ingin memberikan informasi baru tentang Taeyong dan Lucas, tuan."

"Informasi apa?" Jaehyun mengangkat alisnya. Bukankah seperti yang dikatakan Taeyong tadi, saat ini dia akan menghabiskan waktunya untuk makan malam istimewa bersama kekasihnya? Sebenarnya sempat terbersit keinginan Jaehyun untuk mengganggu keduanya, tetapi dia kemudian berpikir ulang dan membiarkannya, karena mungkin ini akan menjadi makan malam terakhir diantara pasangan kekasih itu yang diliputi kebahagiaan, jadi biarkanlah mereka berdua menikmati kesempatan satu-satunya.

"Mereka sepertinya gagal untuk makan malam romantis malam ini." Kata-kata Carlos menarik perhatian Jaehyun, dia meletakkan bukunya pada pangkuannya. "Kenapa?"

"Anda tahu, bahwa anda menugaskan saya untuk mengawasi tuan Kim. Akan tetapi malam ini dia mengalami serangan."

"Dan apa hubungannya dengan makan malam Taeyong dan Lucas?"

"Saya tidak tahu tuan Kim mempunyai rencana apa, tetapi dia mengalami serangan saat ini, kondisinya menurun drastis. Tetapi alih-alih memanggil-manggil nama anda seperti biasanya dan memohon dihilangkan kesakitannya, tuan Kim memanggil-manggil nama Lucas. Sepertinya ia tahu hari ini hari istimewa dan ingin mengacaukannya dengan caranya sendiri." Bibir Jaehyun menipis. Jungwoo, adiknya itu benar-benar keras kepala dan tidak mempedulikan peringatannya untuk menjauh dari semua rencananya.

"Jadi Lucas datang ke rumah sakit?"

"Dan meninggalkan Taeyong menunggu di sebuah restoran."

"Hmm." Jaehyun tidak bisa menahan senyumnya, keberuntungan ternyata berpihak kepadanya, kesempatannya datang begitu saja, dan itu semua bukan karenanya bukan? Lucas sendiri yang begitu bodoh dan mudah terpengaruh dengan semua rencana Jungwoo.

Another 5%Where stories live. Discover now