tiga.

361 75 16
                                    


"Tolong cek ulang hasil rekonsiliasi bank ini. Disini, dilaporkan ada transaksi debit di rekening koran yang belum dibukukan di General Ledger. Tapi kulihat angka itu barusan sudah dimasukkan ke General Ledger tanggal 3 mei, mungkin kita bisa menyesuaikan rekonsiliasi ini sebelum tutup buku." Nyonya Park, atasan langsung Taeyong di bagian akunting kantor mendatanginya sambil menunjukkan berkas laporan. Ia menerima berkas itu dan membacanya.

"Aku akan melakukan koreksi angka, sebelumnya aku akan mengecek di General Ledger dulu." Ujarnya sopan, nyonya Park menganggukkan kepalanya.

"Oke nanti kirimkan softcopynya saja melalui e-mail. Aku akan melakukan pemeriksaan akhir sebelum report itu dicetak." Perempuan itu lalu melangkah pergi dan masuk kembali ke ruangannya. Sementara itu Taeyong kembali berkutat dengan pekerjaannya, melakukan koreksi. Kemudian mengirim report e-mailnya.

Inilah pekerjaan Taeyong setiap harinya, sebagai seorang akunting di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang retail. Matanya melirik ke arah jam di tembok tengah ruangan. Hari ini dia tidak boleh terlambat, Lucas meminta untuk ditemani mendengarkan hasil lab terakhirnya. Entah kenapa ini tampaknya begitu penting baginya.

 Lelaki itu bahkan sebelumnya sempat menolak mendengarkan hasil lab-nya karena semua mengarah pada hasil yang sama. Bahwa kondisinya semakin parah.  Ia menghela napas panjang, mungkinkah sekarang kekasihnya itu mempunyai harapan baru? Taeyong membayangkan wajah ceria Lucas kemarin dan entah kenapa dia merasakan secercah harapan itu ada.








***








Ketika jam kantor berlalu, Taeyong langsung mengemasi tasnya dan bergegas melangkah pergi, biasanya dia masih sempat pulang ke rumah dan mandi sebelum berangkat membesuk Lucas, tapi karena begitu banyaknya pekerjaan menjelang report tutup buku Taeyong sepertinya harus langsung berangkat ke rumah sakit.

Pintu lift terbuka dan Taeyong hendak melangkah masuk, tetapi seseorang keluar dari lift itu, mereka berdiri berhadap-hadapan dan ia pun ternganga. Itu lelaki yang sama yang ditabraknya kemarin, yang meminjaminya payung. Ya ampun! Sungguh suatu kebetulan mereka bertemu terus menerus, siapa namanya? Taeyong mencoba mengingat-ingat, tetapi dia lupa.

"Jaehyun. Namaku Jaehyun, Taeyong." Lelaki itu tersenyum, berbicara dengan suaranya yang dalam. Membuat Taeyong ternganga kaget, bagaimana bisa lelaki itu menebak apa yang ada di pikirannya? Apakah ekspresi wajahnya seterbuka itu? Tiba-tiba si mungil merasa malu, pipinya merona merah, tetapi kemudian dia teringat.

"Payung! Oh ya! Payungnya ada di ruanganku, sebentar aku akan mengambilnya." Taeyong membalikkan tubuh, hendak mengambil payung hitam besar yang ada di ruangannya tetapi jemari yang kuat itu tiba-tiba meraih lengannya, menahannya. Membuatnya menoleh ke belakang dan menatap kaget ke arah ekspresi Jaehyun yang tenang dengan senyum tipisnya.

"Nanti saja Taeyong, kau bisa mengembalikan payung itu kapan saja-" Suaranya terdengar tenang, "-Sudah kubilang kita akan punya banyak kesempatan untuk bertemu nanti." Lanjutnya diiringi senyum tipis yang menawan.

Another 5%Where stories live. Discover now