Enam Belas

262 72 24
                                    

"Kalau sampai tuan Wong memberikan darahnya kepada kepada tuan Kim, maka anda harus berhenti memberikan darah anda kepadanya." Jaeyun menoleh, mengernyit mendengar perkataan Carlos

"Kenapa?"

"Karena belum pernah ada dalam sejarah, dua orang pemegang kekuatan yang berlawan memberikan darahnya untuk satu orang manusia. Hal ini memang tidak tercatat di buku aturan alam semesta, dan tidak dilarang, tetapi saya mengkhawatirkan efeknya kepada tuan Kim. Saya takut akan terjadi hal yang ekstrim." sambung Carlos dengan sungguh-sungguh.

"Seperti, Jungwoo bisa saja langsung mati?" Jaehyun menyela, ada nada sinis dalam suaranya. Tatapan Carlos tampak penuh spekulasi.

"Atau malah sebaliknya, tuan Kim bisa sembuh total." Ia mengernyit tidak suka.

"Aku tidak suka kemungkinan itu. Aku lebih suka Jungwoo dalam kondisinya yang sekarang, sakit dan tidak berdaya. Dalam kondisi sakit, dia sudah begitu mengganggu, apalagi kalau sembuh?" Dengan takut-takut Carlos berujar

"Tetapi dia adik sedarah anda." Jaehyun terkekeh.

"Lalu kenapa?" Tatapannya berubah menjadi tajam dan kelam. "Karena dialah aku kehilangan ibuku, kalau ibu tidak menyerap rasa sakitnya dia tidak akan meninggal secepat itu karena kanker ganas yang diserapnya dari Jungwoo."

Seketika itu juga Carlos memilih mundur. Jaehyun selalu berubah menjadi begitu menakutkan ketika membahas ibunya. Yoona adalah perempuan yang kuat

Sebagai pengabdi pada sang pemegang kekuatan, Carlos pernah mengabdi kepadanya, juga pada nenek Yoona dan dia memang sangat menyayangkan kematian mantan majikannya itu.

Karena kematian Yoona mengubah segalanya. Mengubah Jaehyun dari anak kecil lemah yang dipaksa menerima kekuatan besar, menjadi sosok yang penuh dendam. Dendam yang membuatnya ingin menghancurkan kekuatan terang.

Jaehyun masih merenung, kemudian dia menatap Carlos tajam, "Lucas sudah mempelajari kekuatannya oleh Marco bukan? Seharusnya dia bisa membaca pikiran Jungwoo, kenapa dia bisa tertipu begitu dalam oleh tampilan lemah Jungwoo hingga rela memberikan darahnya?"Carlos mengangkat bahunya.

"Mungkin karena alasan sentimentil yang menutupi kekuatannya. Anda tahu, tuan Wong masih baru menggunakan kekuatannya. Dia masih belajar dan kadang-kadang emosinya masih menutupi kekuatannya. Lagipula tuan Kim sudah berpengalaman."

"Apa maksudmu?" Jaehyun mengangkat kepalanya, tampak tertarik.

"Bukankah kadang-kadang tuan Kim bisa menutupi pikirannya? Seperti yang dipelajarinya dari ibu anda bertahun-tahun yang lalu. Kadang-kadang dia bisa menutupi pikirannya dari anda bukan? sehingga anda harus memaksanya?"

Jaehyun teringat ketika dia harus memaksa adiknya itu berbicara dengan membakar dahinya menggunakan kekuatan panas yang keluar melalui telunjuk tangannya. Ya, Jungwoo kadang-kadang bisa menutupi pikirannya hingga tak terbaca. Bukan tak terbaca sepenuhnya, hanya tertutup kabut.

Pada akhirnya Jaehyun tersenyum sinis. "Sebenarnya aku berencana menyingkirkan Jungwoo karena menggangguku, tetapi aku berubah pikiran. Biarlah ia menjadi ujian bagi si pemegang kekuatan terang. Ujian bagi cinta sejatinya, karena kalau dia bisa dengan mudahnya tergoda oleh tipuannya, berarti cintanya kepada Taeyong tidak sedalam itu."









***









"Sudah siap?" Lucas menunggu di pintu, menoleh dan tersenyum menatap Taeyong yang tampak cantik dengan sweater hijau muda dan celana panjang warna cokelat. Dengan lembut ia menyentuh dahi Taeyong.

"Masih hangat, nanti kita periksakan ke dokter rumah sakit ya sebelum menengok Jungwoo. Semoga saja hanya demam biasa."

Taeyong mengangguk. Tubuhnya sudah lebih baik karena obat penurun panas yang diberikan oleh Lucas. Hanya saja tenggorokannya terasa gatal dan hidungnya panas, mungkin dia terserang virus flu dan karena daya tahan tubuhnya turun.

Another 5%Where stories live. Discover now