"Bagaimana dengan Lucas?" Jaehyun bertanya keesokan paginya, ketika mereka bangun dan memutuskan menghabiskan waktu mereka dengan menikmati udara pegunungan yang segar. Taeyong menghela napas panjang, mengenang Lucas dan kebesaran hatinya yang luar biasa.
"Dia baik-baik saja, dia malahan yang mendorongku supaya mencarimu." Jaehyun tersenyum tipis.
"Selain kebaikan hatinya yang keterlaluan, dia sebenarnya lelaki yang baik." Mata Jaehyun menatap Taeyong sungguh-sungguh. "Dia sebenarnya sangat mencintaimu Taeyong.
"Aku tahu." Taeyong tersenyum sedih, mengingat kembali senyuman lembut Lucas ketika melepaskan kepergiannya.
"Aku mungkin telah menyakitinya dengan memilih mencarimu, tetapi Lucas menerimanya dengan baik dan tulus. Dia mengatakan yang penting aku bahagia."
"Meskipun tidak berakhir indah, aku bersyukur dulu telah mencintai dan dicintai oleh Lucas, aku bersyukur dia pernah menjadi kekasihku." Sambung Taeyong. Jaehyun menganggukkan kepalanya, lalu mengucapkan apa yang menjadi ganjalan di benaknya.
"Aku tidak pernah mengatakan kepadamu bahwa Jungwoo adalah adik tiriku, maafkan aku. Tetapi aku ingin kau tahu, bahwa apapun yang Jungwoo lakukan. Itu dilakukannya karena kemauannya sendiri, bukan karena dorongan dariku." Taeyong menganggukkan kepalanya, tersenyum.
"Aku tahu, Carlos menceritakan semuanya kepadaku." Jaehyun bergumam sambil mengangkat alisnya.
"Ngomong-ngomong soal Carlos. Di mana dia sekarang?"
"Aku tidak tahu, dia menghilang begitu saja, kadang muncul tiba-tiba jika dibutuhkan." Taeyong menggelengkan kepalanya.
"Ya, dia memang seperti itu." Senyum Jaehyun melebar, mengingat kembali saat-saat dia masih menjadi sang pemegang kekuatan gelap dan Carlos setia mendampinginya. Sementara itu, Taeyong mengamati ekspresi Jaehyun yang sedang mengenang dan tersenyum saat melihatnya.
"Aku berpikir untuk mengembalikan kekuatan ini kepadamu, bisakah?" Taeyong memeluk erat tubuh Jaehyun, mereka duduk bersama di atas ayunan putih yang kokoh dan besar di halaman belakang rumah pria Jung yang megah itu. Menikmati hembusan udara pagi yang menyegarkan dan kehangatan sinar matahari yang mengintip malu-malu dari balik peraduannya. Jaehyun tersenyum, menggelengkan kepalanya.
"Belum pernah ada orang yang mengembalikan kekuatan yang diterimanya Taeyong, lebih baik jangan kau lakukan." Taeyong mengerutkan keningnya.
"Tetapi, aku akan hidup abadi oleh karena kekuatan ini. Sedangkan kau—" Suara Taeyong tercekat, "Kau memberikan kekuatanmu kepadaku, sekaligus kehilangan keabadianm.."
"Siapa bilang aku kehilangan keabadianku?" Taeyong terperanjat, menatap bingung ke arah Jaehyun, dia menegakkan punggungnya dan menatap lelaki itu,
"Apa maksudmu? Apakah kau, masih abadi?" Jaehyun tersenyum, lalu lelaki itu menganggukkan kepalanya.
"Aku memberikan 95% kekuatan otakku kepadamu." Lelaki itu mengulurkan tangannya dan membelai rambut di dahi Taeyong dengan penuh kasih.
"Tetapi masih tersisa kemampuan otak normalku, ditambah lima persen yang lain. Lima persen tambahan kemampuan otak pemberianmu. Lima persen itu cukup untuk menjadikanku lebih daripada manusia kebanyakan, termasuk dalam hal keabadian." Jaehyun tersenyum tipis.
"Mungkin memang tidak sekuat diriku yang dulu, tetapi aku menikmati diriku yang sekarang." Lelaki itu mendekatkan dirinya ke arah Taeyong dan mengecup dahinya.
"Aku berpikir lebih baik jika kaulah yang menjadi pemegang kekuatan kegelapan, Taeyong. Kau orang yang baik, berhati bersih, keseimbangan alam akan terjaga di tanganmu dan aku akan ada di sebelahmu, mendampingimu melalui semuanya."
Taeyong membelalakkan mata, keabadian Jaehyun adalah sesuatu yang sama sekali tidak pernah dibayangkannya. Padahal semula dia berniat mengembalikan kekuatan Jaehyun kepada lelaki itu, mengembalikan keabadian Jaehyun meskipun nanti dia harus menjadi manusia biasa.
Atau jika itu tidak bisa dilakukan, Taeyong berniat memberikan kekuatannya kepada orang lain supaya dia dan Jaehyun sama-sama bisa kembali menjadi manusia biasa, hidup bersama selayaknya manusia biasa yang lahir, menjalani hidup, kemudian dijemput kematian.
Tetapi rupanya takdir berkata lain. Takdir telah mempersatukan mereka, begitupun telah menggariskan mereka untuk hidup bersama selamanya.
"Kita akan hidup abadi bersama." Jaehyun tersenyum lembut, "Memang tidak mudah, tetapi asal kita bersama, aku rasa kita akan lebih mudah menjalaninya." Jemari Jaehyun membelai lembut rambut Taeyong.
"Kata orang hidup abadi adalah kutukan jika harus dijalani sendirian. Tetapi akan menjadi anugerah jika dilalui bersama orang yang kau cintai. Aku harap seluruh waktu panjang yang terbentang di antara kita, akan menjadi hamparan anugerah yang terus menerus bagi jiwa kita."
Taeyong menganggukkan kepalanya, rasa haru langsung memenuhi benaknya mendengarkan kalimat Jaehyun itu.
"Aku juga berharap kebahagiaan selalu menyertai kita Jaehyun, meskipun sekarang, bisa duduk di sini bersamaku, sudah menjadi anugerah yang luar biasa bagiku." Jaehyun tersenyum, mengangkat dagu Taeyong, lalu mengecup bibinya dengan penuh rasa sayang.
"Selamanya sayang, kita akan berbahagia selamanya."
End of epilog.
"Ada hal-hal kecil yang kadangkala terasa remeh, tetapi ternyata sangat berarti bagi seorang. Jika kau ingin memenangkan hati seseorang, belajarlah utuk tidak merusak hal-hal kecil itu."
— Jung Jaehyun —
Akhirnya kelar juga hahahaha. Setelah sekian lama, terima kasih atas semua pembaca. Kita akan ketemu lagi dalam projectku yang lain.
Regards,
loonaismoon
03. juni. 2020
YOU ARE READING
Another 5%
Fantasy정재현 x 이태용 [ Remake from Santhy Agatha ] Bagaimana jika kau bisa mengaktifkan kekuatan otakmu hingga 95% ? Bagaimana jika kau mempunyai kekuatan hampir setara kekuatan Tuhan? Bagaimana jika kehancuran dunia ini ada dalam genggamanmu? Dan bagaimana ji...